Rekor Muri Tercipta di Festival Budaya Lembah Baliem
Pemerintah Kabupaten Jayawijaya menggelar Festival Lembah Baliem Ke-30 di Distrik Walesi, Kota Wamena, Papua, Rabu (7/8/2019).
Oleh
FABIO COSTA
·3 menit baca
WAMENA, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Jayawijaya menggelar Festival Lembah Baliem Ke-30 di Distrik Walesi, Kota Wamena, Papua, Rabu (7/8/2019). Dalam kegiatan selama empat hari ini tercipta rekor yang dicatatkan Museum Rekor-Dunia Indonesia, yakni noken atau tas kulit kayu terbesar dengan tinggi mencapai 30 meter.
Dari pantauan Kompas di Distrik Walesi sekitar pukul 11.00 WIT, 500 penari dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wamena memeriahkan pembukaan Festival Lembah Baliem yang digelar Pemerintah Kabupaten Jayawijaya dengan membawa noken raksasa setinggi 30 meter.
Kegiatan ini dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, Deputi Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani, dan Bupati Jayawijaya John Richard Banua.
Para penari membawa tarian kolosal ini dengan tema ”Jejak Peradaban Suku Dani”. Mereka menari sambil memegang noken raksasa di sebuah lapangan di tengah hujan rintik. Tampak kondisi jalan menuju area festival cukup berlumpur, tetapi tidak menjadi kendala bagi ribuan pengunjung dari sejumlah daerah dan luar negeri.
Kami berharap dengan adanya atraksi yang unik sebagai ajang promosi untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Wamena di masa mendatang.
Senior Manager Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) Yusuf Ngadri saat ditemui di lokasi pelaksanaan Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) mengatakan, noken yang dibawakan dalam tarian kolosal merupakan yang terbesar di Indonesia dan dunia.
”Menurut Muri, noken yang ditampilkan di FBLB dengan ukuran yang terbesar di dunia. Di daerah lain belum ada noken dengan ukuran seperti ini,” tutur Yusuf.
Berbeda
Bupati Jayawijaya John Richard Banua mengatakan, pelaksanaan FBLB tahun ini berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya dalam 29 tahun terakhir. Salah satu perbedaannya adalah pemecahan rekor Muri noken terbesar yang sesuai dengan kearifan lokal setempat.
”Kami berharap, dengan adanya atraksi yang unik, dapat menjadi ajang promosi untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Wamena di masa mendatang,” ucap John.
Sementara itu, Yohana Yembise yang mewakili Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, FBLB termasuk salah satu dari 100 Calender of Events atau kegiatan festival yang didukung Kementerian Pariwisata pada tahun ini.
Untuk masuk dalam Calendar of Events, lanjut Yohana, suatu festival mengacu pada tiga unsur utama, yakni memiliki nilai atau kreativitas yang berdampak pada pelestarian budaya di suatu daerah, mempunyai nilai ekonomi bagi masyarakat, dan adanya komitmen kepala daerah yang memprioritaskan sektor pariwisata dari sisi alokasi anggaran.
”Dalam rangka mendukung hal tersebut, diperlukan sinergitas dari akademisi, pengusaha, komunitas masyarakat, pemerintah, dan media massa. Peran media dalam keberhasilan suatu kegiatan pariwisata sangatlah penting,” kata Yohana.
Selain tarian, terdapat juga atraksi lain dalam FBLB, yakni Kampung Festival dan Kampus Festival.
Kampung Festival meliputi kegiatan sehari-hari masyarakat suku Dani, seperti bakar batu, memainkan alat musik pikon khas Wamena, dan puradan atau permainan tradisional.
Dalam rangka mendukung hal tersebut, diperlukan sinergitas dari akademisi, pengusaha, komunitas masyarakat, pemerintah, dan media massa. Peran media dalam keberhasilan suatu kegiatan pariwisata sangatlah penting.
Kampung Festival meliputi kegiatan menganyam noken dari kulit kayu, cara membuat ukiran patung khas suku Dani, dan melukis kulit kayu.