Gelombang Tinggi Masih Mengancam, Nelayan Diimbau Tunda Melaut
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Gelombang tinggi dan angin kencang diprediksi masih mengancam perairan Lampung dalam beberapa hari ke depan. Nelayan tradisional diimbau waspada karena tinggi gelombang diperkirakan berkisar 2,5 meter hingga 6 meter.
Terkait dengan hal tersebut, Stasiun Meteorologi Maritim Lampung telah mengeluarkan peringatan dini yang berlaku selama tiga hari ke depan. Sejumlah wilayah perairan yang patut diwaspadai antara lain perairan Selat Sunda bagian utara, Selat Sunda bagian selatan, perairan barat Lampung, dan Samudra Hindia barat Lampung. Di Selat Sunda bagian selatan, tinggi gelombang berkisar 2,5 meter-4 meter.
Bahkan, di perairan barat Lampung dan Samudra Hindia barat Lampung, tinggi gelombang dapat lebih dari 4 meter dengan kecepatan angin mencapai 35 knot atau sekitar 50 kilometer per jam.
Stasiun Meteorologi Maritim Lampung telah mengeluarkan peringatan dini yang berlaku selama tiga hari ke depan.
Meski gelombang tinggi, masih banyak nelayan yang nekat melaut hingga perairan barat Lampung. Menurut Kepala Pos SAR Tanggamus Deni Mezu, pada Selasa, 25 Juni, tim SAR gabungan dari Basarnas Lampung dan TNI/Polri baru mengevakuasi enam nelayan yang terdampar di Tanjung Belimbing, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Sebelum terdampar, para nelayan yang berasal dari Banten itu terombang-ambing di laut selama empat hari setelah mesin perahu yang mereka tumpangi rusak.
”Setelah dievakuasi dengan selamat, para nelayan langsung dipulangkan melalui jalur darat. Sementara kapal yang mereka tumpangi masih berada di dermaga di Kota Agung,” kata Deni, Kamis (27/6/2019).
Nelayan memilah ikan di tempat pendaratan ikan di Gudang Lelang, Kota Bandar Lampung, Rabu (23/1/2019). Gelombang tinggi dan angin kencang membuat nelayan takut melaut.Memet (50), pemilik kapal yang terdampar di Lampung tersebut, menuturkan, gelombang tinggi membuat kapal terseret dari perairan Tanjung Putus, Banten, hingga perairan barat Lampung. Kondisi angin kencang juga membuat nelayan kesulitan mendaratkan perahunya ke pulau terdekat, hingga akhirnya terdampar di Tanjung Belimbing.
Menurut Memet, kondisi gelombang laut memang sedang tinggi. Namun, nelayan nekat melaut karena kebutuhan ekonomi keluarga. Mereka tidak menduga mesin kapal bakal rusak di tengah laut.
Saat ini, kapal yang rusak tersebut diperbaiki di dermaga Tanggamus. Selanjutnya, kapal akan dibawa kembali ke Banten melalui jalur laut jika kondisi gelombang membaik.
Kepala Stasiun BMKG Maritim Lampung Sugiyono beberapa waktu lalu menjelaskan, gelombang tinggi dan angin kencang di perairan Lampung dipengaruhi faktor peralihan musim hujan ke musim kemarau. Kondisi ini diprediksi akan terus terjadi hingga akhir Juni.