Dalam Sebulan, Ribuan Hektar Lahan Terbakar di Kalteng
Dalam sebulan, 1.124,13 hektar lahan terbakar di Kalimantan Tengah. Selain menyebabkan asap yang terus menyelimuti Kota Palangkaraya dan sekitarnya, jarak pandang juga mulai menurun dan mengganggu aktivitas warga.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Dalam sebulan, 1.124,13 hektar lahan terbakar di Kalimantan Tengah. Selain menyebabkan asap yang terus menyelimuti Kota Palangkaraya dan sekitarnya, jarak pandang juga mulai menurun dan mengganggu aktivitas warga.
Kamis (1/8/2019), sedikitnya terjadi enam kebakaran di sekitar Kota Palangkaraya. Salah satunya di Jalan Mahir-Mahar yang selama dua minggu terus terbakar. Di lokasi ini, ratusan hektar lahan kering terbakar. Meski sudah dipadamkan beberapa kali, api dan asap terus terlihat dari wilayah ini.
”Ini sudah membakar gambut agak dalam, mungkin 1 meter, jadi agak sulit memadamkannya. Kami padamkan hari ini, besok muncul di titik lain sekitar lokasi yang lama,” kata Suryanto, anggota tim regu pemadam kebakaran dari Manggala Agni Daerah Operasi I.
Ini sudah membakar gambut agak dalam, mungkin 1 meter, jadi agak sulit memadamkannya. Kami padamkan hari ini, besok muncul di titik lain sekitar lokasi yang lama.
Hal serupa dirasakan Abdullah Unjung, Sekretaris Desa Tanjung Taruna, Kabupaten Pulang Pisau. Di lokasi ini, kebakaran sudah melanda selama satu bulan sejak awal Juli lalu.
Hingga kini, lokasi di Desa Tanjung Taruna masih terbakar. Belasan petugas gabungan hanya mampu membasahi lahan di pinggir jalan masuk desa karena tak mampu lagi mengejar hingga ke tengah lahan. Di lokasi ini, helikopter hilir mudik menjatuhkan bom air.
Data Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) Provinsi Kalteng menunjukkan, selama Juli 2019 terjadi 349 kebakaran di Kalteng dengan total luas lahan yang terbakar mencapai 1.124,13 hektar atau sama dengan luas 321 lapangan sepak bola. Jarak pandang pun terus menurun hingga 8 kilometer dari 10 kilometer pada Kamis pagi hingga petang.
Data yang sama menunjukkan peningkatan kejadian kebakaran drastis pada bulan Juli. Bulan sebelumnya, kejadian kebakaran hanya 27 kali dengan total luas lahan yang terbakar 43,19 hektar. Hal ini disebabkan mulainya kemarau kering pada bulan Juli.
Lian Adriani, prakirawan Stasiun Meteorologi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Palangkaraya, mengungkapkan, pada Kamis pagi hingga tiga hari berikutnya cuaca di Kota Palangkaraya cenderung berawan dengan sedikit hujan. Namun, hujan masih dalam intensitas yang sangat rendah.
”Meskipun mendung, kami tetap memberikan peringatan dini akan bahaya atau lokasi rawan kebakaran,” kata Lian.
Nikolas Ikat (52), warga G.Obbos, mengungkapkan, setiap sore kabut asap selalu lebih tebal dibandingkan saat siang. Selain itu, udara pagi juga tidak lagi nyaman dihirup.
”Jadi, sekarang bangun pagi tidak bisa keluar rumah begitu saja. Udaranya tidak enak lagi dihirup. Jelang sore dan petang lebih parah lagi,” ucapnya.