Sempat Ditutup, Penyeberangan Kayangan-Poto Tano Kembali Normal
PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry (Persero) Cabang Kayangan, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, memastikan, penyeberangan dari Pelabuhan Kayangan menuju Pelabuhan Poto Tano, Sumbawa Barat maupun sebaliknya, kembali normal. Penyeberangan itu sempat ditutup karena gelombang tinggi.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA/KHAERUL ANWAR
·4 menit baca
SELONG, KOMPAS - PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Indonesia Ferry (Persero) Cabang Kayangan, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, memastikan, penyeberangan dari Pelabuhan Kayangan menuju Pelabuhan Poto Tano, Sumbawa Barat maupun sebaliknya, kembali normal. Kondisi jalur yang menghubungkan pulau Lombok dengan Pulau Sumbawa itu juga aman untuk kebutuhan pelayaran.
General Manajer PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Muhammad Yasin menyampaikan hal itu di Kayangan, Kamis (13/6/2019). "Sejak Kamis pagi sekitar pukul 01.00 WITA, penyeberangan dari kedua pelabuhan sudah kami operasikan. Semua sudah normal kembali," kata Yasin.
Menurut Yasin, sejak Rabu (12/6/2019) malam sekitar pukul 21.30 WITA, mereka menunda keberangkatan seluruh kapal dari Pelabuhan Kayangan menuju Poto Tano maupun sebaliknya. Hal itu karena adanya insiden akibat tingginya gelombang laut.
"Semalam, Kapal Motor Penyebrangan Liberty yang berangkat dari Poto Tano, melaporkan adanya angin yang cukup kencang dengan kecepatan 25-30 knots (sekitar 55,56 kilometer per jam) di sekitar Pulau Paserang atau tiga mil dari Poto Tano," kata Yasin.
Yasin menambahkan, angin kencang itu memicu terjadinya gelombang setinggi 1-2 meter. Akibatnya, posisi kapal menjadi kurang stabil. "Satu unit truk yang berada di dalam kapal terguling dan menimpa kapal di sebelahnya," kata Yasin.
Mendapat laporan tersebut, tim darat yang terdiri dari Syahbandar, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan (KP3) langsung mengambil langkah cepat dengan mengecek arus lintasan untuk mendapatkan data pasti di lapangan. Selama pemeriksaan, pemberangkatan dari dua pelabuhan ditunda. Tercatat total ada 10 perjalanan yang tertunda.
"Sekitar pukul 00.00, diperoleh kepastian bahwa angin tersebut adalah angin lokal yang datang sesaat. Semacam ekor dari angin besar di wilayah Australia. Artinya, itu tidak menjadi karakter yang berpengaruh secara total. Dengan demikian, tidak perlu memberlakukan sistem buka tutup atau tutup total," kata Yasin.
Menurut Yasin, sejak Kamis dini hari, kondisi lintasan aman untuk pelayanan. Tidak ada lagi penundaan. "Jadwal juga sudah normal. Beberapa truk yang semalam tertunda, tadi pagi sudah bisa angkut. Kondisi dan tidak ada antrean yang berarti," kata Yasin.
Oleh karena itu, Yasin mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir untuk menyebrang. "Kami selalu mengacu kepada info yang akurat dan bisa dipertanggung jawabkan, seperti dari BMKG. Meski demikian, kami tetap mewaspadai adanya perubahan seketika atau spontan. Kalau kondisinya membahayakan keselamatan, kami bisa ambil tindakan secepatnya karena keselamatan itu jadi prioritas," kata Yasin.
Jadwal juga sudah normal. Beberapa truk yang semalam tertunda, tadi pagi sudah bisa angkut. Kondisi dan tidak ada antrean yang berarti
Pantauan Kompas, aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Kayangan terpantau normal. Kapal feri secara bergantian keluar masuk pelabuhan. Tidak ada antrean panjang baik penumpang, pengguna sepeda motor, mobil, bus, atau truk.
Hal serupa juga terlihat di Pelabuhan Poto Tano berdasarkan kamera pemantau (CCTV) di kantor PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Kayangan. Pergerakan kendaraan di kawasan pelabuhan terlihat lancar dan normal. Tidak terlihat antrean panjang kendaraan.
Selain di penyeberangan Kayangan-Poto Tano, dampak gelombang tinggi yang mencapai sekitar dua meter juga membuat penyeberangan kapal cepat yang mengangkut wisatawan dari Pelabuhan Padang Bai, Bali menuju kawasan gili di Pulau Lombok ditutup.
"Gelombang di lintas Lembar-Padang Bai cukup tinggi. Tetapi unguk angkutan penyeberangan masih bisa beroperasi. Hanya saja, untuk kapal cepat dari sana menuju Lombok dihentikan sehingga wisatawan menggunakan feri," kata General Manajer PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Lembar Yulianto.
Yulianto menambahkan, meski angkutan penyeberangan masih beroperasi, namun pada Rabu malam terjadi keterlambatan sekitar 4 jam. Hal itu menyusul sistem buka tutup yang diberlakukan di Pelabuhan Padang Bai selama beberapa jam. Hal itu karena di pelabuhan tersebut terjadi ombak pantai setinggi hingga 2 meter.
Prakirawan BMKG Mataram, Made Budi Setyawan, mengatakan, BMKG mengimbau masyarakat, nelayan dan kapal feri agar mewaspadai gelombang tinggi di atas dua meter dalam beberapa hari ini seperti di Selat Lombok bagian utara dan selatan, dan Selat Alas bagian selatan, Laut Sumbawa, perairan selatan Sumbawa, Samudera Hindia selatan NTB dan Selat Sape.
Misalnya, pada Kamis (13/6/2019) pukul 08.00 WITA-20.00 WITA di Selat Lombok bagian selatan tinggi gelombang 1,0 meter-4,0 meter, dan Selat Alas bagian selatan mencapai 1,0 meter-3,5 meter. Sedangkan gelombang di Selat Lombok bagian utara setinggi 0,5 meter-2,0 meter, kemudian di Selat Alas bagian utara setinggi 0,5 meter-1,25 meter. Sedang Samudera Hindia selatan NTB gelombang setinggi 1,5 meter-4,0 meter, dan Selat Sape tinggi gelombangnya 0,5 meter-2,5 meter.