Ridwan Kamil Minta Pertamina Tuntaskan Tumpahan Minyak di Karawang
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta Pertamina bertanggung jawab menuntaskan permasalahan terkait kebocoran anjungan lepas pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java secepat mungkin agar dampak tidak semakin meluas. Pemberian kompensasi untuk warga, nelayan, dan petambak tengah diproses.
Oleh
MELATI MEWANGI
·4 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta Pertamina bertanggung jawab menuntaskan permasalahan terkait kebocoran anjungan lepas pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java secepat mungkin agar dampak tidak semakin meluas. Pemberian kompensasi untuk warga, nelayan, dan petambak tengah diproses.
Hal itu dikatakan Ridwan Kamil saat meninjau Pantai Cemarajaya, Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (7/8/2019) siang. Dalam kesempatan itu, hadir pula Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf, dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat Supriyatno.
Menurut Kamil, tumpahan minyak tersebut merupakan musibah yang tidak bisa diprediksi. Namun, musibah itu bukan faktor fenomena alam, melainkan muncul dari pengelolaan usaha korporasi. Oleh karena itu, pihak korporasi itu harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul.
Dia meminta Pertamina segera memberikan kompensasi kepada warga yang terdampak. Mereka adalah ribuan warga yang tinggal di sepanjang pantai utara Karawang, nelayan yang berhenti melaut, ratusan hektar tambak udang dan bandeng yang terpaksa panen dini, serta ratusan hektar tambak garam yang produksinya terhenti sementara.
”Kami sepakati bahwa semua kerugian yang dihadapi masyarakat akan diganti oleh Pertamina. Saya berharap Pertamina tidak hanya ganti rugi yang sifatnya materi, tetapi juga memperhitungkan dampak psikologis terhadap masyarakat,” ujar Kamil.
Kamil mengapresiasi langkah Pertamina yang melibatkan warga sekitar untuk membersihkan ceceran tumpahan minyak dengan memberikan upah. Artinya, roda ekonomi masyarakat tetap berputar meski pemasukan yang diperoleh tidak sebanyak biasanya.
Sejak pukul 07.00, warga berdatangan untuk membersihkan ceceran tumpahan minyak di sepanjang pantai utara Karawang. Seperti yang terlihat di Pantai Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, mereka sibuk menggali pasir yang tercemar tumpahan minyak untuk dimasukkan ke dalam kantong plastik dan karung.
Mereka mengenakan pakaian khusus untuk penanganan limbah, masker, sarung tangan, dan sepatu bot karet. Ranisem (50), warga Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, cekatan membersihkan ceceran tumpahan minyak bersama suaminya yang seorang nelayan. Mereka mendapat upah masing-masing Rp 100.000 per hari. Selain itu, mereka juga mendapat makan siang dan air mineral.
Sementara itu, Pemkab Kabupaten Karawang membentuk tim kompensasi yang terdiri atas berbagai pihak terkait untuk penanganan kompensasi masyarakat. Tim tersebut akan melakukan beberapa hal seperti merumuskan dan menetapkan standar nilai kompensasi sesuai hasil verifikasi.
Kamil meminta Bupati Karawang mendata warga terdampak secara obyektif disertai dengan pengecekan lapangan. Menanggapi hal tersebut, Cellica akan mengoordinasikan anggota tim agar bergerak cepat.
Berkomitmen
Menanggapi hal itu, Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengungkapkan, Pertamina berkomitmen dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan ini. Upaya maksimal akan diberikan dengan melibatkan kerja sama dari berbagai pihak.
”Pertamina tidak akan ke mana-mana, kami akan menyelesaikannya hingga tuntas. Penanganan sampai normal membutuhkan waktu yang tidak sebentar, kami mohon kesabaran dari berbagai pihak,” ucap Nanang.
Pertamina tidak akan ke mana-mana, kami akan menyelesaikannya hingga tuntas. Penanganan sampai normal membutuhkan waktu yang tidak sebentar, kami mohon kesabaran dari berbagai pihak.
Sejak Kamis (1/8/2019), PHE ONWJ dan tim ahli bidang well control tengah melakukan pengeboran untuk menghentikan gelembung gas di sekitar anjungan YY. Ada 45 kapal disiagakan untuk menanggulangi tumpahan minyak.
Nanang menyebutkan, target utama penyelesaian adalah menghentikan sumber gas dan tumpahan minyak dengan cara mematikan sumur YYA-1. Hingga Rabu, tahap pengeboran YYA1-RW memasuki kedalaman sekitar 540 meter. Pengeboran ini dimulai dua hari lebih cepat dari rencana awal dan ditargetkan mencapai kedalaman 2.765 meter.
Vice President Relations Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya mengatakan, kegiatan mobilisasi anjungan dan pengeboran migas (rig jack up) laut Soehanah dilakukan bersamaan dengan proses survei geohazard dan geotechnical. ”Beberapa pekerjaan persiapan bisa dilakukan simultan sehingga dapat mempercepat waktu dua hari dari rencana awal, ” ucap Ifki.
Layanan kesehatan juga disediakan Pertamina di sejumlah lokasi terdampak. Untuk mengantisipasi kondisi kesehatan warga, Pertamina telah menyiapkan 5 ambulans, 5 dokter, dan 35 paramedis yang tersebar di empat posko kesehatan, yakni di Desa Cemarajaya, Desa Sungai Buntu, Desa Sedari, dan Pantai Mutiara.
”Kami akan terus meningkatkan layanan medis yang dibutuhkan di posko kesehatan sesuai dengan kondisi di lapangan. Saat ini dengan peralatan dan paramedis serta obat-obatan yang disiagakan sudah cukup untuk melayani dengan baik,” ujar Ifki.