Tak seorang pun bebas dari masalah. Tetapi apa pun masalah dan kegaulauanmu, ada kok solusinya. Sekalipun nampak sepele, jika dibiarkan kegalauan itu bisa memunculkan depresi, yang ujung-ujungnya bisa membuat orang bunuh diri.
Duh jangan ambil jalan pintas itu deh. Sekarang banyak lembaga konsultasi yang siap mendengar curhatanmu. Tapi tak semua yang punya masalah memilih galau terus loh. Ada yang bisa mengubah galau di hati menjadi tenaga dan inspirasi untuk berkarya.
Oda Sekar Ayu (23), penulis novel berjudul Petjah misalnya. Ia berhasil mengatasi depresi selama empat tahun lewat karya. Novel Petjah yang dirilis tahun 2017 terjual lebih dari 6.600 eksemplar. Sedangkan novel berjudul Alfa dan Omega terjual 2.681 buah.
Sekar, panggilan akrab Oda Sekar, pekan lalu menceriterakan kompleksitas masalah ia rasakan sejak bersekolah di SMA di Jakarta. Senioritas dan tindak perundungan membuatnya takut sehingga ikut kelas akselerasi agar segera lulus.
Tekanan antara ingin menuruti keinginan ortu dan diri sendiri membawanya kuliah di Jurusan Akuntansi di Trisakti School of Management Kelas Internasional dan mendapat beasiswa dari Yayasan Beasiswa Trisakti. “Kupikir, aku enggak bisa kuliah di PTN tapi mesti dapat beasiswa biar tak merepotkan ortu,” tutur Sekar.
Ketika sudah bekerja, pekerjaan sebagai auditor ternyata membuat ia stres. Rasa letih psikis dan fisik ia tuangkan dengan cara menulis. Itulah awal Sekar menyadari ia bisa menyampaikan sesuatu lewat tulisannya. Menulis juga membuatnya bisa membantu melepaskan berbagai rasa yang selama ini membelenggunya.
Puan, bukan nama sebenarnya, hidup dengan gangguan bipolar. Dia kadang panik luar biasa, tapi lebih sering lagi merasa amat terpuruk. Ketika terpuruk tak jarang dia merasa “mendengar” dorongan untuk bunuh diri.
“Pernah mencoba (bunuh diri), tapi gagal,” katanya sembari terkekeh. Kini, dia bisa menertawakan kesedihannya sendiri. Bahkan pengalaman itu dia tuangkan menjadi lagu.
“Dua tahun lalu ketika memutuskan berhenti memakai obat, aku membangun supporting system. Selain pasangan, ada teman-teman dekat yang aku minta ‘menjagaku’ kambuh,” ujarnya.
Jadi ketika kambuh, terutama ketika perasaannya sedang amat low, Puan menghubungi temannya. Nomor ponsel mereka ada di daftar “gawat darurat” ponsel Puan.
Bertahun merawat sistem penyelamatan dirinya, Puan kini menyediakan telinganya bagi teman yang punya gangguan serupa. Puan berhasil bertahan karena dukungan teman-teman baiknya. Lantas, bagaimana cara melepas kepenatan ketika orang-orang dekat itu sedang tidak tersedia?
Komunitas kesehatan
Komunitas kesehatan mental Alpas bersedia jadi “teman” curhatmu. Mereka membuka kanal obrolan lewat aplikasi Line dengan akun @curhatalpas. Mereka bakal merespons curhatanmu setiap hari mulai dari jam sembilan pagi sampai sembilan malam.
Para Alpas Fellas, sebutan bagi pemakai layanan konsultasi ini, bisa bercerita tentang apa saja. Nathania Kusuma, Friendship Manager Alpas, bilang topik pembicaraan merentang dari kegelisahan perkara asmara, tugas kuliah, stres di kantor, dan konflik keluarga.
Ada juga yang menceritakan topik yang dianggap tabu, seperti pernah melakukan aborsi, penyintas kekerasan seksual, dan kebimbangan identitas gender
Ada juga yang menceritakan topik yang dianggap tabu, seperti pernah melakukan aborsi, penyintas kekerasan seksual, dan kebimbangan identitas gender
“Ada juga yang menceritakan topik yang dianggap tabu, seperti pernah melakukan aborsi, penyintas kekerasan seksual, dan kebimbangan identitas gender,” kata Nia yang sarjana psikologi.
HelpNona di Tangerang dan Kekasih Juara adalah tempat warga curhat. Jika HelpNona menjadi tempat curhat korban kekerasan dalam hubungan, para psikolog yang berhimpun dalam layanan Kekasih Juara menyediakan diri jadi ajang curahan berbagai soal.
Aminah Fitriani Wiryono, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Pancasila Jakarta pernah curhat ke HelpNona. Ia mengalami kekerasan dalam pacaran. Beruntung ia segera menyadari kondisi yang membuatnya menangis berkepanjangan itu. “Aku datang ke HelpNona. Banyak yang jadi korban kekerasan,” kata Afit, panggilan akrabnya.
Diwan (18), yang kuliah di Bandung lega setelah curhat ke psikolog di Kekasih Juara. Motivasinya untuk berkegiatan hilang hanya beberapa bulan setelah diterima di salah satu universitas di Bandung tahun lalu. “Di kampus ada geng yang pinter, ada yang gaul,” urainya Minggu (24/3/2019) di Bandung.
Ia lalu ke layanan Kekasih Juara. “Mereka (psikolog) bisa memberi gambaran jelas atas masalah saya,” lanjut Diwan.
Setiap masalah pasti ada solusinya. Jadi, kalau Sobat Muda gelisah, galau, atau penat berkepanjangan, cobalah bercerita kepada orang terdekat, ya. Kalau enggan ngobrol dengan orang yang dikenal, bisa dicoba, tuh, layanan curhat online. (HEI/RTG)