Australia Awasi Kelompok Pendukung Supremasi Warga Kulit Putih
Oleh
Harry Bhaskara, dari Brisbane, Australia
·2 menit baca
BRISBANE, KOMPAS -- Sepekan setelah serangan teror di Christchurch, Selandia Baru, Pemerintah Australia mengatakan, Jumat (22/3/2019), pihaknya akan mengawasi dan mengekang kelompok pendukung supremasi warga kulit putih. Menteri Dalam Negeri Australia Mike Pezzullo menegaskan hal itu di parlemen terkait ditahannya seorang warga Australia di Selandia Baru dengan tuduhan membunuh orang dalam serangan ke dua masjid hingga menewaskan 50 orang,
Brenton Tarrant (28), warga Australia yang ditahan itu, diduga menganut paham pendukung supremasi warga kulit putih. Ia akan kembali diadili pada 5 April mendatang. Polisi mengatakan, kemungkinan besar tuduhan padanya akan bertambah.
Seperti dilaporkan ABC, Pezzullo mengatakan, departemennya "kembali sepenuhnya fokus pada idelogi supremasi warga kulit putih serta penganutnya.” "Kalian berada dalam radar kami, dan tak akan bisa melakukan kekerasan berdasarkan ras,” tuturnya. "Pengawasan dan kekangan terhadapmu akan ditingkatkan,” tambah Pezzullo.
Pezzullo tidak memerinci berapa banyak atau seberapa besar tingkat keseriusan ancaman kelompok pendukung supremasi warga kulit putih di Australia. Dua hari sebelum serangan teroris di Christchurch, Pezzulo mengidentifikasi ada tujuh butir ancaman terhadap keamanan nasional Australia, namun tidak termasuk kelompok supremasi orang kulit putih.
Pelluzzo mengatakan, serangan terror itu "pembantaian mengerikan terhadap orang Islam yang sedang berdoa.” "Sejak itu departemen kami terus bekerja sama dengan ASIO (Australian Security Intelligence Organisation), AFP (Australian Federal Police), dan lembaga-lembaga lain untuk membantu Selandia Baru dalam menginvestigasi perbuatan yang kejam ini,” ujar Pelluzzo di depan Komisi Senate Estimate yang bertugas memonitor departemen pemerintah dalam pemakaian bujet negara.
Pezullo juga ditanya, apakah orang yang membantu menulis pidato yang kontroversial dari Senator Fraser Anning adalah pegawai departemen dalam negeri. Di depan para senator, Pezzullo menjawab, ia akan menyelidiki dugaan itu, dan menegaskan bahwa siapapun yang berpandangan ekstrem tidak akan bisa diterima bekerja di departemennya.
"Siapapun yang terkait dengan kelompok yang menjelek-jelekkan kaum minoritas, yang menggunakan dan mendorong tindak kekerasan, sebenarnya sangat memuakkan,” kata Pezzullo.
Anning, yang berideologi ultra kanan, menjadi bulan-bulanan kritik akhir-akhir ini terkait komentarnya yang mengatakan migrasi orang Islam ke Selandia Baru merupakan sebab terjadinya serangan teroris di Christchurch.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, komentar Anning “mengerikan”, “buruk” dan “tak ada tempat di Australia.” William Connolly (17), murid sekolah menengah umum, dipuji banyak kalangan dan melejit menjadi pesohor setelah ia melempar telur ke kepala Anning sebagai protes.
Komentar Anning menjadi sorotan global, termasuk pemerintah Bangladesh, yang menasehati warganya agar berhati-hati bila bepergian ke Australia.