Dampak berganda sektor otomotif menyasar berbagai sektor, termasuk industri keuangan. Apalagi, sebagian besar pembelian kendaraan bermotor di Indonesia melalui pembiayaan.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO/FERRY SANTOSO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dampak berganda sektor otomotif menyasar berbagai sektor, termasuk industri keuangan. Apalagi, sebagian besar pembelian kendaraan bermotor di Indonesia dilakukan melalui pembiayaan.
”Sebanyak 70-80 persen masyarakat membeli mobil lewat pembiayaan,” kata Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Bob Azam ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (30/7/2019).
Sebelumnya, pada pembukaan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menuturkan, industri otomotif merupakan penghasil devisa. Saat itu, kata Airlangga, Indonesia memiliki kemampuan di industri baja, industri kimia atau plastik, dan industri karet.
Bob memaparkan, dampak berganda sektor otomotif di industri keuangan cukup besar. Dengan harga mobil rata-rata Rp 150 juta per unit, total penjualan mobil di Indonesia yang sekitar 1 juta unit per tahun mencapai Rp 150 triliun.
”Kalau 70 persen didukung industri keuangan, diperkirakan Rp 100 triliunan beredar di industri keuangan,” kata Bob.
Oleh karena itu, lanjutnya, kebijakan terkait suku bunga akan memengaruhi bisnis penjualan otomotif.
Secara terpisah, Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Ryan Kiryanto menyampaikan, pembiayaan di sektor industri otomotif masih cukup prospektif. Sebab, kendaraan bisa digunakan untuk keperluan pribadi atau sebagai angkutan umum. Pembangunan infrastruktur yang masif juga mendorong pertumbuhan penjualan kendaraan.
Menurut Ryan, pemerintah perlu mendukung sektor otomotif, antara lain dengan insentif fiskal dan berbagai kemudahan lain. Dengan cara itu, perusahaan otomotif bisa berekspansi, baik di pasar domestik maupun ekspor.
Jika industri otomotif tumbuh, lanjutnya, perbankan tidak hanya menyalurkan pembiayaan kepada perusahaan otomotif, tetapi juga perusahaan dari industri pendukung, seperti industri baja, industri ban, industri suku cadang, industri plastik, dan agen distribusi kendaraan.
Ia menambahkan, pembiayaan atau kredit otomotif akan tumbuh di suatu daerah yang perekonomiannya menggeliat.
Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rohan Hafas mengatakan, potensi pembiayaan di sektor otomotif masih bagus kendati pertumbuhan kredit otomotif tak sebesar tahun lalu.
Rohan menambahkan, persaingan pembiayaan di sektor otomotif ketat sehingga lembaga pembiayaan harus bersaing dalam menentukan bunga. Selain itu, kecepatan persetujuan kredit juga diperlukan sebagai upaya melayani pelanggan atau konsumen.
Guncangan
Di tengah upaya pemerintah mendorong industri otomotif untuk berinvestasi di Indonesia sekaligus berorientasi ekspor, sektor otomotif sedang terguncang. Guncangan secara global terjadi karena berbagai faktor, antara lain kemunculan transportasi dalam jaringan dan kewajiban elektrifikasi kendaraan di sejumlah negara.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyebutkan, hal lain yang menyebabkan guncangan di sektor otomotif adalah tren mewujudkan kendaraan otonom.
Akibat guncangan itu, ada perusahaan otomotif dunia yang harus memberhentikan pekerja. Tahun lalu, penjualan mobil di China juga turun.
Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi di sektor industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain Rp 688,2 miliar untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan 411,9 juta dollar AS untuk penanaman modal asing (PMA). Realisasi investasi ini tercatat pada periode Januari-Juni 2019.
Adapun secara keseluruhan pada semester I-2019, realisasi investasi Rp 395,6 triliun atau tumbuh 9,4 persen secara tahunan.
Menurut Thomas, ketegangan perang dagang Amerika Serikat-China berkurang pada 2019. Di dalam negeri, kondisi politik cenderung stabil pascapemilu. Kondisi ini membuat investasi membaik.