Makanan Terapeutik Siap Santap Atasi Balita Gizi Buruk
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemberian makanan terapeutik siap santap dinilai lebih efektif untuk menangani balita sangat kurus atau wasting. Dibandingkan dengan pemberian formula 100 yang saat ini menjadi program nasional, makanan terapeutik ini lebih cepat meningkatkan asupan gizi balita serta memiliki angka kepatuhan lebih tinggi karena mudah disajikan.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Profesor Riset Bidang Makanan dan Gizi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Astuti Lamid. Penelitan tersebut mengenai pengembangan formula makanan terapeutik siap santap (RUTF) untuk penanganan balita wasting di puskesmas.
“Intervensi dengan RUTF dapat menurunkan kejadian balita kurus sebesar 36 persen dan sangat kurus sebesar 58 persen. Selama ini makanan tambahan untuk penanganan rawat jalan balita sangat kurus berbasis susu, seperti Formula 100 belum efektif,” ujarnya saat memberikan orasi ilmiah pengukuhan profesor riset Balitbangkes Kementerian Kesehatan di Jakarta, Kamis (13/6/2019).
Astuti Lamid dikukuhkan sebagai Profesor Riset Balitbangkes ke-16 pada 2019 dari 550 peneliti yang berada di Balitbangkes Kemenkes. Selain Astuti, ada tiga profesor riset lain juga dikukuhkan secara bersamaan, yakni Laurentia Konadi Mihardja dan Julianty Pradono dari bidang epidemiologi dan biostatistik, serta Dede Anwar Musadad dari bidang kesehatan lingkungan.
Menurut Astuti, RUTF yang diformulasikan dari bahan lokal seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, dan kacang kedelai memiliki beberapa keungulan yang lebih baik daripada Formula 100. RUTF lokal dapat mengurangi efek pelarutan dengan air sehingga mengurangi risiko tercemar mikroorganisme. Selain itu, zat gizi yang terkandung lebih lengkap karena diperkaya dengan vitamin dan mineral.
RUTF ini juga merupakan makanan instan yang tidak memerlukan preparasi, tahan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, dan tahan lama. Densitas energi di dalamnya pun lebih tinggi daripada Formula 100. “RUTF lokal sebagai pengganti Formula 100 merupakan keniscayaan untuk penanganan terpadu balita wasting di Indonesia,” ujarnya.
RUTF merupakan makanan pemulihan untuk balita sangat kurus dalam bentuk makanan padat seperti pasta yang diperkaya dengan zat gizi berupa vitamin dan mineral. Formula makanan siap santap ini bisa digunakan dalam program perawatan, baik rawat inap atau rawat jalan di pusat kesehatan.
Astuti mengatakan, program yang selama ini dilakukan untuk menurunkan angka wasting belum signifikan. Makanan tambahan susu skim, formula tempe, formula susu skim yang difortifikasi dengan Zink dan DocosaHexaenoic Acid (DHA) belum optimal untuk meningkatkan status gizi dan asupan zat gizi balita selama rawat jalan. Penanganan balita kurus dengan pemberian makanan tambahan (PMT) di posyandu hanya meningkatkan status gizi balita kurus sekitar 50 persen.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi wasting pada balita di Indonesia menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun yakni sebesar 13,6 persen pada tahun 2007, 12,1 persen pada 2013, dan 10,2 persen pada 2018. Meskipun angkanya menurun, prevalensi wasting diantara 10-14 persen dianggap sebagai masalah kesehatan serius perlu ditangani. Jika dirinci, 21 provinsi di Indonesia memiliki prevalensi wasting di atas rerata prevalensi nasional pada 2018.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Kirana Pritasari menutukan, hasil penelitian terkait RUTF lokal tersebut akan ditindaklanjuti. Menurutnya, implementasi di lapangan secara lebih luas sangat diperlukan terutama untuk melihat efektivitas dan efisiensi dari aspek ekonomis dan manfaat.
“Kalau dilihat dari sisi kepatuhannya, RUTF memang lebih tinggi dari Formula 100. RUTF ini sudah dalam bentuk paket yang bisa langsung diberikan ke anak. Sementara Formula 100 masih harus diracik dan disiapkan sehingga ada kemungkinan tidak habis dikonsumsi ataupun terkontaminasi,” ujarnya.
Dari penelitian yang dilakukan Astuti di Kabupaten Bogor dan Subang selama tiga bulan, terbukti angka kepatuhan mengonsumsi formula makanan RUTF lokal sekitar 50 persen sampai 60 persen. Beberapa penelitian di negara Afrika pun menunjukkan RUTF berhasil memulihkan status gizi balita kurus maupun balita sangat kurus.
Beberapa penelitian di negara Afrika pun menunjukkan RUTF berhasil memulihkan status gizi balita kurus maupun balita sangat kurus.
“Meski manfaatnya cukup baik, kita harus mempertimbangkan operasionalisasi formula ini. Kalau ini lebih mudah dan efisien serta harga terjangkau maka mudah diimplementasikan. Namun, jika harganya kurang terjangkau akan susah, apalagi dalam penerapan program nasional,” tuturnya.