Kementerian Perhubungan Masih Cari Kru KM Lintas Timur
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan terus mencari 17 kru kapal kargo yang tenggelam di perairan Banggai Laut, Sulawesi Tengah, pada Sabtu, 1 Juni. KM Lintas Timur itu diduga tidak bisa menghadapi gelombang tinggi yang terjadi di perairan Banggai Laut.
Oleh
Maria Clara Wresti
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan terus mencari 17 kru kapal kargo yang tenggelam di perairan Banggai Laut, Sulawesi Tengah, Sabtu, 1 Juni. Kapal kargo KM Lintas Timur yang mengangkut semen itu diduga tidak bisa menghadapi gelombang tinggi yang terjadi di perairan Banggai Laut.
Dari 18 kru kapal, termasuk nakhoda yang diangkut, baru satu orang yang berhasil diselamatkan kapal lain yang kebetulan melintas.
”Satu penumpang berhasil ditemukan kapal NV Nurbayaksar. Korban terapung di perairan Bangkep dalam kondisi selamat pada Selasa (4/6/2019). Sementara 17 lainnya masih dalam upaya pencarian,” tutur Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Ahmad, di Jakarta, Kamis (6/6/2019).
Ia menjelaskan, tim pencari korban adalah gabungan personel dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Luwuk dan Kantor SAR Luwuk.
KM Lintas Timur dengan berat 1.720 gros ton yang membawa muatan semen 3.000 zak diketahui berangkat dari Pelabuhan Bitung pada 28 Mei 2019 dengan tujuan Pelabuhan Morowali, Sulawesi Tengah.
”Tenggelamnya kapal kargo KM Lintas Timur diduga karena ada badai gelombang yang terjadi beberapa hari ini dan satu korban selamat ditemukan di perairan Bangkep, dekat dengan Kecamatan Buko karena terbawa arus,” ujar Ahmad.
Lebih lanjut, Ahmad mengingatkan nakhoda kapal terkait potensi badai dan gelombang tinggi di perairan wilayah Bangkep, Batui-Toili, hingga perairan Morowali pada Juni hingga Juli 2019.
”Setiap nakhoda agar selalu memperhatikan prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) dan memastikan kapalnya laik laut sebelum berlayar agar terhindar dari musibah atau kecelakaan laut yang tidak diinginkan,” ujarnya.
”Kami dan tim SAR terus melakukan koordinasi pencarian kru kapal yang belum ditemukan. Semoga kru kapal dapat ditemukan secepatnya,” lanjut Ahmad.
Pasca-Lebaran
Kementerian Perhubungan juga menurunkan tim khusus untuk mengawasi dengan ketat keselamatan pelayaran di Danau Toba, Sumatera Utara.
”Saya telah menugaskan tim khusus untuk memastikan keselamatan pelayaran di Danau Toba,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta, Kamis.
Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Hukum dan Reformasi Birokrasi Kementerian Perhubungan Umar Aris akan bertindak sebagai Ketua Tim Pemantauan Transportasi Penyeberangan di Danau Toba.
Beberapa hal terkait keselamatan pelayaran jadi perhatian Menteri Perhubungan, antara lain kepastian manifes penumpang, jumlah manifes tidak melebihi kapasitas, kelengkapan surat atau buku pelaut nakhoda dan awak kapal, serta ketersediaan alat keselamatan. Menteri Perhubungan juga mengajak pemerintah daerah untuk ikut memperhatikan dan mengawasi.
Untuk mendukung pelayanan transportasi penyeberangan yang berkeselamatan di Danau Toba, Kementerian Perhubungan menyiapkan kapal motor penyeberangan (KMP) sebanyak lima unit. Kelima KMP itu adalah KMP Tao Toba I dengan rute Ajibata-Tomok, KMP Tao Toba II rute Ajibata-Tomok, KMP Ihan Batak rute Ajibata-Ambarita, KMP Sumut I rute Tigaras-Simanindo, dan KMP Sumut II dengan rute Tigaras-Simando.
Penjagaan keselamatan akan terus ditingkatkan. Pada arus mudik tahun ini, hingga H-2, ada penurunan 12-15 persen angka kecelakaan. ”Meski demikian, kami harus tetap waspada karena masih ada lagi hari rekreasi setelah kegiatan Lebaran,” kata Budi Karya.
Berdasarkan data sementara Kakorlantas, hingga H-3 Lebaran, jumlah kecelakaan lalu lintas dalam angkutan Lebaran 2019 sejak H-7 hingga H-3 Lebaran menurun sampai 51 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama.
Pada 2018 jumlah kecelakaan mencapai 703 kejadian, sedangkan tahun 2019 ada 284 kejadian, dengan rincian korban meninggal 61 orang, luka berat 42 orang, dan luka ringan 42 orang.
Setelah terjadinya kecelakaan di Danau Toba sekitar setahun lalu, Kementerian Perhubungan telah melakukan upaya-upaya peningkatan aspek keselamatan pada transportasi penyeberangan di Danau Toba.