Tim mitigasi konflik satwa mendapati jejak konflik berkepanjangan kawanan gajah sumatera dan warga pendatang yang merambah liar kawasan ”wildlife conservation area” di Kabupaten Tebo, Jambi. Konflik itu diindikasikan memicu kematian seekor gajah betina pekan ini.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
TEBO, KOMPAS — Tim mitigasi konflik satwa mendapati jejak konflik berkepanjangan kawanan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) dan warga pendatang yang merambah liar kawasan wildlife conservation area di Kabupaten Tebo, Jambi. Konflik itu diindikasikan memicu kematian seekor gajah betina pekan ini.
Kompas mendapati sejumlah pondok perambah beserta tanamannya dalam kondisi rusak pada lokasi sekitar gajah yang mati dalam wildlife conservation area (WCA) PT Lestari Asri Jaya di wilayah Sumay, Tebo, Jumat (10/5/2019).
Di sekeliling pondok itu, berserakan pula kotoran gajah di antara tanaman jagung dan cabai yang ditanami perambah. Tim juga mendapati sisa cairan racun rumput dengan wadahnya yang terserak dekat tanaman.
”Konflik ini bisa jadi terkait erat dengan tewasnya gajah,” ujar Alber Tetanus, Koordinator Unit Mitigasi Konflik Gajah Frankfurt Zoological Society (FSZ).
Ia melanjutkan, wilayah hutan tersebut telah lama menjadi areal jelajah kawanan gajah. Sejak kawasan itu dialihkan fungsinya menjadi hutan tanaman industri (HTI) karet tahun 2010, perambahan liar pun marak. Bersamaan itu pula konflik satwa dilindungi menyeruak.
Konflik ini bisa jadi terkait erat dengan matinya gajah.
Pihaknya pun mendapati penanganan kurang berpihak dari perusahaan terhadap gajah di wilayah itu. Kerap didapati petugas malah menggiring gajah keluar dari dalam WCA yang ditanami karet.
Tim FZS menemukan seekor gajah betina di semak-semak di dalam areal WCA, Rabu, 8 Mei. Sewaktu didekati, tim mendapati gajah telah mati. Hari berikutnya, tim penyidik gabungan dari Kepolisian Resor Tebo dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi mengolah lokasi kejadian.
Tim dokter juga mengambil sampel organ gajah itu, mulai dari jantung, limpa, hati, hingga paru. Kematian gajah diperkirakan telah berkisar lima hari.
Ketua Forum Konservasi Gajah Indonesia Krismanko Padang mendesak aparat penegak hukum melakukan investigasi menyeluruh di balik matinya gajah tersebut. Ia pun mendorong keseriusan para pihak agar menyelamatkan habitat gajah yang tersisa. Areal WCA seluas 9.700 hektar semestinya menjadi rumah yang nyaman bagi gajah sumatera.
Kepala BKSDA Jambi Rahmad Saleh menyebutkan, areal WCA itu masuk ke dalam rencana penetapan kawasan ekosistem esensial (KEE) yang menyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT). KEE seluas total 54.800 hektar itu dialokasikan sebagai ruang hidup bagi 150 gajah sumatera dalam ekosistem Bukit Tigapuluh. Arealnya mencakup zona konservasi dalam kawasan HTI, hutan tanaman rakyat, dan hutan produksi.
Lokasi WCA terletak berbatasan dengan TNBT dan diapit dua blok konsesi restorasi ekosistem PT Alam Bukit Tigapuluh. WCA merupakan proyek jangka panjang PT Lestari Asri Jaya bekerja sama dengan WWF Indonesia yang secara efektif mulai dikembangkan sejak 2018. Program ini mendapat pendanaan dari Michelin Group sebesar 5 juta euro.
Direktur PT Lestari Asri Jaya Meizani Irmadhiany menyebutkan, pihaknya mengalokasikan sebagian area konsesi tanaman hutan industrinya sebagai wilayah jelajah bagi gajah sumatera yang saat ini populasinya diperkirakan tersisa 120-150 individu di lanskap Bukit Tigapuluh.