Sebanyak lima pesawat disiagakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi atau BPPT untuk mengintensifkan teknologi modifikasi cuaca.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sebanyak lima pesawat disiagakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi atau BPPT untuk mengintensifkan teknologi modifikasi cuaca. Teknologi tersebut hingga kini dinilai efektif menurunkan hujan lebih dari 100 juta kubik sejak sepekan terakhir.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto mengatakan, ada lima pesawat yang kini disiagakan di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Empat pesawat sudah beroperasi, sedangkan satu lagi masih belum ditentukan lokasinya.
Di Kalimantan, mereka memiliki posko yang terletak di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Dua pesawat yang disiagakan di sana yakni CASA C-212 200 dan CN-295. Keduanya akan memantau potensi awan selama 24 jam untuk disemai menjadi hujan buatan.
“Selama ini, awan muncul hanya beberapa saat. Belajar dari itu, maka armada harus selalu siap. Hal itu baru terealisasi secara baik dalam seminggu terakhir,” katanya dalam Konferensi Pers Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Jakarta, Selasa (25/9/2019).
Dalam empat hari terakhir, hujan buatan berhasil turun di Kalimantan Barat secara merata dan signifikan. Hingga kini, hujan yang turun diperkirakan mencapai 70 juta meter kubik. Adapun untuk Kalimantan Tengah, hujan memang belum terjadi secara signifikan yakni baru sekitar 15 juta meter kubik.
“Hujan tersebut terhitung mulai Jumat lalu. Di Kalimantan Tengah, hujan baru terjadi di Palangkaraya dan Pulang Pisau,” ujar Seto.
Di Sumatera, BPPT juga menempatkan dua posko di Riau dan Sumatera Selatan dengan wilayah cakupan hingga Jambi dan Sumatera Barat. Dua pesawat juga disiagakan di sana yakni CASA C-212 200 dan Lockheed C-130 Hercules.
Alhasil, wilayah Riau sudah mengalami hujan sekitar 30 juta meter kubik. Selain itu, hujan juga terjadi di wilayah Jambi pada beberapa hari yang lalu dan Palembang pada Selasa. “Rencananya akan ada satu pesawat tambahan CASA C-212 200 yang akan disiagakan. Namun, hingga saat ini masih terus dipantau wilayah mana yang membutuhkan,” ujarnya.
Guna mempercepat proses TMC, BPPT kini tidak hanya menggunakan natrium klorida (NaCl) untuk menyemai awan. Mereka juga menggunakan kalsium oksida (CaO). Seto menargetkan untuk menurunkan kepekatan asap secara signifikan pada akhir September ini.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo juga meninjau langsung penanganan kebakaran hutan dan lahan di Jambi pada Selasa. Saat berada di Posko Desa Arang-Arang, Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muara Jambi, Provinsi Jambi, ia merasakan langsung turunnya hujan.
BPPT kini tidak hanya menggunakan natrium klorida (NaCl) untuk menyemai awan tetapi juga menggunakan kalsium oksida (CaO).
“Alhamdulilah pagi ini diawali hujan dari hasil usaha kita bersama. Saya mendapatkan laporan sudah delapan kabupaten yang mengalami hujan,” ujarnya melalui keterangan tertulis.
Titik panas
Plt Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rafles B Panjaitan mengatakan, hujan hasil TMC telah menurunkan jumlah titik panas (hotspot) di beberapa wilayah.
“Selain TMC, upaya pemadaman dengan water bombing dan patroli juga terus dilakukan,” katanya.
Menurut Rafles, jumlah titik panas (hotspot) yang sebelumnya terpantau pada Senin (23/9/2019) mencapai 2.533 titik. Adapun, pada Selasa ini terjadi penurunan menjadi 1.352 titik.
Sementara itu, berdasarkan data dari BNPB pada Selasa pukul 16.00, jumlah titik panas terpantau sebanyak 1.982 titik. Jumlah tersebut menurun secara drastis jika dibandingkan dengan data pada Senin (16/9/2019) yang berjumlah 2.583 titik.
Menurut Rafles, upaya penegakan hukum pelaku pembakaran juga terus dilakukan, baik oleh Direktorat Jenderal Penegakan Hukum KLHK dan kepolisian. Di Polda Riau, setidaknya sudah ada 52 kasus yang ditangani hingga 17 September lalu. Adapun, di Polda Sumatera Selatan terdapat 18 kasus ditangani.
“Di Polda Jambi ada 10 kasus, Polda Kalimantan Selatan 4 kasus, Polda Kalimantan Tengah 57 kasus dan Polda Kalimantan Barat 55 kasus,” ujarnya.
Menuntut
Di lokasi terpisah, Koalisi #IndonesiaBergerak yang terdiri dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah dan lain-lain menyampaikan pernyataan sikap mereka terhadap bencana kabut asap. Mereka menuntut pemerintah untuk segera mengatasi darurat bencana kabut asap.
Tuntutan tersebut antara lain, memberikan perlindungan kepada pemadam api, membuka gedung-gedung pemerintahan untuk tempat evakuasi, membangun rumah aman hingga menyediakan pengobatan gratis. Kelompok rentan seperti balita, ibu hamil dan lansia diharapkan menjadi prioritas dalam penanganan tersebut.