Angkutan umum berbasis aplikasi daring bernama aplikasi TRON resmi beroperasi di Kota Bekasi, Jawa Barat. Aplikasi ini diharapkan mampu menarik minat warga kembali menggunakan angkutan umum. Targetnya kepadatan lalu lintas dapat terurai di sejumlah ruas jalan.
Oleh
Stefanus ato
·4 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Angkutan umum berbasis aplikasi daring bernama aplikasi TRON resmi beroperasi di Kota Bekasi, Jawa Barat. Aplikasi ini diharapkan mampu menarik minat warga kembali menggunakan angkutan umum. Targetnya kepadatan lalu lintas dapat terurai di sejumlah ruas jalan.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, saat meresmikan angkutan itu mengatakan, terobosan ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah Kota Bekasi menggandeng pihak swasta untuk meningkatkan pelayanan transportasi publik di Bekasi. Pemerintah akan menyiapkan infrastruktur pendukung untuk meningkatkan pelayanan transportasi berbasis aplikasi itu.
"Pengoperasian pertama di dua zona, yaitu Rawa Panjang dan Bekasi Timur. Nanti bertahap ke kecamatan lain yang beban transportasinya cukup tinggi," ucap Pepen, Jumat (3/5/2019), di Kota Bekasi.
Pepen mengatakan, pemerintah menyambut baik upaya TRON yang mememilih Kota Bekasi sebagai proyek percontohan pengembangan aplikasi TRON. Pemkot Bekasi akan menjamin kemananan dan perlindungan hukum usaha agar transportasi daring kian berkembang.
Chief Executive Officer TRON David Santoso mengatakan, Kota Bekasi memiliki persoalan kemacetan yang perlu diselesaikan. Hal itu karena dari 40 juta perjalanan di Jabodetabek, 15 persen perjalanan ada di Kota Bekasi.
"Menariknya di Kota Bekasi ini belum ada sentuhan teknologi (angkutan umum) yang bisa dinikmati masyarakat. Padahal bentuk layanan traspotasi tertua adalah angkutan umum," ucapnya.
David menambahkan, aplikasi TRON merupakan bentuk layanan angkutan umum berbagi tumpangan. Angkutan berbasis aplikasi daring itu tidak akan melulu mengikuti rute yang sama, karena dia diatur mendekati halte-halte virtual (titik penjemputan dalam aplikasi).
"Jarak ideal yang kami tawarkan 300 sampai 500 meter (dari pemukiman warga). Kalau dulu, masyarakat mau menikmati angkot, harus keluar ke jalan utama. Sekarang kami mencoba sedikit membelokan ke jalan yang ada di dekat permukiman," ujarnya.
Sejak pertama kali mengaspal, angkotan umum berbasis aplikasi daring yang beroperasi sebanyak 30 unit dan tersebar melintasi wilayah dua kecamatan, yaitu Bekasi Timur dan Rawalumbu. Rutenya dibagi atas dua zona, yaitu untuk angkot K-11A mulai dari Perumahan Rawalumbu hingga Terminal Bekasi. Sedangkan angkot K-11B rutenya dimulai dari Narogong hingga Rawa Panjang.
"Saat ini ada 40 titik penjemputan. Prinsipnya penjemputan dilakukan di tempat berkumpulnya penumpang," ucap David.
Murah dan efesien
David meyakini, angkutan umum berbasis aplikasi ini secara perlahan akan mampu mengurai beban kemacetan di Kota Bekasi. Selain itu angkutan umum berbasis aplikasi tidak akan ngetem karena mereka hanya menjemput penumpang sesuai pesanan. Waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan dan menaikan penumpang antara dua sampai tiga menit.
Tarif yang dikenakan untuk sekali perjalanan baik jarak jauh atau dekat sebesar Rp 3.000 per orang. Sebagai perbandingan, tarif angkot konvensional di Kota Bekasi paling rendah dimulai dari Rp 3.000 per orang untuk jarak dekat dan jarak terjauh Rp 7.000 per orang.
"Sopir angkot juga kami bekali tentang pelayanan, agar tidak ugal-ugalan di jalan. Kami bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Kota Bekasi mengawasi kelakuan dari pengemudi kami. Keberadaan mereka juga terpantau melalui aplikasi," ucap David.
Terobosan angkutan umum daring ini merupakan bagian dari upaya TRON mengembalikan eksistensi angkot sebagai transportasi massal. Selama ini karena tidak ada angkutan umum daring, banyak mobil pribadi yang beralih menjadi transportasi umum daring. Hal itu menjadi salah satu pemicu kemacetan lalu lintas.
David menambahkan, pihaknya menargetkan untuk mengoperasikan lebih dari 1.000 unit angkutan umum sebelum akhir tahun 2019. Aplikasi TRON hingga saat ini juga sudah diunduh sekitar 2.000 kali.
Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto menilai angkutan umum berbasis aplikasi daring lebih efesien dibandingkan Transpatriot yang dikembangkan Pemkot Bekasi. Menurut Tri, Pemkot Bekasi setiap bulan mensubsidi hampir Rp 400 juta untuk beroperasinya bus Transpatriot dengan tarif Rp 4.000 per orang.
"Layanan ini di satu sisi, akan melayani masyarakat, juga memberi kepastian agar angkutan umum bisa hidup. Sekarang ini, izin trayek hampir 3.300 unit. Tetapi yang beroperasi hanya 1.500 unit dan banyak yang sudah tidak memenuhi standar," kata Tri.