Bank Besar Alami Penurunan Rasio Laba Bersih atas Ekuitas
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah bank besar mencatat penurunan rasio laba bersih atas ekuitas pada awal tahun. Bank-bank tersebut terus berupaya agar target rasio laba bersih atas aset dapat terjaga dengan mendorong efisiensi.
Penurunan laba bersih atas ekuitas (return on equity/ROE) pada triwulan I-2019 sejauh ini diketahui terjadi pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN, serta PT Bank Central Asia Tbk atau BCA.
ROE adalah salah satu indikator profitabilitas bank yang menunjukkan kemampuan menghasilkan laba bersih. ROE menjadi tolok ukur seberapa besar sebuah perusahaan mampu menghasilkan laba bersih dari ekuitas yang didapat, baik dari modal sendiri maupun modal yang disetorkan pemegang saham. Jika ROE tinggi, berarti perusahaan mampu memberikan imbal hasil yang tinggi kepada pemegang saham.
Pada triwulan I-2019, BTN mencatat penurunan tipis ROE. ROE turun menjadi 14,08 persen pada Maret 2019 dari 14,69 persen pada Maret 2018.
Direktur BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan, ROE BTN turun karena laba bersih tumbuh melambat pada Maret 2019. Laba bersih tumbuh 5,67 persen secara tahunan menjadi Rp 723,15 miliar pada triwulan I-2019. Sementara itu, pada tahun periode sama tahun lalu, laba bersih tumbuh 15,13 persen atau senilai Rp 684,34 miliar.
”Pertumbuhan laba bersih itu turun karena margin bunga bersih (NIM) turun. Penurunan NIM disebabkan beban biaya dana (cost of fund) naik. Pada tahun ini, BTN menargetkan ROE pada kisaran 16 persen,” ujar Iman saat dihubungi di Jakarta, Kamis (9/5/2019).
Selain BTN, BNI juga menghadapi penurunan ROE. Mengutip Laporan Keuangan BNI per 31 Maret 2019, ROE turun menjadi 15,92 persen pada Maret 2019 dari 16,32 persen pada Maret 2018.
Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo menyampaikan, ROE turun karena nilai ekuitas lebih tinggi dibandingkan dengan profit yang diperoleh. BNI menargetkan ROE pada kisaran 17-18 persen tahun 2019.
Adapun BCA mencatat penurunan ROE menjadi 15,36 persen pada Maret 2019 dari 16,06 persen pada Maret 2018. Besaran ROE sejauh ini tercatat masih sesuai target, yaitu di atas 15 persen hingga akhir 2019.
”Rasio laba bersih atas ekuitas turun akibat BCA banyak melakukan pencadangan pada 2018. Kami belum merasa khawatir karena ini masih awal tahun,” kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja,
Rasio pencadangan (coverage ratio) BCA mencapai 183,6 persen pada Maret 2018. Rasio pencadangan kini turun menjadi 171,4 persen per Maret 2019.
Secara terpisah, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengemukakan, penurunan ROE yang dialami bank besar merupakan fenomena menarik. Selain karena lebih sering terjadi bank kecil, bank besar yang mengalami penurunan ROE mencatat kenaikan laba dan liabilitas pada awal tahun.
”Pada umumnya ROE terjadi karena ada penurunan laba bersih bank serta penurunan nilai liabilitas, termasuk di dalamnya penurunan dana pihak ketiga (DPK). Namun, kalau laba meningkat dan ROE turun, satu-satu penyebabnya adalah rata-rata nilai ekuitas yang naik lebih besar dari laba,” ucap Piter.
Pada umumnya ROE terjadi karena ada penurunan laba bersih bank serta penurunan nilai liabilitas, termasuk di dalamnya penurunan dana pihak ketiga.
Ia mengatakan, untuk meningkatkan ROE, bank harus meningkatkan laba dan penghimpunan dana. Artinya, bank harus mengurangi beban biaya dana untuk mendorong efisiensi.
Anggoro mengatakan, BNI akan meningkatkan profit melalui penerimaan bunga dan nonbunga. ”Kami akan melakukan ekspansi kredit dengan imbal hasil yang tinggi diiringi oleh penghimpunan dana murah (CASA),” tuturnya.
Adapun Iman menyampaikan, BTN berupaya untuk menurunkan beban biaya dana. Langkah yang ditempuh adalah menurunkan special rate deposito. BTN akan meningkatkan penyerapan CASA sehingga komposisi berubah naik dari sekitar 44 persen menjadi 49 persen.