JAKARTA, KOMPAS - Perusahaan penyedia jasa energi, PT Elnusa Tbk, mencatatkan kinerja positif di sepanjang paruh pertama 2019. Kebijakan akuisisi dan revitalisasi sejumlah depo pengolahan migas berdampak positif pada pertumbuhan kinerja perusahaan.
Pendapatan konsolidasi Elnusa sepanjang semester I-2019 tercatat mencapai Rp 3,7 triliun, tumbuh 29 persen dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2,9 triliun. Capaian ini turut mendorong peningkatan laba hingga 21 persen, dari Rp 128 miliar pada semester I-2018 menjadi Rp 155 miliar pada semester I-2019.
Direktur Utama Elnusa, Elizar Parlindungan Hasibuan, mengatakan kinerja positif Elnusa di sepanjang paruh pertama 2019 merupakan buah konsolidasi seluruh segmen, baik dari pengolahan hulu, distribusi dan logistik, hingga bisnis penunjang lainnya.
“Diversifikasi portfolio bisnis dan keseimbangan kinerja antar segmen menjadi kunci pencapaian kinerja tengah tahun ini,” kata Elizar usai memberikan paparan kinerja Semester I-2019 di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (28/8/2019).
Segmen hulu yang berkontribusi sebesar 43 persen dari seluruh pendapatan konsolidasi perusahaan, ditopang oleh jasa produksi, operasi, hingga perawatan.
Sejumlah blok yang pengelolaannya beralih ke PT Pertamina (Persero) sebagai induk usaha, seperti Blok Mahakam dan Blok Sanga-Sanga di Kalimantan Timur, turut berkontribusi terhadap pertumbuhan segmen hulu.
Adapun segmen distribusi dan logistik berkontribusi 53 persen dari seluruh pendapatan Elnusa. Elizar mengatakan pengembangan bisnis segmen ini diperluas, di antaranya melalui akuisisi aset depot LPG di Sulawesi Tengah dan revitalisasi aset terminal BBM Pertamina di Belitung.
“Sebelumnya perseroan lebih banyak melakukan jasa pengelolaan depot. Kini Elnusa sebagai anak Pertamina itu juga membeli, merevitalisasi, serta mengelola depot LPG yang diakuisisi oleh Pertamina,” ujarnya.
Obligasi
Untuk mendanai sejumlah proyek revitalisasi, Direktur Keuangan Elnusa Hery Setiawan mengatakan perseroan akan menggunakan pinjaman jangka panjang. Penerbitan obligasi atau surat utang menjadi salah satu alternatif untuk menghimpun pendanaan yang dibutuhkan.
“Kami akan mengakuisisi depot-depot yang lain atau mendapatkan penugasan dari Pertamina, jadi akan mendanainya dengan instrumen jangka panjang,” kata Hery.
Perseroan akan menggunakan pinjaman jangka panjang. Penerbitan obligasi atau surat utang menjadi salah satu alternatif untuk menghimpun pendanaan yang dibutuhkan
Dia menargetkan dapat melakukan emisi obligasi pada 2019. Namun, besaran jumlah yang diterbikan masih dikaji oleh perseroan. Perusahaan berharap mendapatkan kupon dengan kisaran 7,5 persen - 8,5 persen, sejalan dengan peringkat korporasi di level idAA- yang disematkan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk Elnusa.
Sepanjang periode semester I-2019, Elnusa, mengucurkan belanja modal Rp 400 miliar untuk pembelian depot dan belanja peralatan kerja di segmen hulu migas. Sepanjang 2019 perseroan menganggarkan dana belanja modal hingga Rp 1 triliun.
“Untuk akhir tahun serapan (belanja modal) akan digunakan untuk segmen hulu, di antaranya untuk membeli dan merevitalisasi depot LPG di Sulawesi Tengah,” ujarnya.
Ekspansi
Elnusa juga berencana untuk mengembangkan pasar baru di luar Indonesia. Hery mengatakan hingga saat ini perusahaan masih bernegosiasi dengan sejumlah pihak untuk mengerjakan proyek pembangunan kilang minyak di Madagaskar.
Hery mengatakan proyek ini didapat dari perusahaan multinasional asal Eropa dan Asia sebagai pengelola kilang tersebut. Namun Elnusa tengah mempertimbangkan potensi risiko proyek ini sembari mempersiapkan mitigasi bisnis yang dibutuhkan.
“Kami juga masih bernegosiasi dengan lembaga pembiayaan seperti Eximbank untuk mendapatkan skema pendanaan dengan tingkat risiko minimal. Ini peluang besar dan tim kami sedang coba,” ujarnya.