Pemerintah Targetkan Bisnis Waralaba Tumbuh 10 Persen
AFI mendata pertumbuhan bisnis waralaba pada 2018 berkisar 5-6 persen. Menurut Levita, pencapaian pertumbuhan tersebut disebabkan oleh sikap menunggu dan melihat pelaku bisnis terhadap situasi Pemilihan Umum 2019.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perdagangan menargetkan bisnis waralaba tumbuh 10 persen pada 2019. Pertumbuhan ini diharapkan dapat menstimulus konsumsi yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih menyatakan hal ini setelah membuka International Franchise, License & Business Concept Expo & Conference (IFRA) 2019 di Jakarta, Jumat (5/7/2019). ”Pertumbuhan waralaba dapat menstimulasi konsumsi sebagai salah satu aspek dalam pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Sepanjang triwulan I-2019, Badan Pusat Statistik mencatat, perekonomian nasional tumbuh 5,07 persen secara tahunan. Jika angka pertumbuhan tersebut diperinci dari sisi pengeluaran, sektor konsumsi berkontribusi 56,82 persen dengan laju pertumbuhan tahunan 5,01 persen.
Menurut Karyanto, sektor yang dapat menopang pertumbuhan bisnis waralaba nasional adalah kuliner. Saat ini pilihan makanan dan minuman yang ditawarkan kepada masyarakat kian beragam.
Sementara itu, riset Layanan Komersial Amerika Serikat yang bekerja sama dengan International Franchise Association pada 2018 memproyeksikan nilai penjualan waralaba sektor makanan dan minuman konsumer pada 2019 dapat mencapai 56,29 miliar dollar AS. Angka ini tumbuh rata-rata 9 persen per tahun dibandingkan pada 2015.
Chairman Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Andrew Nugroho menambahkan, pertumbuhan bisnis waralaba dapat ditopang oleh layanan antartransportasi dalam jaringan (daring). Dia memperkirakan, layanan antardaring tersebut dapat meningkatkan penjualan hingga 15 persen.
Dari segi jumlah, Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan I Gusti Ketut Astawa mengatakan, mesti ada transformasi usaha dari yang berada di tahap peluang bisnis (business opportunity/BO) ke waralaba. Kementerian Perdagangan mendata, saat ini ada 500 BO dan 90 waralaba yang tengah dibina.
Ketut mengharapkan jumlah BO yang dibina dapat terus bertambah agar selaras dengan target pertumbuhan yang dicanangkan. Tahun ini, dia menargetkan minimal ada 10 WO yang bertransformasi menjadi waralaba.
Pola kemitraan
Dalam tahapannya, secara umum AFI menggolongkan, BO merupakan usaha yang berjalan kurang dari tiga tahun, bersifat rintisan, dan entitas legalitasnya masih menyangkut perorangan. Sementara waralaba merupakan usaha yang sudah berjalan lebih dari tiga tahun dan entitas legalitasnya berupa CV atau perseroan.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) Levita Ginting Supit, pola kemitraan dapat menjembatani usaha dari tahap BO ke waralaba. Secara perjanjian antara pemilik bisnis dan pembeli waralaba, kemitraan bersifat lebih fleksibel dibandingkan sistem waralaba.
Jika dibandingkan, AFI mendata pertumbuhan bisnis waralaba pada 2018 berkisar 5-6 persen. Menurut Levita, pencapaian pertumbuhan tersebut disebabkan oleh sikap menunggu dan melihat pelaku bisnis terhadap situasi Pemilihan Umum 2019.
Target Rp 800 miliar
IFRA 2019 digelar di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, pada 5-7 Juli 2019. Pameran ini mempertemukan antara pewaralaba (franchisor) dan pembeli waralaba (franchisee).
Andrew menargetkan total transaksi IFRA 2019 mencapai Rp 800 miliar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan realisasi transaksi IFRA 2018 yang mencapai sekitar Rp 600 miliar.
IFRA 2019 turut mengundang asosiasi waralaba dari Filipina, Korea, Hong Kong, dan Singapura. Ketut mengharapkan, adanya asosiasi waralaba asing dalam IFRA 2019 dapat memperlebar akses pasar bagi waralaba domestik ke luar negeri.