PYONGYANG, KAMIS — Kementerian Luar Negeri Korea Utara manyatakan, latihan militer yang Korut lakukan pada Sabtu (4/5/2019) pekan lalu merupakan latihan rutin dan tidak ditargetkan kepada siapa pun atau memperburuk situasi di kawasan itu. Bagi Korut, latihan militer merupakan hak setiap negara untuk memastikan kemampuan pertahanannya.
Pernyataan tersebut dalam rangka menjawab keberatan negara lain yang menganggap latihan militer Korut meningkatkan ketegangan militer di Semenanjung Korea.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut, yang tidak menyebutkan namanya, menyatakan, latihan yang dilaksanakan pada Sabtu kemarin bertujuan memeriksa kemampuan militer Korut, termasuk mengecek peluncur roket jarak jauh, senjata taktis, peralatan militer yang berada di daerah timur dan garis depan Korut, serta memastikan kemampuan militer secara menyeluruh untuk bisa mobilisasi tempur setiap saat.
”Latihan menegaskan reaksi cepat unit pertahanan di daerah garis depan dan di daerah timur. Mereka siap untuk bertempur di bawah perintah apa pun dan kapan saja. Namun, beberapa negara memberikan komentar yang penuh kebencian terhadap latihan militer rutin dan defensif yang dilakukan Korut,” tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri, seperti dikutip dalam laporan kantor berita Korut, KCNA, Rabu (8/5/2019).
Ia menekankan, hak setiap negara untuk menjalankan latihan militer demi pertahanan nasional. Ia mencontohkan, pada Maret dan April 2019, latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Korea Selatan yang ia sebut ”Dong Maeng (Aliansi) 19-1” dilaksanakan di Korsel.
”Namun, untuk alasan yang tidak diketahui, dunia diam saja terhadap latihan militer (AS dan Korsel) yang provokatif. Hanya latihan militer reguler Korut yang dicap sebagai provokatif. Ini adalah bagian dari upaya untuk menekan perlucutan senjata kita secara bertahap dan akhirnya menyerang kita,” tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut.
Ia memperingatkan, apabila negara lain terus berusaha menyangkal kedaulatan Korut dan hak Korut untuk membela diri, Korut akan mengambil ”arah yang tidak diinginkan oleh kita ataupun mereka”.
Dalam laporan lain oleh KCNA, juru bicara militer Korut mengatakan, latihan militer pada Sabtu kemarin dijalankan di wilayah Korut. Benda yang diluncurkan dalam latihan jatuh di perairan yang berada di bawah kontrol Tentara Rakyat Korea, yaitu di bagian timur utara Laut Timur Korea, sehingga tidak mengancam AS, Korsel, Jepang, dan lainnya.
Ia menambahkan, tidak ada penembakan rudal jarak menengah, jarak jauh, dan misil balistik antarbenua (ICBM) selama latihan militer pada Sabtu kemarin.
Ketegangan militer
Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan mengatakan, Rabu, Korut meluncurkan ”roket dan rudal”. Latihan militer Korut pada Sabtu pekan lalu diangap sebagai ujian pertama rudal balistik Korut setelah meluncurkan rudal balistik antarbenua pada November 2017.
Korsel juga merespons latihan militer Korut pada Sabtu kemarin dan mendesak Korut ”menghentikan tindakan yang meningkatkan ketegangan militer di Semenanjung Korea”.
Presiden AS Donald Trump pada Sabtu lalu mengatakan masih merasa yakin bisa membuat kesepakatan dengan Korut mengenai perdamaian di Semenanjung Korea. Ia sudah bertemu dengan Kim Jong Un dua kali, pada Juni 2018 dan Februari 2019. Pada pertemuan pertama, kedua pemimpin menandatangani pernyataan bersama dan sepakat untuk menjamin keamanan Korut dan denuklirisasi Semenanjung Korea.
Pada pertemuan kedua, Trump dan Kim Jong Un gagal meraih kesepakatan untuk menindaklanjuti denuklirisasi Semenanjung Korea. Korut ingin beberapa sanksi internasional yang diterapkan kepadanya dicabut dan menawarkan pembongkaran fasilitas utama nuklirnya di Yongbyon. AS sementara itu menganggap Korut ingin semua sanksi internasional kepadanya dicabut, suatu hal yang tidak bisa diterima AS. (REUTERS)