”Harta Karun” Triliunan Rupiah di Rawa-rawa Sumatera Selatan
Motivasi petani Sumatera Selatan kian menggelora mengubah rawa menjadi lahan pertanian. Potensi pendapatan bernilai triliunan rupiah yang selama ini terabaikan perlahan mulai diperhatikan pemerintah. Adalah Program Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani yang menumbuhkan asa petani mengejar kesejahteraan.
Oleh
Stefanus Ato
·4 menit baca
Motivasi petani Sumatera Selatan kian menggelora mengubah rawa menjadi lahan pertanian. Potensi pendapatan bernilai triliunan rupiah yang selama ini terabaikan perlahan mulai diperhatikan pemerintah. Adalah Program Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani yang menumbuhkan asa petani mengejar kesejahteraan.
Hamparan padang berumput hijau menjadi penyambut saat memasuki Desa Tanjung Aur, Kecamatan Jejawi, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Sepanjang mata memandang, tak ada sekat pembatas selain kerbau dan sapi yang tengah merumput.
Padang itu merupakan rawa yang kini mengering karena musim kemarau. Hamparan dengan luas sekitar 800 hektar itu akan kembali menjadi rawa pada Oktober atau November ketika hujan rutin mengguyur wilayah tersebut.
”Kami baru tanam padi pada bulan Mei dan panennya Agustus. Setelah itu dibiarkan karena Oktober atau November sudah kembali terisi air. Wilayah ini cukup dalam, airnya bisa sampai 1 atau 2 meter,” kata Kuhapa (42), petani Desa Tanjung Aur, saat ditemui Rabu (28/8/2019).
Lahan yang bisa digarap juga masih minim atau hanya sesuai kemampuan menggarap dari petani. Hal itu karena selain petani memiliki akses modal yang terbatas, mereka juga tak mampu melawan kehendak alam.
Jika selesai panen, masih ada petani yang menanam, maka kemungkinan gagal panen lebih besar karena padi yang belum berbulir akan terendam air, mati, dan membusuk.
Menurut Mahmud Adin (51), petani Desa Keman, Kecamatan Pampangan, Ogan Komering Ilir, dari lahan 1 hektar, hasil panen yang didapat bisa mencapai 5 ton gabah kering. Asumsinya, jika dikalikan dengan harga gabah Rp 5.000 per kilogram, dengan hasil 5 ton itu, petani bisa meraup Rp 25 juta sekali panen.
Namun, selama ini mimpi untuk memanen lebih dari satu kali sulit terwujud. Mahmud hanya bisa menggarap lahan sesuai kemampuan, yaitu paling luas 1 hektar. Hal itu karena selain keterbatasan modal, mereka kesulitan mendapatkan tenaga kerja untuk membantu.
Perluasan lahan
Kondisi alam dan keterbatasan petani di wilayah itu sejenak ada harapan saat sebuah helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera Selatan mendarat di Desa Tanjung Aur, Rabu siang. Masyarakat sekitar bersama pejabat daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir antusias berkerumun di sekitar helikopter, menyambut kedatangan Menteri Pertanian Amran Sulaiman.
Kehadiran Amran untuk melihat langsung pemanenan perdana padi Program Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani (Serasi) yang ditanam pada Mei 2019. Adapun luas area persawahan yang dipanen itu sekitar 10.000 hektar.
Amran mengatakan, ada penambahan 67.948 hektar lahan baru yang dibuka di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Pembukaan lahan diikuti dengan pemberian alat mekanisasi pertanian berupa ekskavator, traktor, mesin pompa air, dan mesin pemotong padi atau combaine.
Ekskavator yang diserahkan sebanyak 18 unit dan menurut rencana ada penambahan 10 unit. Tujuannya, untuk memastikan agar penggarapan lahan seluas 67.948 hektar itu rampung Oktober 2019.
Di satu sisi, ekskavator dibutuhkan untuk membuat saluran irigasi sekunder ataupun tersier. Saluran itu nantinya akan berfungsi sebagai penyuplai air menggunakan mesin pompa saat sawah mengering dan sebagai penampung untuk mengeluarkan air saat padi terendam banjir. Petani juga diberikan bantuan traktor tangan, combaine, alat pompa air, pupuk, dan pestisida.
Berbagai alat yang diberikan itu merupakan tekad Kementerian Pertanian meningkatkan produktivitas petani dengan sistem mekanisasi atau penggunaan teknologi pertanian modern. Mekanisasi memudahkan petani untuk bekerja efisien, menghemat tenaga, dan mengakali kondisi alam yang sebagian besar wilayahnya berupa rawa.
”Kami menggunakan teknologi modern dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani. Dulunya tanam satu kali, sekarang bisa dua sampai tiga kali,” ucap Amran.
Secara keseluruhan, Kementerian Pertanian menargetkan pembukaan lahan pertanian dengan Program Serasi di Sumatera Selatan tahun ini mencapai 200.000 hektar.
Lahan baru itu selain tersebar di Ogan Komering Ilir, juga ada di Kabupaten Banyuasin (82.559 ha), Musi Banyuasin (35.143 ha), Ogan Ilir (1.200 ha), Muratara (1.000 ha), Pali (5.850 ha), Ogan Komering Ulu (300 ha), dan Muara Enim (2.000 ha).
Penambahan lahan di sembilan kabupaten itu ditargetkan rampung akhir 2019. Jika program ini berhasil, potensi pendapatan petani secara keseluruhan di Sumatera Selatan diperkirakan mencapai Rp 14 triliun untuk satu kali masa panen.
Terbesar
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan, pihaknya bertekad menjadikan provinsi itu sebagai daerah lumbung pangan nasional terbesar di Indonesia.
Optimisme itu muncul karena sejak Program Serasi dikembangkan pada luas lahan 30.000-50.000 hektar, ada peningkatan produktivitas yang kemudian menempatkan provinsi itu sebagai lumbung pangan nasional kelima terbesar di Indonesia.
”Target kami, tahun 2021 Sumatera Selatan urutan satu lumbung pangan nasional. Sebelum ada Serasi, kami ada di peringkat kedelapan, tetapi hari ini kami sudah di peringkat kelima,” ucapnya.
Menurut Herman, prinsip Program Serasi sesuai dengan karakter wilayah itu karena sebagian besar lahan tidur di wilayah itu didominasi rawa. Luas daerah rawa di Sumatera Selatan mencapai 1,4 juta hektar atau merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Sarwo Edhy menyebutkan, Program Serasi dari Kementerian Pertanian menyasar wilayah-wilayah di Indonesia yang daerahnya merupakan daerah rawa.
Saat ini sudah 1.700 unit peralatan pertanian, seperti combaine, ekskavator, mesin pompa air, dan traktor, yang dikirim ke Provinsi Sumatera Selatan.