SURABAYA, KOMPAS – Para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, didorong terus berjejaring bersama pemerintah dan swasta. Penguatan jaringan diperlukan agar usaha mereka bisa lebih berkembang, terutama menghadapi fase sulit membangun bisnis di dua tahun pertama.
Data Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna menunjukkan, ada sekitar 46.000 pelaku usaha yang bergabung hingga tahun 2018. Namun, hanya sekitar 4.000 pelaku usaha yang bertahan dan berkembang hingga sekarang. Senada dengan data PPK Sampoerna, Badan Ekonomi Kreatif mencatat tingkat keberhasilan pelaku usaha rintisan masih sekitar 10 persen.
Fase dua tahun pertama adalah masa terberat bagi pelaku UMKM dalam menjalani usaha
“Membina pelaku UMKM untuk bertahan dan berkembang bukan hal mudah. Banyak kendala, terutama dalam dua tahun pertama,” kata Direktur Hubungan Eksternal PT HM Sampoerna Tbk Elvira Lianita dalam Bincang Kompas “Tanggung Jawab Swasta dalam Mengakselerasi UMKM” kerjasama dengan PT HM Sampoerna, di Surabaya, Jumat (15/3/2019).
Elvira mengatakan, fase dua tahun pertama adalah masa terberat bagi pelaku UMKM. Biasanya, pelaku usaha yang baru saja memulai akan mengalami tantangan, mulai dari proses produksi, distribusi, maupun penjualan.
Oleh karena itu, agar lebih mulus menjalaninya, Elvira mengatakan, mereka sebaiknya berjejaring dengan pihak-pihak lain, seperti pemerintah, swasta, maupun sesama pelaku UMKM. Kerjasama itu biasanya potensial memunculkan solusi agar bisa bertahan dan terus berkembang.
Sebagai salah satu perusahaan di Indonesia, kata Elvira, PT HM Sampoerna berkomitmen mendukung tumbuhnya pelaku UMKM. Pihaknya membangun PPK Sampoerna di Pasuruan, Jawa Timur, seluas 27 hektar. Pelaku UMKM dari berbagai penjuru nusantara dilatih meningkatkan kemampuan usahanya.
“Kami tidak hanya memberikan pelatihan. Pelaku UMKM juga mendapatkan akses pasar melalui toko kelontong agar produknya mendapatkan pasar yang lebih luas,” tutur Elvira.
Baca Juga : Wirausaha Pamerkan Produk di Denpasar
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menuturkan, Pemkot Surabaya terus mendampingi pelaku UMKM secara konsisten agar tingkat keberhasilannya tinggi. Sejak program Pahlawan Ekonomi dimulai pada 2010, peserta yang ikut dalam pelatihan yang diadakan tiap minggu ini bertambah.
Pada awalnya, program yang masuk dalam Top 40 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018 itu hanya menjaring 98 orang. Kini, sembilan tahun berselang, pesertanya meningkat hingga 95.000 orang. Sedangkan program untuk anak-anak muda melalui program Pejuang Muda, kini sudah diikuti sekitar 600 orang.
“Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda tidak pernah membahas tentang modal. Kami yakin hanya mengandalkan modal tidak menjamin pelaku UMKM bisa berkembang,” ujarnya.
Untuk memuluskan pendampingan UMKM, Risma menggandeng pihak swasta untuk ikut berkontribusi. Beberapa di antaranya adalah perusahaan-perusahaan besar nasional dan internasional serta lembaga negara, seperti Facebook, Sampoerna, Telkom, dan Otoritas Jasa Keuangan.
“Program Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda bukan hanya seremonial dan pencitraan sehingga banyak pihak yang tertarik bergabung untuk membesarkan UMKM di Surabaya,” kata Risma.
Pelaku UMKM yang banyak memiliki jaringan bisnis dan pelatihan, lanjut Risma, diyakini mampu berkembang. Mereka bisa menjadi penyuplai di negara sendiri karena pangsa pasar Indonesia amat besar. Jangan sampai pelaku UMKM fokus menjangkau pasar luar negeri tapi melupakan potensi domestik.
“Pelaku usaha luar negeri memandang Indonesia sebagai pasar yang amat menarik,” ucap Risma.
Dedi Kurnia Sunarno, pemilik De’nil Puding Surabaya menilai, jejaring pemerintah dan swasta potensial meningkatkan kualitas dan pemasaran produknya. Melalui pelatihan dari PPK Sampoerna, kopi jeli yang awalnya hanya mampu bertahan satu minggu, kini bisa awet hingga dua minggu.
Dia juga tidak pelit membagi ilmu kepada orang lain saat diminta menjadi mentor program Pahlawan Ekonomi. Menurut dia, meskipun pelaku yang menggeluti bidang yang sama bertambah, semua pasti memiliki pasarnya masing-masing.
“Ketika ada mama-mama Papua datang ke Surabaya berlatih kewirausahaan, mereka sempat belajar di tempat saya,” ujar Dedi, yang tiap bulan mendapatkan omzet lebih dari Rp 100 juta.
Pebatik asal Pasuruan, Ferry Sugeng Santoso, mengatakan, sinergi antar pihak yang berkomitmen menguatkan UMKM amat diperlukan. Dari pihak-pihak itu, biasanya produknya bisa lebih berkualitas dan dikenal masyarakat.
“Saya sudah membuktikannya, bisa mendapatkan akses mengikuti pameran dan pembeli-pembeli baru ketika berjejaring,” katanya.