Kopi, Jagung Berondong, dan Dupa
Nama kopi, dalam bahasa Inggris coffee, diyakini merujuk pada nama tempat pertama kali kopi ditemukan. Tempat dimaksud adalah Kaffa di Etiopia. Kopi lantas menjadi bagian dari budaya di negara yang berada di Tanduk Afrika tersebut.
Satu waktu sekitar tahun 850, Kaldi, penggembala kambing di Abyssinia, saat ini bernama Etiopia, menjumpai kambingnya bertingkah aneh. Berlarian ke sana kemari, melompat-lompat, dan tak henti-hentinya mengembik dengan keras.
Setelah diselidiki, tingkah kambingnya disebabkan buah kecil berwarna merah di semak belukar yang dimakannya. Penasaran dengan buah itu, Kaldi ikut mencobanya. Tak lama, dia turut merasakan tubuhnya lebih segar.
Atas saran istrinya, Kaldi lantas membawa buah itu ke biara. Namun, biarawan merespons negatif. ”Ini pekerjaan setan,” kata biarawan yang kemudian membakar buah tersebut.
Beberapa menit setelah terbakar, aroma wangi justru memenuhi ruangan. Kulit buah pun terbuka, biji di dalamnya terpanggang. Biarawan mengambil biji yang sudah menghitam dan menyimpannya di guci. Air panas kemudian dimasukkan ke guci. Setelah beberapa saat, biji kopi mereka kunyah.
Efeknya luar biasa. Biji kopi membuat biarawan tetap terjaga saat berdoa malam itu. Sejak saat itu, mereka memakannya setiap hari guna menjaga kebugaran tubuh.
Ini hanya satu dari sekian banyak legenda yang menceritakan pertama kali ditemukannya kopi. Namun, dari sekian banyak legenda, orang Etiopia meyakini kisah Kaldi sebagai sebuah kebenaran. Mereka lantas mewariskan cerita itu turun-temurun.
Legenda tersebut hidup di masyarakat Etiopia sama kuatnya dengan tradisi minum kopi. Sejak ratusan atau bahkan ribuan tahun lalu, mereka rutin minum kopi setiap hari. Dalam satu hari, minimal tiga kali. Pagi, siang, dan menjelang malam.
Tak sekadar minum, tradisi itu oleh leluhur orang Etiopia dibingkai dalam sebuah upacara. Upacara minum kopi namanya. Dalam upacara ini, ibu rumah tangga atau perempuan mengenakan pakaian tradisional Etiopia, berperan menjadi barista.
Dia menyangrai biji kopi di wajan, di atas bara api arang di anglo. Setelah matang, biji yang berubah hitam diangkat keluar dari wajan dan ditumbuk hingga halus dengan alat-alat tradisional, yaitu alu dan lesung berukuran kecil.
Bubuk kopi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kendi dan diseduh dengan air panas, sebelum dituangkan ke gelas-gelas berukuran kecil. Barulah setelah itu kopi disajikan.
Teman ”ngopi”
Di hadapan sang barista, para penikmat kopi duduk menanti, bercengkerama bersama, menceritakan segala hal, hingga barista menunaikan tugasnya. Saat kopi disajikan, obrolan kian hangat, dan sebagai teman ngopi, dihadirkan jagung berondong (popcorn). Makanan dari jagung ini biasa mereka celupkan ke dalam kopi sebelum dimakan.
Selain itu, dupa yang sudah dibakar ditaruh di tengah-tengah tempat minum kopi. Asap dari dupa bercampur aroma kopi, menghadirkan aroma yang, menurut orang Etiopia, bisa menenangkan. Kehadiran dupa sekaligus simbol yang tidak bisa dilepaskan dari upacara minum kopi sejak dahulu kala.
Simbol lain yang sudah lama ada, potongan-potongan rumput hijau yang selalu ditaburkan di sekeliling meja barista. Rumput merupakan simbol keterikatan manusia Etiopia dengan alam.
Tradisi dan gaya minum kopi tersebut hingga kini masih lestari di banyak keluarga di Etiopia. Saat Kompas berkunjung ke Etiopia atas undangan dari Kedutaan Besar Etiopia di Indonesia, 21-26 April 2019, tradisi itu mudah pula dijumpai di pasar-pasar tradisional, pusat-pusat perbelanjaan, dan rumah- rumah makan.
Di instansi-instansi pemerintah, seperti Kementerian Luar Negeri, tradisi minum kopi tiga kali sehari juga berlaku. ”Tiga kali sehari setiap hari kerja, pegawai mendapat kopi,” kata Tasyafe, pegawai Kemenlu
Etiopia.
Museum etnologi
Bukti bahwa upacara minum kopi merupakan warisan leluhur orang Etiopia bisa dilihat di Museum Etnologi Etiopia. Di salah satu ruang di museum yang berada di Universitas Addis Ababa itu terdapat lemari kaca yang menampilkan puluhan kendi berusia tua tempat menyimpan minuman kopi. Setiap suku di Etiopia memiliki bentuk kendi yang berbeda. Kendi yang digunakan juga memperhatikan tujuan upacara minum kopi digelar.
”Saat ada acara pernikahan, misalnya, bentuk kendi yang digunakan berbeda dengan kendi saat upacara minum kopi keluarga,” kata Deresse Esheto, pemandu museum.
Di depan lemari kaca itu, berbagai macam alat yang biasa digunakan untuk mengolah kopi ditampilkan. Alat-alat tradisional, seperti anglo, alu, dan lesung, hingga kini masih digunakan masyarakat Etiopia untuk membuat kopi.
Dilahirkannya upacara minum kopi oleh leluhur orang Etiopia tersebut bukan tanpa alasan. ”Upacara minum kopi diciptakan sebagai media untuk mempererat ikatan persaudaraan. Tak hanya itu, dalam upacara, setiap permasalahan yang muncul bisa dikomunikasikan dan dicari solusinya,” ujar CEO Tourism Etiopia Lensa Mekonnen.
Ini bisa tercipta karena upacara minum kopi biasanya memakan waktu hingga satu jam. Selain saat penikmat kopi menanti barista menyelesaikan tugas, juga saat kopi sudah disajikan dan secara perlahan bersama-sama mereka nikmati.
Selama masa itu, mereka bisa saling berbagi kisah, bersenda gurau, dan jika ada permasalahan yang muncul bisa dibahas bersama-sama serta dicari solusinya. Jadilah upacara minum kopi sekaligus menjadi media untuk melepas penat dari rutinitas sehari-hari.
Upacara minum kopi yang unik dan sarat makna di baliknya telah lama menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Etiopia. ”Tentunya selain karena kopi arabika yang asalnya dari negara kami,” ucap Lensa Mekonnen.
Baca juga: Berkunjung ke Rumah Lucy, Nenek Moyang Manusia
Tak berhenti di situ, sejumlah biro perjalanan wisata juga telah mengembangkannya dengan membuat paket wisata mengunjungi sejumlah perkebunan kopi di Etiopia. Perkebunan ini banyak terdapat di selatan Etiopia, seperti Kaffa dan Harrar.
”Sekalipun sudah ada paket wisata ke perkebunan kopi, paket ini masih akan terus kami kembangkan. Sekarang kami sedang mencari momen yang tepat yang menarik bagi wisatawan untuk berwisata ke kebun kopi. Jika momen itu sudah ketemu, wisata ke perkebunan akan dibuat lebih intens,” katanya.
https://youtu.be/9siH_IpLYTE