BEKASI, KOMPAS — Gangguan perjalanan kereta rel listrik atau KRL yang terjadi beruntun dalam sepekan terakhir mengganggu aktivitas warga. Kecepatan bergerak ke tempat tujuan menjadi terhambat karena persoalan ini. Warga berharap pihak PT Kereta Commuter Indonesia segera mengatasi persoalan itu.
Febriyan (29), warga Marga Mulya, Kota Bekasi, Jawa Barat, mengatakan, KRL menjadi andalannya sejak bekerja di Jakarta Barat awal tahun 2015. Perjalanan ke tempat kerja dari Bekasi ke Stasiun Kota Tua membutuhkan waktu paling lama satu jam.
”Kalau pakai motor butuh waktu hampir 2 jam. Di kereta, saya juga bisa menghemat tenaga,” ucap lelaki asal Surabaya, Jawa Timur, itu saat ditemui di Stasiun Bekasi, Rabu (3/4/2019).
Harapan serupa disampaikan Iwan (30), warga Pekayon, Kota Bekasi. Dia memanfaatkan KRL sebagai transportasi andalan ke Jakarta untuk menghindari kemacetan yang terjadi setiap hari di Jalan Raya Kalimalang.
”Biaya juga lebih murah. Kalau pakai transportasi lain, saya setiap hari bisa habis sampai Rp 50.000,” kata lelaki yang bekerja sebagai pelayan di salah satu restoran di Jakarta Pusat itu.
Vice President Communication PT KCI Anne Purba, saat dihubungi, mengatakan, gangguan KRL jurusan Bekasi terjadi di Lintas Tambun-Bekasi pada Selasa (2/4/2019) sore. Gangguan itu disebabkan oleh rusaknya listrik aliran atas (LLA) yang tersambar petir.
Pada waktu yang hampir bersamaan, gangguan juga terjadi akibat patahnya rel KRL di pelintasan Stasiun Cakung-Stasiun Bekasi. Akibat dua gangguan itu, penumpang disarankan beralih menggunakan moda transportasi lain.
”Kemarin itu di Stasiun Cakung menumpuk. Makanya, kami perbaiki secepatnya. Dan kemarin pukul 21.30 sudah mulai beroperasi,” ucapnya.
Anne mengatakan, masyarakat pengguna KRL dari Bekasi cukup tinggi. Setiap hari tidak kurang dari satu juta penumpang yang diangkut pulang pergi dari Bekasi. Untuk mengantisipasi agar gangguan tidak berulang, PT KCI bekerja sama dengan PT KAI Daop I Jakarta sedang melakukan investigasi. Namun, penyebab gangguan berulang itu belum teridentifikasi.
”Akhir-akhir ini cuaca ekstrem, jadi kita tidak bisa salahkan cuaca, makanya kami cek. Istilahnya apakah masalahnya ada di prasarana lain. Tetapi pastinya kami harus mengatasi masalah ini,” ujar Anne.