1.500 Personel Pencegahan Karhutla Bertugas Mulai Juli
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Sebanyak 1.500 personel tim gabungan pencegahan kebakaran hutan dan lahan segera disiagakan di 100 desa rawan Sumatera Selatan. Personel tersebut akan turun mulai Juli-Oktober untuk melakukan sosialisasi kepada warga setempat guna melakukan pencegahan lebih dini.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Iriansyah, Senin (17/6/2019) di Palembang mengatakan, sebanyak 1.500 personel tersebut akan diturunkan dari pemerintah pusat guna mendukung satuan tugas pencegahan kebaran hutan dan lahan (karhutla) bentukan Sumsel. Dari jumlah tersebut sekitar 1.000 personel dari TNI, 200 personel dari Polri, sisanya merupakan personel gabungan dari BNPB, BPBD Sumsel, dan masyarakat desa setempat.
Pembentukan tim gabungan ini bertujuan untuk membantu satgas penanggulangan Karhutla di Sumsel, terutama guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak membakar lahan. “Tim ini akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya kebakaran lahan,” ungkapnya.
Tim ini akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya kebakaran lahan.
Selain itu, tim ini juga akan membina upaya peningkatan perekonomian masyarakat desa dengan kegiatan yang lebih produktif. Hal ini diharapkan dapat mengurangi keinginan mereka membakar lahan. “Kegiatan produktif tersebut bisa dari bidang pertanian, perkebunan, atau perikanan,” katanya.
Langkah ini sudah pernah dilakukan tahun lalu di mana sudah ada sekitar 200 personel tim gabungan melakukan pencegahan. Dengan bantuan personel dari pusat yang lebih besar upaya preventif kebakaran hutan diharapkan lebih efektif. “Dengan pengawasan lebih ketat, tentu celah pelaku pembakaran hutan bisa lebih kecil,” katanya.
Mereka akan ditempatkan di 100 desa rawan di empat kabupaten yakni Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, dan Banyuasin. “Kawasan ini menjadi prioritas utama lantaran masih luasnya lahan gambut,” ungkap Iriansyah.
Menurut dia, peranan masyarakat desa untuk mencegah kebakaran lahan di wilayahnya sangat tinggi. Untuk itu, pelibatan masyarakat dalam upaya meminimalisasi kebakaran dinilai langkah tepat.
Dalam paparannya saat Pembekalan Kesiapan Menghadapi Bahaya Karhutla Provinsi Sumsel tahun 2019, Wakil Ketua Tim Pembekalan Karhutla Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Edison Simanjutak mengatakan, tim ini akan ditugaskan di lapangan selama empat bulan penuh. Mereka akan mengitari wilayah pengawasannya serta melakukan sosialisasi ke masyarakat. Diperlukan juga peranan dari semua pihak agar upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan baik.
Menurut Edison, kerugian yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan dan lahan sangat besar. Dalam catatan BNPB, dalam satu tahun, kerugian yang dapat ditimbulkan akibat karhutla berkisar Rp 29 triliun-Rp 58 triliun. Puncaknya terjadi pada 2015 di mana kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan mencapai Rp 88 triliun dengan luas lahan terbakar mencapai 2,6 juta hektar.
“Untuk itu, pencegahan kebakaran harus dikedepankan terutama mengubah pola pikir masyarakat agar tidak lagi membakar lahan,” katanya.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Palembang, Nuga Putrantijo mengemukakan, Sumatera Selatan diprediksi memasuki musim kemarau pada dasarian I-III Juni. Namun, awal bulan Juni, intensitas hujan diperkirakan masih tergolong tinggi.
Intensitas hujan itu terus menurun sampai akhir Juni. “Menurunnya intensitas hujan akan tampak terlihat di beberapa daerah di dekat pegunungan seperti di Lahat, Ogan Komering Ulu Selatan,” katanya.
Adapun puncak musim kering diperkirakan akan terjadi Agustus-September 2019. Saat itu, intensitas hujan diperkirakan di bawah 50 milimeter (mm) per dasarian. Di masa tersebut, ujar Nuga, situasi lahan akan lebih kering, risiko kebakaran lahan pun akan lebih tinggi.
Walau demikian, ungkap Nuga, kemarau di Sumsel tahun ini tergolong normal dengan suhu tertinggi di bawah 36 derajat Celsius. Sepanjang kemarau, intensitas hujan akan lebih rendah yakni sekitar 20 mm per dasarian. Hal ini akan terus dikoordinasikan dengan satgas penanggulangan kebakaran hutan dan lahan sehingga kondisi lahan dapat terpantau setiap hari.