Untuk pertama kali, kasus cacar monyet dilaporkan di Singapura. Kasus ini mencuat setelah Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan adanya kasus cacar monyet (monkeypox) dari seseorang warga negara Nigeria yang tiba di Singapura, akhir April lalu.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
Untuk pertama kali, kasus cacar monyet dilaporkan di Singapura. Infeksi virus itu sekali pun belum pernah ditemukan di Asia sebelumnya. Pasalnya, wilayah terjangkit cacar monyet ada di Afrika Tengah dan Afrika Barat, seperti Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Sierra Leone, Gabon, dan Sudan Selatan.
Kasus ini mencuat setelah Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan adanya kasus cacar monyet (monkeypox) dari seseorang warga negara Nigeria yang tiba di Singapura, akhir April lalu. Pria tersebut kini masih menjalani perawatan khusus di ruang isolasi. Sebanyak 23 orang yang kontak dekat dengan pria itu juga diisolasi untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Monkeypox adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis). Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, serta lesi (luka) pada kulit atau mukosa dari binatang yang terinfeksi. Penularan juga bisa terjadi karena mengonsumsi daging dari binatang terinfeksi yang tidak dimasak sampai matang.
Penyakit itu pernah dilaporkan pula menjadi kejadian luar biasa (KLB) di beberapa wilayah. Tahun 1970, kasus pertama kali terjadi di Republik Demokratik Kongo. Kemudian, pada 2003, kasus ini dilaporkan di Amerika Serikat akibat riwayat kontak manusia dengan anjing peliharaan yang terinfeksi oleh tikus Afrika yang masuk ke Amerika. Setelah itu, tahun 2017 terjadi kejadian luar biasa di Nigeria dan temuan baru dilaporkan di Singapura tahun ini.
Dinamakan cacar monyet karena penularannya bisa berasal dari monyet yang terinfeksi. Selain itu, penyakit ini bisa juga ditularkan melalui tikus gambia dan tupai.
Dokter spesialis penyakit dalam pada Divisi Penyakit Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Adityo Susilo, menjelaskan, infeksi virus cacar monyet biasanya terjadi karena penularan dari hewan ke manusia. Sedikit kasus yang terjadi dari manusia ke manusia.
”Jika merunut pada WHO, penularan dari manusia ke manusia baru bisa terjadi kalau ada kontak langsung dan erat atau direct close contact dengan pasien yang terinfeksi virus cacar monyet. Bisa melalui droplet atau cipratan air liur ataupun lewat luka. Namun, risiko kecil karena harus kontak langsung yang terjadi berulang-ulang,” katanya saat dihubungi di Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Jika merunut pada WHO, penularan dari manusia ke manusia baru bisa terjadi kalau ada kontak langsung dan erat atau direct close contact dengan pasien yang terinfeksi virus cacar monyet.
Masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) cacar monyet biasanya selama 5-21 hari. Gejala yang timbul berupa demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas.
Setelah masa inkubasi, biasanya seseorang yang terinfeksi akan menunjukkan tanda seperti ruam pada kulit, mulai dari wajah sampai seluruh permukaan tubuh. Ruam ini awalnya berupa bintik merah seperti cacar (makulopapula), kemudian berkembang menjadi seperti lepuh yang berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, dan kemudian mengeras. Biasanya diperlukan waktu hingga tiga minggu sampai ruam tersebut menghilang.
”Tidak ada pengobatan atau perawatan khusus bagi pasien cacar monyet. Biasanya akan sembuh sendiri setelah tiga minggu. Pastikan cairan dan nutrisi yang diterima oleh pasien tetap baik,” ujar Adityo.
Gejala pada pasien cacar monyet biasanya berlangsung selama 14-21 hari. Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak. Selain itu, lama perawatan juga dipengaruhi oleh tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan tingkat keparahan komplikasi.
Kasus kematian yang dilaporkan kurang dari 10 persen dari seluruh kasus yang ditemukan. Sebagian besar pasien yang meninggal adalah anak-anak. Secara umum, kelompok usia yang lebih muda lebih rentan terhadap penyakit ini.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan, masyarakat tidak perlu panik dengan adanya pemberitaan mengenai penyakit cacar monyet. Penyakit ini kemungkinan besar tidak masuk ke Indonesia. ”Sampai saat ini belum ditemukan kasus monkeypox di Indonesia,” ujarnya.
Meski demikian, masyarakat diimbau untuk senantiasa waspada dan menjaga kebersihan. Sejumlah bandara dan pelabuhan diminta untuk melakukan pengawasan dan penjagaan pada warga negara lain yang akan masuk ke Indonesia, terutama dari negara endemis cacar monyet, seperti Afrika Tengah dan Afrika Barat. Pengawasan ketat terutama dilakukan di Batam, Kepulauan Riau, dan Tanjung Pinang yang berbatasan dekat dengan Singapura.
Anung menyampaikan, penularan cacar monyet bisa dicegah. Cara paling mudah adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan sabun. Selain itu, masyarakat diimbau untuk menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik.
Kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi juga perlu dilakukan. Sementara orang yang baru kembali dari wilayah terjangkit monkeypox agar segera memeriksakan diri jika mengalami gejala-gejala seperti demam tinggi mendadak, pembesaran kelenjar getah bening, dan ruam kulit.
Pencegahan ini juga perlu dilakukan oleh petugas kesehatan yang merawat pasien. Pastikan petugas menggunakan alat pelindung yang lengkap agar tidak mengalami kontak langsung dengan pasien.