Manfaatkan Perang Dagang, Pengusaha Garap Pasar Alternatif
erang dagang antara China dan Amerika Serikat menciptakan peluang bagi negara berkembang. Dalam rangka menjemput peluang ini, pelaku usaha dan industri mengadakan misi bisnis.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perang dagang antara China dan Amerika Serikat menciptakan peluang bagi negara berkembang. Dalam rangka menjemput peluang ini, pelaku usaha dan industri mengadakan misi bisnis.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia tengah mencari pasar alternatif untuk mendongkrak perdagangan internasional, terutama ekspor. Pelaku usaha ingin mendatangi langsung negara-negara yang potensial menjadi pasar dan langsung menjajaki kerja sama bisnis dengan pengusaha di negara tersebut.
”Hal itu terwujud dalam misi bisnis yang kami adakan,” kata Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjadja Kamdani dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (4/9/2019).
Nilai ekspor ke China dan Amerika Serikat (AS), dua pangsa pasar terbesar Indonesia, turun akibat perang dagang. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang Januari-Juli 2019, ekspor Indonesia ke China dan AS masing-masing turun 5,6 persen dan 1,87 persen.
Kadin Indonesia menilai, kondisi perang dagang memberikan kesempatan untuk membuka pasar alternatif di luar dua negara yang sedang terlibat perang dagang. Penjajakan diversifikasi pasar juga menjadi tujuan misi bisnis tersebut.
Kadin Indonesia mengadakan misi bisnis sepanjang September-Oktober 2019. Tujuan misi bisnis ini meliputi AS dan 14 negara Eropa yang terdiri dari Turki, Bulgaria, Yunani, Serbia, Romania, Belanda, Slowakia, Polandia, Swiss, Jerman, Italia, Inggris, Belgia, dan Perancis.
Berdasarkan data yang dihimpun Kadin Indonesia, nilai total perdagangan Indonesia dengan 14 negara Eropa tersebut 27,8 miliar dollar AS. Total perdagangan itu terdiri dari ekspor Indonesia 15,4 miliar dollar AS dan impor 12,4 miliar dollar AS.
Menurut Ketua Komite Tetap Eropa Kadin Indonesia Tony Wenas, penetrasi pasar di Eropa masih bisa ditingkatkan. Optimalnya, total nilai perdagangan Indonesia dengan seluruh negara Eropa dapat mencapai lebih dari 40 miliar dollar AS.
Sepanjang misi dan penjajakan, Kadin Indonesia juga akan mengadakan forum dan pencocokan bisnis. Sektor usaha yang akan menjadi fokus dalam misi bisnis ini, yaitu pertanian, industri kimia, industri pengemasan, industri makanan dan minuman, logistik, pembuatan kapal, pengoperasian pelabuhan maritim, serta produk perikanan dan laut.
Selain itu, juga usaha mebel, kerajinan tangan, tekstil dan pakaian jadi, peralatan kesehatan, pariwisata, pengelolaan air dan limbah, infrastruktur dan konstruksi, mesin dan otomotif, industri logam dan kerdigantaraan, ritel, energi dan energi terbarukan, fashion, dan industri kreatif.
Peluang di AS
Di sisi lain, Shinta berpendapat, Indonesia mesti mengambil peluang dalam situasi perang dagang di AS. Caranya ialah mengambil sektor-sektor di AS yang sebelumnya dipasok oleh China, misalnya sektor tekstil.
BPS mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS sebesar 5,17 miliar dollar AS sepanjang Januari-Juli 2019. Angka ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya pada periode yang sama, yakni 4,71 miliar dollar AS.
Secara keseluruhan, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengapresiasi misi bisnis yang diselenggarakan Kadin Indonesia.
Menurut Enggartiasto, pelaku usaha dapat menspesifikasi sektor yang akan dijajaki secara bisnis dalam rangka meningkatkan kualitas kinerja perdagangan Indonesia.