Kebun Anggrek Dikembangkan di Kawasan Eks Lokalisasi Sememi
Pemerintah Kota Surabaya mengembangkan kebun anggrek di kawasan eks lokalisasi Sememi, Surabaya. Bunga anggrek yang dikembangkan digunakan untuk menghias kota dan diharapkan bisa menggerakkan perekonomian warga melalui sektor perdagangan.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya mengembangkan kebun bunga anggrek di kawasan eks lokalisasi Sememi. Bunga anggreknya akan digunakan untuk menghias kota dan diharapkan bisa menggerakkan perekonomian warga.
”Saya berharap warga sekitar bisa memanfaatkan peluang ekonomi dari keberadaan kebun ini dengan ikut membudidayakan anggrek sebagai komoditas yang bisa dijual kepada wisatawan,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Sabtu (27/7/2019) di Surabaya.
Risma mengatakan, saat ini, Pemkot Surabaya memanfaatkan kawasan eks lokalisasi Sememi sebagai laboratorium kultur jaringan untuk membudidayakan anggrek. Kawasan seluas 1,5 hektar tersebut nantinya dibuka untuk umum sebagai tempat wisata kebun anggrek. Peresmian tempat wisata itu menurut rencana akan dilakukan bulan depan.
Di kebun anggrek, warga bisa melihat berbagai jenis anggrek yang dikembangkan di Surabaya, antara lain bulan, dendobrium, dan vanda. Pemkot Surabaya juga akan menambah berbagai jenis anggrek bulan melalui metode kultur jaringan.
”Saya tidak ingin hanya ada satu jenis anggrek yang dikembangkan, harus bermacam-macam warna,” ujar Risma.
Anggrek yang dikembangkan di tempat tersebut digunakan untuk mempercantik sejumlah wilayah di Surabaya. Biasanya, anggrek ditanam di sepanjang pohon yang ada di jalan-jalan protokol, seperti Jalan Raya Darmo, Jalan Tunjungan, Jalan Raya Gubeng, dan kawasan Balai Kota Surabaya.
”Anggrek sudah dicoba ditanam di sekitar Balai Kota Surabaya dan bisa tumbuh dengan baik,” katanya.
Anggrek sudah dicoba ditanam di sekitar Balai Kota Surabaya dan bisa tumbuh dengan baik.
Warga sekitar lokasi juga akan dilibatkan dalam pengembangan kebun anggrek sebagai destinasi wisata. Nantinya, warga akan diberi pelatihan membudidayakan anggrek agar bisa dijual kepada wisatawan. Dengan demikian, perekonomian warga sekitar bisa meningkat dengan berjualan anggrek yang harganya mencapai Rp 200.000 per tanaman.
Keberadaan kebun anggrek tersebut juga bakal menambah kebun tanaman yang dikelola Pemkot Surabaya. Sebelumnya, Pemkot Surabaya memiliki Kebun Bibit Wonorejo seluas 6 hektar yang menyuplai tanaman-tanaman untuk semua taman di Surabaya. Ada lebih dari 200 jenis tanaman yang dibudidayakan di tempat tersebut.
Risma mengatakan, pihaknya berupaya mengubah citra kawasan eks lokalisasi di Surabaya menjadi kawasan yang nyaman disinggahi. Kawasan-kawasan tersebut dimanfaatkan sebagai kawasan wisata dengan mengembangkannya sebagai kebun bunga seperti di Sememi dan ekonomi kreatif di Dolly.
Warga sekitar kawasan tersebut diberikan keterampilan dan modal untuk membuka usaha, seperti batik, kerajinan tangan, alas kaki, dan makanan. ”Di Dolly, kami membangun sentra UKM untuk membantu menjual produk-produk dari warga,” ujar Risma.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Surabaya Erna Purnawati menambahkan, selain membangun kebun anggrek, pihaknya masih mengembangkan kawasan hutan mangrove di kawasan pantai timur Surabaya menjadi Kebun Raya Mangrove.
Tahun ini, ada lebih dari 17.000 bibit mangrove yang akan ditanam di kawasan konservasi seluas 2.300 hektar itu. ”Kawasan Kebun Raya Mangrove tidak hanya berfungsi sebagai kawasan konservasi, tetapi juga untuk memecah gelombang tsunami agar tidak menerjang kawasan permukiman warga,” kata Erna.