Akibat merosotnya produksi gula dalam negeri pada 2019, pasokan untuk pemenuhan konsumsi nasional berkurang. Penetapan kebijakan harga gula dari pemerintah menjadi kunci.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akibat merosotnya produksi gula dalam negeri pada 2019, pasokan untuk pemenuhan konsumsi nasional berkurang. Penetapan kebijakan harga gula dari pemerintah menjadi kunci.
Kebutuhan gula konsumsi nasional berkisar 2,7 juta ton-2,8 juta ton per tahun. Berdasarkan data yang dihimpun, Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia Budi Hidayat memperkirakan pasokan gula konsumsi dari produksi dalam negeri pada 2019 mencapai 2,1 juta ton. ”Angka ini lebih rendah 100.000 ton dibandingkan tahun sebelumnya,” katanya saat dihubungi, Jumat (24/5/2019).
Secara nasional, Budi melihat, ada gejala peralihan lahan di tingkat petani tebu akibat harga gula yang menekan sepanjang 2018. Akibatnya, produksi tebu rakyat berkurang 10 persen pada tahun ini.
Sepanjang 2018, harga gula di tingkat petani yang dibeli perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) sebesar Rp 9.700 per kilogram (kg). Harga lelang gula yang dibeli perusahaan swasta berkisar Rp 9.200-Rp 9.300 per kg. Padahal, ongkos produksi petani mencapai Rp 10.500 per kg.
Imbasnya, lahan tebu rakyat berkurang pada masa tanam yang dipanen pada Mei-Juni 2019. Menurut Budi, gejala ini cenderung menekan perusahaan BUMN yang lebih banyak bermitra dengan petani tebu rakyat.
Ada gejala peralihan lahan di tingkat petani tebu akibat harga gula yang menekan sepanjang 2018. Akibatnya, produksi tebu rakyat berkurang 10 persen pada tahun ini.
Dibandingkan dengan perusahaan swasta, mayoritas lahan tebu dikelola oleh korporasi. Oleh sebab itu, Budi mengimbau pemerintah untuk segera memetakan pabrik-pabrik gula swasta yang masih berpotensi memenuhi konsumsi nasional.
Tak kalah penting, Budi menyatakan, pemerintah juga perlu menetapkan kebijakan harga gula yang berpihak kepada petani. Ongkos produksi petani mesti jadi pertimbangan.
Kondisi alih fungsi lahan tebu rakyat akibat tekanan rakyat turut berdampak pada PT Perkebunan Nusantara (Persero). Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Holding Dolly P Pulungan merevisi, target produksi gula 2019 PTPN Holding sebesar 843.000 ton. Angka ini turun 35,15 persen dari target yang disebutkan pada awal tahun 2019, yakni 1,3 juta ton.
Dolly mengatakan, petani tebu rakyat yang bermitra dengan PTPN Holding mengalihkan lahannya untuk bertanam singkong dan tanaman palawija. Peralihan lahan tersebut disebabkan oleh tekanan harga gula sepanjang 2018.
Akibatnya, lahan tebu rakyat yang bermitra dengan PTPN Holding berkurang 20 persen. Hal ini berdampak pada merosotnya produksi tebu petani dari 13 juta ton menjadi 11 juta ton.
Ketua Umum Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil menambahkan, merosotnya produksi nasional pada 2019 juga disebabkan oleh produktivitas tanaman tebu yang menurun. Oleh sebab itu, dia mengharapkan adanya penelitian bibit unggul tebu yang nantinya dibagikan kepada petani.