Pada periode libur lebaran mulai dari 31 Mei hingga 8 Juni, setidaknya ada 13 peristiwa kebakaran yang melanda ibukota. Wilayahnya tersebar mulai dari Jakarta Timur sampai Jakarta Barat, juga Jakarta Utara hingga Jakarta Selatan. Dampak rentetan petaka itu, satu orang meninggal dunia, satu orang mengalami luka bakar, dan kerugian material mencapai lebih dari satu miliar rupiah.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
Lebaran semestinya menjadi bulan penuh berkah. Namun, bila tidak waspada, nahas bisa datang kapan saja. Lengah sekejap saja, si jago merah langsung cepat menghanguskan harta benda.
Berdasarkan catatan KOMPAS, pada periode libur lebaran mulai dari 31 Mei hingga 8 Juni, setidaknya ada 13 peristiwa kebakaran yang melanda ibukota. Wilayahnya tersebar mulai dari Jakarta Timur sampai Jakarta Barat, juga Jakarta Utara hingga Jakarta Selatan. Dampak rentetan petaka itu, satu orang meninggal dunia, satu orang mengalami luka bakar, dan kerugian material mencapai lebih dari satu miliar rupiah.
Jakarta Timur tercatat menjadi daerah yang paling banyak terjadi kebakaran yakni sebanyak enam kali. Bahkan enam peristiwa kebakaran itu terjadi berturut-turut selama empat hari sejak Senin (3/6/2019) hingga Kamis (6/6/2019) malam.
Jakarta Utara menjadi daerah terbanyak kedua terjadi kebakaran dengan lima kali peristiwa. Seperti halnya di Jakarta Timur, kebakaran di Jakarta Utara juga terjadi berturut-turut selama tiga hari yakni sejak Rabu (5/6/2019) hingga Jumat (7/6/2019).
Kebakaran yang merenggut korban jiwa dalam periode libur lebaran ini terjadi di Jakarta Barat Sementara itu kebakaran teranyar terjadi menghanguskan 21 rumah kontrakan dan lapak pengepulan sampah plastik dan rongsok di Gang Baya, Jalan Rajawali, Kelurahan Pasar Minggu, Kecamatan Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Sabtu (8/6/2019) dini hari. Satu orang bernama Suratman (40) mengalami luka bakar ringan dan satu orang bernama Sumartini (50) pingsan dalam peristiwa itu.
Kamis yang membara
Hari Kamis kemarin merupakan hari yang panjang bagi petugas pemadam kebakaran ibukota. Baru sehari setelah perayaan hari raya Idulfitri, si jago merah membara setidaknya enam kali di berbagai penjuru ibukota. Enam kebakaran itu terbagi menjadi tiga peristiwa kebakaran terjadi di Jakarta Utara, dua peristiwa kebakaran di Jakarta Timur, dan satu di Jakarta Barat,
Tiga peristiwa kebakaran di Jakarta Utara pada Kamis, terjadi di sebuah Taman Kanak-Kanak Intan di Jalan Ancol Selatan, Kelurahan Sunter Agung, Kecamatan Tanjung Priok, Kota. Kebakaran berikutnya terjadi di sebuah gudang di Jalan Danau Sunter Selatan Blok 0 Nomor 20, Kelurahan Sunter Agung, Kecamatan Tanjung Priok. Adapun kebakaran yang ketiga terjadi di sebuah rumah bedeng di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Kelapa Gading Timur, Kecamatan Kelapa Gading.
Kepala Suku Dinas (Sudin) Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Utara Satriadi Gunawan menjelaskan, semua kebakaran pada hari itu disebabkan karena hubungan pendek arus listrik
“Beruntung petugas cepat bertindak, sehingga tidak ada korban jiwa dalam rentetan peristiwa kebakaran itu,” ujar Satriadi.
Hari itu api juga menghanguskan 21 rumah di perumahan padat penduduk di Gang Air Tawar RT 008 RW 001, Kelurahan Rawa Teratai, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Tidak jauh dari lokasi itu tiga unit rumah juga terbakar di Jalan Marzuki 1 RT 012 RW 001, Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung, Kamis malam.
Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur Gatot Sulaiman, mengatakan, tidak ada korban jiwa ataupun korban luka dalam peristiwa itu. Namun kerugian ditaksir mencapai lebih dari Rp 1 miliar.
Masih di hari yang sama, api merenggut nyawa Nyonya Gebi (65) pada kebakaran di perumahan Jalan Penyelesaian Tomang III, Meruya Utara, Jakarta Barat, Kamis malam.
Berbagai penyebab
Berdasarkan catatan KOMPAS, penyebab kebakaran itu berbeda. Sebanyak 11 dari 13 peristiwa kebakaran terjadi akibat korsleting listrik. Sementara itu penyebab lainnya karena terbakarnya obat nyamuk dan ledakan petasan yang menyulut api.
Satriadi menjelaskan lima peristiwa kebakaran di Jakarta Utara pada periode lebaran seluruhnya disebabkan karena korsleting listrik. Sebab, banyak bangunan dan rumah kosong ditinggal pemiliknya mudik atau liburan.
“Hal ini membuat bangunan kosong tanpa pengawasan,” ujar Satriadi.
Ia meminta warga tetap waspada dengan potensi kebakaran. Ia mengimbau agar warga selalu mencabut stop kontak, mematikan peralatan elektronik dan kompor sebelum meninggalkan rumah untuk mengurangi risiko kebakaran.
Kelengahan warga dalam mengawasi potensi kebakaran juga tercermin pada tersulutnya kebakaran akibat obat nyamuk. Kebakaran di Meruya Utara, Kamis malam itu bahkan merenggut nyawa.
Minimnya pengawasan orangtua terhadap anak-anak juga memicu terjadinya kebakaran. Ledakan petasan menyulut kebakaran di Jalan Marzuki 1 RT 012 RW 001, Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung.
Nana (40), salah satu warga yang membantu memadamkan kobaran api, mengatakan tidak mengetahui persis penyebab kebakaran. Namun, ia tidak memungkiri, sebelum terjadi kebakaran, banyak anak-anak bermain petasan sekitar pukul 21.00.
”Sejak awal bulan Ramadhan, anak-anak sudah mulai main petasan. Kami sudah melarang untuk tidak bermain petasan, sudah kami tegur pula. Setelah ditegur, berhenti. Tetapi setelah tidak diawasi, mereka main lagi. Mereka susah diatur,” tutur Nana.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta Subejo mengatakan, pihaknya telah mengimbau serta mengedarkan selebaran kepada warga terkait langkah-langkah mencegah terjadinya kebakaran. Namun, tetap saja ada faktor kelalaian manusia.
”Kesulitan lain terjadi karena instalasi listrik yang semrawut. Sambungan kabel yang tidak beraturan ataupun peralatan tidak berstandar nasional Indonesia. Selain itu, keteledoran manusia juga berpengaruh besar, yaitu bermain petasan,” ucap Subejo, yang meminta orangtua mengawasi anak-anaknya agar tidak bermain petasan karena dapat membahayakan si anak dan lingkungan sekitar.
Sedang masa libur lebaran atau tidak, kelengahan dan ketidakwaspadaan bisa menyulut peristiwa nahas kebakaran. Tetapi waspada selalu akan potensi terjadinya kebakaran.