Ketegangan politik menjelang hari pencoblosan pemilu 17 April perlu dicairkan sehingga pemilu dapat dirasakan sebagai kegiatan yang membahagiakan. Pesan-pesan substansi utama pemilu salah satunya dapat dilakukan melalui kegiatan kesenian.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Ketegangan politik menjelang hari pencoblosan pemilu pada 17 April 2019 perlu dicairkan sehingga pemilu dapat dirasakan sebagai kegiatan yang membahagiakan. Pesan-pesan akan substansi utama pemilu salah satunya dapat dilakukan melalui kegiatan kesenian.
Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jateng, Muhammad Rofiuddin, pada Gebyar Budaya Bawaslu Jateng 2019, di Kelenteng Sam Poo Kong, Kota Semarang, Sabtu (13/4/2019), mengatakan, pemilu menghasilkan substansi demokrasi jika pelaksanaannya sesuai ketentuan.
Dalam rangka menyampaikan pesan-pesan pengawasan pemilu itu, Bawaslu Jateng melakukannya melalui jalur kebudayaan. ”Kami menggandeng kartunis, pelukis, hingga penyair. Kami berharap, mereka bisa berkarya dengan pesan yang berisi pengawasan pemilu,” ujar Rofiuddin.
Gebyar Budaya Bawaslu dilaksanakan pada Sabtu dengan kegiatan seperti Pameran Pengawasan Pemilu, suguhan kesenian barongsai, pentas seni budaya, sarasehan budaya, dan acara bincang-bincang. Acara diawali dengan long march dan apel siaga pemilu di Jateng.
Melibatkan seniman
Rofiuddin menambahkan, dengan keterlibatan seniman, diharapkan pesan tersampaikan serta pemilu akan berjalan lancar. ”Pesan bahwa sebenarnya dalam pemilu ini bukan hanya siasat, tetapi penentuan nasib bangsa ke depan. Pemilu harus menggembirakan,” katanya.
Heri Candra Santosa, seniman dari Komunitas Lereng Medini, Kabupaten Kendal, Jateng, menuturkan, sebagai bagian dari masyarakat sipil, kalangan seniman sudah seharusnya dilindungi dan dipelihara negara. Kontribusi seniman penting bagi negara.
Oleh karena itu, seniman pun memiliki peran penting dalam menyukseskan jalannya Pemilu 2019 pada 17 April. ”Di era saat ini, muncul gerakan membuat mural yang isinya menyampaikan pesan tentang pendidikan politik,” ujar Heri.
Ia menyebutkan, saat ini, pendidikan politik menjadi pekerjaan rumah bersama. Hal ini berkaitan dengan literasi kebudayaan yang menunjang peradaban bangsa, dalam konteks berdemokrasi. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Perancis menjadi negara demokrasi karena tingkat literasinya baik.
Ketua Bawaslu Jateng M Fajar Saka menambahkan, konflik di antara pendukung peserta pemilu harus dihindari. Menurut dia, perbedaan pilihan merupakan hal biasa, tetapi jangan sampai memicu keresahan yang dapat menyulut konflik dan berpotensi memecah belah bangsa.
Antusiasme pemantauan
Rofiuddin menuturkan, antusiasme masyarakat untuk berpartisipasi memantau jalannya Pemilu 2019 di Jateng begitu tinggi. ”Hingga kini, ada 25 organisasi yang terdaftar di Bawaslu Jateng. Kami mengapresiasi tingginya tingkat keterlibatan masyarakat ini,” ucapnya.
Ia mengatakan, pemantau Pemilu 2019 sudah ada yang melaporkan dugaan pelanggaran, seperti di Kota Semarang. Ia pun berharap dan meminta kepada pemantau untuk terus-menerus melakukan pemantauan secara profesional, netral, dan adil.
”Apabila ada organisasi yang melakukannya tidak secara profesional, Bawaslu akan mencabut akreditasi yang diberikan,” kata Rofiuddin, yang juga Koordinator Divisi Humas dan Hubungan Antar-Lembaga Bawaslu Jateng.