Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah kian mengkhawatirkan. Sekolah-sekolah di Kota Palangkaraya memotong jam pelajaran karena pekatnya kabut asap di pagi hari.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS – Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah kian mengkhawatirkan. Sekolah-sekolah di Kota Palangkaraya memotong jam pelajaran karena kabut asap di pagi hari sangat pekat.
Kebakaran hutan dan lahan semakin meluas di Kalimantan Tengah. Selama 2019 sudah 12.619 titik panas muncul, dengan luas kebakaran mencapai 6.875 hektar lahan, dengan kejadian kebakaran sebanyak 1.617 kali.
Data Pusat Pengendalian dan Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalopas-PB) Provinsi Kalteng mencatat, dalam 24 jam sejak Selasa (10/09/2019) pagi hingga Rabu (11/9/2019) pagi terdapat 1.042 titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen. Kabupaten Pulang Pisau, Kapuas, Kotawaringin Timur, dan Kota Palangkaraya yang paling banyak ditemukan titik panas dari 14 kabupaten/kota di Kalteng.
“Kondisinya memang sudah (asap) begini, jadi kami diminta dari dinas untuk memajukkan jam mulai pembelajaran,” ungkap Kepala Sekolah Dasar Negeri 4 Bukit Tunggal Nurahmawatie.
Kondisinya memang sudah begini, jadi kami diminta dari dinas untuk memajukkan jam mulai pembelajaran
Nur menjelaskan, pada bulan Juli lalu pemerintah juga memberlakukan kebijakan yang sama untuk memajukkan jam pelajaran. Biasanya siswa sekolah masuk pada pukul 6.30 wib sampai 11.30 wib, mulai Kamis (12/9/2019) mereka mulai belajar pada pukul 7.30 wib sampai 10.00 wib.
Hal yang sama juga diberlakukan di SMA Negeri 5 Palangkaraya. Para siswa akan mulai masuk pada pukul 7.00 wib padahal sebelumnya masuk pada pukul 6.30 wib.
“Ini karena asapnya sudah sampai di kelas-kelas. Pelajaran olahraga juga gak ada di lapangan, di kelas saja,” kata Ichsan, siswa kelas X SMA Negeri 5 Palangkaraya.
Kabut asap semakin pekat di pagi hari dan mengganggu aktivitas belajar mengajar di sekolah-sekolah Kota Palangkaraya. Kabut asap tipis masuk hingga ke ruang kelas di sekolah-sekolah, khususnya yang lokasinya dekat lokasi kebakaran.
Dari pantauan Kompas, beberapa anak menggunakan masker saat beraktivitas, namun sebagian besar tidak menggunakan masker. “Masker sudah dibagikan tapi yang namanya anak-anak main maskernya dilepas,” kata Nurahmawatie.
Nur menjelaskan, hingga saat ini tidak ada anak di sekolahnya yang terdampak infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Beberapa anak menderita panas tetapi, menurutnya, bukan karena kabut asap.
“Ada yang izin sakit, kemarin juga ada. Tapi ya sakit demam dan panas, bukan karena ISPA,” kata Nurahmawatie.
Di Kabupaten Kotawaringin Timur, kabut asap begitu pekat sehingga jarak pandang kurang dari 100 meter. Bahkan, terdapat beberapa video viral di media sosial yang memperlihatkan pengendara motor jalan sangat perlahan karena tertutup asap. Bahkan, ada satu pengendara motor yang menabrak pohon sawit di wilayah perkebunan sawit.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Provinsi Kalteng Fahrizal Fitri juga mengungkapkan, kalau pihaknya akan menindak tegas baik oknum maupun perusahaan yang terbukti membuka lahan dengan cara membakar. Meskipun demikian ada mekanisme pemberian sanksi hingga pencabutan ijin.
“Ada peringatan yang diberikan terlebih dahulu, tetapi kami terus mengimbau agar tidak ada lagi yang buka lahan dengan membakar,” kata Fahrizal.