Warga korban banjir yang mengungsi secara mandiri ataupun yang berada di sejumlah tempat pengungsian di Sulawesi Tenggara mulai terserang gatal dan batuk.
Oleh
RENY SRI AYU
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Sempat surut, hujan dengan intensitas tinggi sejak Senin (10/6/2019) malam membuat banjir kembali melanda sejumlah daerah di Sulawesi Tenggara dengan cakupan area yang meluas. Saat ini, warga yang mengungsi secara mandiri ataupun yang berada di sejumlah lokasi pengungsian mulai terserang gatal dan batuk.
Informasi yang diperoleh dari Konawe Utara, Selasa (11/6/2019), menyebut, tingginya intensitas hujan membuat warga belum berani kembali ke rumah. Di Kendari, ibu kota Sultra, sebagian wilayah yang mulai surut kini terancam kembali terendam. Banjir di Sultra, antara lain, terjadi di Konawe Utara, Konawe, Konawe Selatan, Kolaka Timur, dan Kendari.
Dari semua wilayah itu, Konawe Utara mengalami dampak terparah dengan ketinggian banjir hingga mencapai 3 meter. Kondisi itu ditambah lagi dengan jaringan telekomunikasi yang terganggu akibat banyak genset menara pemancar seluler terendam air. Koordinasi antara tim penanggulangan bencana di lapangan sebagian harus dilakukan melalui radio amatir.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sultra Boy Ihwansyah, saat dihubungi di Konawe Utara, Selasa malam, mengatakan, banjir belum juga surut. Bahkan, warga yang terdampak di Konawe Utara sudah bertambah menjadi 5.111 jiwa dari sebelumnya 4.585 jiwa pada Senin.
Rumah hanyut yang terdata sementara bertambah menjadi 185 unit dari sebelumnya 177 unit, belum termasuk ratusan lain yang rusak berat hingga ringan. Jumlah rumah terendam di Konawe Utara mencapai 1.235 unit.
”Kami sudah membangun 20 pengungsian di Konawe Utara. Sebagian warga memilih mengamankan diri di rumah keluarga dan kerabat. Walau bukan di tempat pengungsian, warga tetap diberi bantuan. Kemarin, warga mengira banjir akan surut karena sepanjang pagi hingga sore tak hujan. Tetapi, semalam hujan kembali turun dengan intensitas yang lebih tinggi. Makanya, pengungsi bertambah,” kata Boy.
Terserang penyakit
Tingginya genangan air dan sulitnya air bersih membuat sebagian pengungsi di tempat pengungsian ataupun warga yang mengamankan diri di rumah keluarga mulai terserang penyakit pascabanjir.
”Kami sudah mendapat laporan tentang warga yang mulai terserang gatal-gatal dan batuk. Karena itu, kami sudah meminta bantuan tambahan tenaga medis untuk diturunkan di pengungsian dan lokasi yang menjadi tempat berkumpul warga. Kami membutuhkan tambahan obat-obatan,” kata Boy.
Terkait kendala komunikasi, Boy mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari). Hal itu untuk memudahkan pengumpulan data di lokasi, termasuk wilayah-wilayah yang masih luput dari pantauan tim SAR dan BPBD.
Sementara itu, Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin Kolonel (Inf) Maskun Nafik mengatakan, aparat TNI dari Kodim 1417/Kendari diturunkan ke sejumlah wilayah banjir untuk membantu warga.
”Aparat diminta turun membantu evakuasi, penyaluran logistik, hingga bantuan kesehatan, terutama menjangkau wilayah yang terisolasi atau sulit dijangkau. Kabupaten-kabupaten yang dilanda banjir ini masuk dalam wilayah tugas Kodim 1417/Kendari. Semua babinsa (bintara pembina desa) juga diminta aktif membantu,” kata Maskun.
Di Kabupaten Luwu Utara dan Luwu, Sulawesi Selatan, banjir yang sempat surut kini kembali merendam sejumlah wilayah. Di Kabupaten Bulukumba, sejumlah wilayah juga terendam akibat luapan sungai. Longsor juga masih terjadi di beberapa kabupaten, seperti Sinjai dan Bone. Untuk sementara warga masih mengungsi dan dievakuasi ke tempat aman.