Akun Robot Bayangi Perkembangan Akun Bisnis Orisinal
Indonesia termasuk lima negara terbanyak dalam jumlah pemakai akun bisnis. Meski demikian, akun palsu atau robot penyebar komentar sampah membayangi perkembangan kegiatan akun bisnis orisinal.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Total pengguna akun bisnis di Instagram secara global telah lebih dari 25 juta. Indonesia termasuk lima negara terbanyak dalam jumlah pemakai akun bisnis. Meskipun demikian, akun palsu atau robot penyebar komentar sampah membayangi perkembangan kegiatan akun bisnis orisinal.
Instagram menyatakan komitmen melawan akun palsu atau robot. Kepala Bagian Bisnis Berkembang dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Facebook dan Instagram Ferdy Nandes, dalam konferensi pers Akademi Instagram, Jumat (19/7/2019), di Jakarta, menyatakan, tim bekerja 24 jam sehari dan tujuh hari dalam sepekan untuk menerima laporan, menyisir, menginvestigasi, dan menurunkan akun palsu/robot penyebar komentar sampah (spam). Tim ini dibantu seperangkat teknologi mesin kecerdasan.
Ciri mencolok akun palsu dan digerakkan robot ”bot” adalah pengikut akunnya tidak jelas, nama akun aneh, serta tidak pernah mengunggah konten. Pemilik akun pengguna perorangan atau bisnis bisa lapor kepada Instagram jika menemukannya.
Ferdy tidak menyebutkan jumlah akun palsu/robot penyebar komentar sampah yang diturunkan oleh Instagram. ”Apabila ada pemilik akun merasa jumlah pengikutnya berkurang, itu artinya sistem Instagram berhasil mendeteksi, menyisir, dan menurunkan akun palsu. Situasi ini sering disertai dengan pengurangan tanda ’like’,” ujarnya.
Instagram berulang kali mengimbau perusahaan, terutama UKM dan individu pebisnis, agar tidak memanfaatkan penawaran dari penyedia jasa tambah akun pengikut. Selain rawan pelanggaran privasi, hal itu tidak berdampak positif terhadap perkembangan bisnis. ”Instagram dibangun dengan pendekatan komunitas. Oleh karena itu, unsur interaksi dikedepankan,” katanya.
Mengutip situs TechCrunch, pada 19 November 2018, Instagram gencar menghapus akun orang-orang yang menggunakan aplikasi untuk menciptakan pengikut palsu serta memiliki ”likes” dan komentar yang melawan kebijakan Instagram.
Pada saat itu Facebook mengklaim telah menghapus sekitar 754 juta akun palsu dan menghentikan aplikasi atau robot penyebar komentar sampah. Langkah ini bertujuan mencegah penyalahgunaan akun resmi. Instagram telah mulai menurunkan akun palsu tahun 2014, tetapi baru tahun 2019 mengawali langkah menghapus tanda ”likes” palsu.
Perusahaan riset pemasaran asal Perancis, IPSOS, dalam studi berjudul ”Dampak Instagram pada Usaha di Indonesia (2018)”, menyebut Instagram menjadi ruang kemunculan wirausaha muda di bawah 35 tahun. Sekitar 82 persen dari mereka mengandalkan Instagram untuk mencapai target bisnis.
Hasil studi IPSOS itu juga menyebutkan 66 persen konsumen mempertimbangkan untuk membeli produk setelah melihat Instagram. Sekitar 90 persen konsumen berkomunikasi dengan produsen pemilik akun bisnis Instagram.
Sementara itu, Chief Executive Officer Kreavi, platform daring yang mewadahi lebih dari 50.000 kreator visual, Anto Motulz berpendapat, wirausaha muda terus bermunculan. Kehadiran media sosial memengaruhi perkembangan itu.
Bisnis mereka bukan hanya jasa titip barang, melainkan juga produksi sendiri, seperti pakaian dan kuliner. Akan tetapi, sejumlah wirausaha muda belum sepenuhnya memahami strategi mengelola bisnis berkelanjutan.