Dedy Afrianto dan Yohanes Mega Hendarto/Litbang Kompas
·3 menit baca
Ibarat permainan kartu, debat malam nanti akan menjadi saat yang tepat bagi kedua calon wakil presiden menunjukkan ’kartu as’ yang dimiliki. Sebab, ini merupakan debat pertama dan terakhir yang hanya diikuti cawapres pada Pemilu 2019. Lantas, kartu pamungkas apa yang dimiliki keduanya?
Debat malam ini akan mengangkat tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan sosial budaya. Bagi cawapres nomor urut 01, Ma’ruf Amin, pendidikan adalah sektor utama yang dikuasainya. Hal ini terlihat dari pengalaman yang dimiliki, baik dari sisi akademis maupun praktis.
Dari sisi akademis, pemikiran Ma’ruf dalam bidang ekonomi syariah berhasil membawanya meraih gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa) dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, tahun 2012. Lima tahun berselang, Ma’ruf dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Muamalat Syariah dari UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Dari sisi pengalaman praktis, Ma’ruf juga telah malang melintang dalam dunia pendidikan selama lebih dari separuh abad. Setelah mendirikan lembaga pendidikan bernama Yayasan Al Jihad Shalahuddin Al Ayyubi tahun 1984, Ma’ruf juga mendirikan Pesantren An Nawawi Tanara di Serang, Banten, tahun 2001. Pada bidang pendidikan tinggi, Ma’ruf mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Fiqih Syekh Nawawi Tanara di sekitar lokasi pesantren.
Pengalaman Ma’ruf dalam bidang pendidikan dan keagamaan juga berbanding lurus dengan pemikiran yang dihasilkan, salah satunya adalah ekonomi umat berbasis kemitraan. Pemikiran ini sejatinya telah coba diterapkan Ma’ruf, seperti melalui Lembaga Ekonomi Umat dalam wujud bisnis ritel hingga Bank Wakaf Mikro di Pondok Pesantren An Nawawi.
Menariknya, kedua program ini juga disertakan dalam visi-misi pada pemilu tahun ini, seperti program lembaga keuangan wakaf mikro dan santripreneur untuk sektor ketenagakerjaan.
Kiprah Sandiaga
Menilik dari sisi ketenagakerjaan, cawapres nomor urut 02, Sandiaga Salahudin Uno, memiliki modal yang sangat kuat. Dapat dikatakan, hampir semua perjalanan hidup Sandiaga berkutat dalam dunia usaha.
Meski mengalami pasang surut, perjalanan kariernya mulai terlihat gemilang sejak 1997. Selain mendirikan Recapital Group pada 1997, ia turut menjabat di beberapa perusahaan, seperti Presiden Direktur PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (2004-2015) dan Direktur PT Adaro Energy Tbk (2007-2015). Kapasitasnya di perusahaan- perusahaan tersebut turut mengantarnya pada kehidupan organisasi pengusaha, seperti Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
Pengalaman organisasi ini menjadi tahap penting bagi Sandiaga untuk semakin mendalami seluk-beluk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dari sinilah Sandiaga memunculkan visi ”Indonesia Setara” yang kemudian disinergikan dengan Mien R Uno Foundation, yayasan yang didirikan kedua orangtuanya. Visi tersebut ia upayakan untuk membangun ekonomi Indonesia yang kuat melalui penggiatan UMKM.
Kiprahnya dalam organisasi menjadi jembatan bagi Sandiaga terjun ke dunia politik. Bahkan, dalam kontestasi pemilihan presiden tahun ini, Sandiaga mengusung konsep UMKM dengan program OK OCE-nya dalam salah satu visi dan misi.
Di tengah keunggulan di bidangnya masing-masing, kedua cawapres itu harus membuktikan diri jika terpilih nanti. Bagi Ma’ruf, pengalamannya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Kehidupan Beragama (2007- 2009) dan Bidang Hubungan Antar-agama (2010-2014) menjadi modal untuk mengembalikan keharmonisan masyarakat di negeri ini. Sementara bagi Sandiaga, pengalaman penerapan Program OK OCE selama menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta dapat menjadi catatan penting ke depan.