Sembilan Jam Kualitas Udara Berbahaya, Siswa Diliburkan Tiga Hari
Akibat asap yang semakin pekat, Pemerintah Kota Palembang memutuskan untuk meliburkan siswa selama tiga hari, 23-25 September 2019.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Akibat asap yang semakin pekat, Pemerintah Kota Palembang meliburkan siswa selama tiga hari, 23-25 September 2019. Hal ini dilakukan karena kualitas udara di Palembang sudah memasuki kategori berbahaya, terutama di pagi hari.
Wakil Wali Kota Palembang Fitrianti Agustinda, Senin (23/9/2019), menerangkan, keputusan untuk meliburkan siswa juga didasari atas keputusan Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru. Hal ini mengacu pada kondisi asap yang semakin pekat, terutama di pagi hari. ”Libur bisa saja diperpanjang jika dalam tiga hari ke depan kualitas udara tak kunjung membaik,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, dalam kurun waktu sembilan jam, mulai dari pukul 01.00 hingga pukul 10.00, konsenterasi partikulat (PM 10) di Kota Palembang masuk kategori berbahaya dengan nilai 348.66-494.41 mikrogram/meter kubik. Udara di pagi hari berbau asap pekat dan jarak pandang terbatas. Pengendara harus menghidupkan lampu kendaraannya. Banyak warga yang menggunakan masker.
Fitrianti mengatakan, akibat asap, sejumlah warga mengalami beragam penyakit terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk itu, pemerintah mengimbau masyarakat menggunakan masker jika ingin beraktivitas di luar rumah. ”Jika tidak ada hal yang mendesak, lebih baik tinggal di dalam rumah saja,” katanya.
Ke depan, ujar Fitrianti, pemerintah akan membuka posko kesehatan di beberapa titik yang rawan asap. Berdasarkan laporan, ada dua kawasan di Palembang yang jumlah penderita ISPA meningkat pesat, yakni kawasan Boom Baru dan Kalidoni. ”Kami berharap agar pelayanan kesehatan di dua tempat tersebut ditingkatkan,” ucap Fitrianti.
Kumala Dewi, guru di SD Negeri 55 Palembang mengungkapkan, dirinya baru mengetahui bahwa siswa diliburkan pada Senin pagi. Banyak siswa yang telanjur datang ke sekolah kembali lagi ke rumah masing-masing. ”Menurut rencana, libur hingga Rabu mendatang,” katanya.
Kumala menerangkan, kondisi asap seperti ini sudah berlangsung sekitar tiga minggu lalu. Meski demikian, tidak ada siswa yang mengalami sakit karena terpapar asap. Hanya saja segala kemungkinan harus diwaspadai.
Sejak asap mendera, ungkap Kumala, kegiatan di luar ruang kelas dikurangi seperti upacara dan kegiatan olahraga. ”Kami khawatir kalau siswa keluar saat kondisi asap pekat akan berpengaruh pada kesehatan mereka,” katanya.
14 penerbangan tertunda
Selain mengganggu aktivitas belajar mengajar di sekolah, asap juga membuat 14 jadwal penerbangan di Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang tertunda. Hal ini disebabkan jarak pandang sangat terbatas, bahkan menyentuh 400 meter. Kabut asap tebal biasanya terjadi mulai pukul 06.00 sampai pukul 09.00.
General Manager Airnav Indonesia Cabang Palembang Ari Subandrio menerangkan, penundaan terjadi akibat jarak pandang yang terbatas. Jarak pandang terendah mencapai 400 meter, padahal jarak pandang normal sekitar 800 meter.
Pada Senin pagi tercatat setidaknya ada delapan jadwal kedatangan dan enam jadwal keberangkatan yang tertunda akibat asap di Bandara Internasional SMB II Palembang. Bahkan, maskapai AirAsia dari Kuala Lumpur terbang berputar sekitar 18 menit di udara sebelum akhirnya memutuskan mendarat di Johor Baru, Malaysia.
Pesawat itu akhirnya mendarat di Bandara SMB II pada 10.39 dan berangkat lagi ke Kuala Lumpur pada 11.47. Ari mengatakan, dari kejadian asap yang sudah terjadi sejak 12 hari lalu, pihaknya telah menerbitkan 20 notice to Airman (pemberitahuan kepada petugas penerbangan) terkait kondisi udara di Bandara SMB II Palembang.
Pemberitahuan itu terkait kondisi jarak pandang menjadi terbatas akibat kabut asap. ”Kami terus berkoordinasi dengan BMKG dan pihak Bandara SMB II mengenai jarak pandang, itu demi keselamatan penerbangan terutama penumpang,"katanya.
General Manager Angkasa Pura II Bandara SMB II Palembang Fahroji menuturkan, kejadian ini sudah berlangsung beberapa kali selama kabut asap menyelimuti bandara.
Biasanya, pada pukul 09.00, jarak padang sudah normal dan penerbangan kembali dilanjutkan. (Fahroji)
Meski demikian, tidak pernah ada penerbangan yang dibatalkan akibat kabut asap. ”Biasanya, pada pukul 09.00, jarak padang sudah normal dan penerbangan kembali dilanjutkan,” ungkap Fahroji.
Jarak pandang pun sangat beragam. Senin pagi pada pukul 05.30 WIB, jarak pandang masih 1.100 WIB, pada saat itu, tidak ada jadwal penerbangan yang ditunda. Namun pada pukul 06.00 WIB, jarak pandang turun jadi 400 meter dan akhirnya baru normal kembali pada pukul 09.12 WIB.
Penerbangan yang tertunda beragam ada yang datang dari Jakarta, Pangkal Pinang, Riau, dan penerbangan internasional Kuala Lumpur. “Penundaan ini sudah beberapa kali terjadi, bahkan dalam dua hari berturut-turut,” ungkapnya.
Potensi hujan
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori menerangkan, melihat adanya potensi awan hujan pada Selasa (24/9), pemerintah akan menerapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) dengan menyemai awan hujan.
Proses penyemaian menggunakan pesawat Hercules yang diterbangkan langsung dari Bandara Halim Perdanakusuma. Dengan TMC ini diharapkan akan turun hujan di wilayah Sumsel. ”Dengan adanya hujan, dampak asap dapat reda,” kata dia.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang Bambang Benny Setiaji menerangkan, berdasarkan prakiraan cuaca BMKG akan ada potensi hujan dalam rentang prakiraan 23-24 September 2019 di wilayah Sumatera Selatan.
Pada 23 September, peluang hujan 10-40 persen untuk Sumsel bagian selatan dan barat dengan peluang hujan minimal 10 milimeter. Sementara pada 24 September, peluang hujan 40-80 persen untuk seluruh wilayah Sumsel untuk peluang hujan minimal 10 milimeter.