1.586 Bencana Terjadi Tahun Ini, Bencana Hidrometeorologi Mendominasi
JAKARTA, KOMPAS — Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat, sebanyak 1.586 kejadian bencana terjadi pada 1 Januari 2019 sampai 30 April 2019. Lebih dari 98 persen bencana tersebut adalah bencana hidrometeorologi atau bencana terkait dengan cuaca.
Besarnya potensi bencana yang terjadi di Indonesia seharusnya diimbangi dengan upaya mitigasi yang baik dari masyarakat. Sayangnya, tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana masih rendah.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, mitigasi yang dilakukan, baik struktural maupun nonstruktural, masih belum dijadikan prioritas dalam pembangunan di daerah. Upaya penanganan bencana masih banyak menitikberatkan pada darurat bencana, bukan pada mitigasi.
”Kejadian bencana yang terus meningkat hendaknya menjadi pembelajaran agar tidak terulang pada masa mendatang. Jika pun terjadi lagi, dampak bencana dapat diminimalkan. Oleh karena itu, pengurangan risiko bencana dan mitigasi bencana harus terintegrasi dalam pembangunan,” kata Sutopo dalam siaran pers, Selasa (30/4/2019).
Menurut Sutopo, peningkatan upaya mitigasi kepada masyarakat diperlukan karena potensi bencana di Indonesia cukup tinggi. Hampir semua wilayah Indonesia rawan bencana. Hal ini tampak dari besarnya jumlah bencana yang terjadi sepanjang tahun ini.
BNPB mencatat, pada 1 Januari 2019 sampai 30 April 2019 sudah ada 1.586 kejadian bencana di Indonesia. Setidaknya ada 325 orang meninggal akibat bencana yang terjadi. Selain itu, dampak lainnya adalah 113 orang hilang, 1.439 orang luka-luka, dan 996.143 orang mengungsi.
Pada 1 Januari 2019 sampai 30 April 2019 sudah ada 1.586 kejadian bencana di Indonesia. Setidaknya ada 325 orang meninggal akibat bencana yang terjadi. Selain itu, dampak lainnya adalah 113 orang hilang, 1.439 orang luka-luka, dan 996.143 orang mengungsi.
Selain korban manusia, bencana juga menyebabkan kerusakan fisik yang cukup berat. Terdapat 3.588 rumah rusak berat, 3.289 rumah rusak sedang, 15.376 rumah rusak ringan, 325 bangunan pendidikan rusak, 235 fasilitas peribadatan rusak, dan 78 fasilitas kesehatan rusak.
Lebih banyak bencana
Secara statistik, dibandingkan dengan tahun 2018 dalam periode yang sama, kejadian bencana pada 2019 mengalami kenaikan 7,2 persen. Pada 2018 terjadi 1.480 bencana, sedangkan tahun 2019 terjadi 1.586 bencana. Kenaikan jumlah korban jiwa juga terjadi, yaitu sebanyak 192 orang pada 2019 dari tahun sebelumnya yang sebanyak 150 orang meninggal dunia.
”Besarnya dampak yang timbul salah satunya disebabkan minimnya upaya mitigasi masyarakat,” kata Sutopo.
Selama 2019 ada tiga kejadian bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang cukup besar. Bencana itu ialah banjir dan longsor di Sulawesi Selatan pada 22 Januari 2019; banjir dan longsor di Sentani, Provinsi Papua, pada 16 Maret 2019; serta banjir dan longsor di Bengkulu pada 27 April 2019.
Pada bencana banjir dan longsor Sulawesi Selatan, sebanyak 82 orang meninggal dunia dengan kerugian dan kerusakan mencapai Rp 926 miliar. Banjir dan longsor di Sentani, Provinsi Papua, menyebabkan 112 orang meninggal dunia, 82 orang hilang, dan 965 orang luka. Kerugian dan kerusakannya mencapai Rp 668 miliar.
Sementara banjir dan longsor di Bengkulu menyebabkan 29 orang meninggal dunia, 13 orang hilang, dan 4 orang luka. Data sementara memperkirakan besar kerugian dan kerusakannya Rp 200 miliar.
Sutopo mengatakan, statistik bencana ini tidak hanya memuat angka-angka, tetapi juga memiliki makna bahwa ancaman bencana terus meningkat. Meningkatnya bencana pada 2019 disebabkan ada pemicu banjir dan longsor, yaitu curah hujan yang deras. Kombinasi antara alam dan antropogenik (ulah manusia) menjadi penyebab utama meningkatnya potensi bencana.
Baca juga: Hujan Lebat dan Gelombang Tinggi hingga 6 Mei
Meningkatnya bencana pada 2019 disebabkan ada pemicu banjir dan longsor, yaitu curah hujan yang deras. Kombinasi antara alam dan antropogenik (ulah manusia) menjadi penyebab utama meningkatnya potensi bencana.
Banjir Bengkulu
Terkait dengan masa tanggap darurat yang saat ini masih berlangsung di Bengkulu, Sigi, dan Pesisir Barat Sumatera lainnya, upaya pencarian, penyelamatan, dan evakuasi bencana masih terus dilakukan. Dampak bencana di Bengkulu saat ini 29 orang meninggal dunia, 13 orang hilang, 4 orang luka, 12.000 orang mengungsi, dan 13.000 orang terdampak.
Baca juga: Banjir Masih Mengancam
Sebagian wilayah banjir sudah surut. Namun, pemenuhan kebutuhan dasar bagi pengungsi masih perlu ditingkatkan, terutama kebutuhan dasar, seperti pemenuhan makanan siap saji, air bersih, dan tenda pengungsian.
Baca juga: Daerah Terisolasi akibat Bencana Alam Bengkulu Jadi Prioritas
Kondisi ini juga terjadi dalam penanganan banjir lumpur di Sigi, Sulawesi Tengah. Banjir lumpur pada Minggu (28/4/2019) siang tersebut terjadi di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Dolo Selatan, Gumbasa, dan Kulawi. Tercatat ada 1 orang meninggal, 2.793 orang mengungsi, 5 rumah hilang, 36 rumah rusak berat, dan 528 rumah terendam banjir dan lumpur.