Sebanyak 88 unit hunian tetap untuk penyintas gempa, tsunami, dan likuefaksi di Palu, Sulawesi Tengah, sudah selesai dibangun. Ini merupakan yang pertama selesai dari total target 8.788 hunian tetap di Sulteng.
Oleh
Videlis Jemali
·3 menit baca
PALU, KOMPAS — Sebanyak 88 unit hunian tetap untuk penyintas gempa, tsunami, dan likuefaksi di Palu, Sulawesi Tengah, sudah selesai dibangun. Ini merupakan yang pertama selesai dari total target pemerintah membangun 8.788 hunian tetap di Sulteng.
Hunian tetap (huntap) yang telah dibangun itu berlokasi di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu. Letaknya persis di belakang kampus Universitas Tadulako. Dua blok telah selesai dibangun, yakni sebanyak 44 unit setiap blok.
Huntap tersebut dibangun Yayasan Buddha Tzu Chi. Total sebanyak 1.500 unit yang akan dibangun. Di Tondo dibangun 1.000 unit, sisanya di Desa Pombewe, Kecamatan Biro Maru, Kabupaten Sigi.
Pembangunan di Tondo merupakan bagian dari target pembangunan 388 unit huntap oleh Yayasan Buddha Tzu Chi tahun ini. Sisanya dilanjutkan tahun depan. Salah satu pelaksana proyek huntap Yayasan Budha Tzu Chi adalah PT Star International.
Manajer Proyek PT Star International Johanes A Mustika, saat ditemui di lokasi pembangunan huntap, Kamis (26/9/2019), menyatakan, penyelesaian huntap sedikit seret dari target awal, yakni November. Paling cepat, pembangunan 300 unit lainnya selesai akhir tahun. Huntap tersebut mulai dibangun pada April 2019.
Menurut Johanes, salah satu kendalanya adalah kondisi lahan yang bergelombang sehingga perlu diratakan lagi. Itu cukup menyita waktu untuk pembangunan fisik huntap. Lahan sebelumnya disiapkan pemerintah.
Huntap dibangun dengan ukuran 6 meter x 6 meter atau tipe 36 di lahan seluas 150 meter persegi. Jenis hunian itu berspesifikasi tahan gempa. Material yang digunakan untuk dinding adalah conwood, yakni serat beton yang dicampur dengan kayu.
Gempa yang memicu tsunami dan likuefaksi melanda Kota Palu serta Kabupaten Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong, 28 September 2018, atau setahun lalu. Pascabencana itu pemerintah menetapkan zona merah atau kawasan yang terlarang untuk hunian baru. Zona merah mencakup areal bekas likuefaksi, jalur tsunami, dan jalur sesar Palu-Koro.
Huntap dibangun untuk penyintas yang rumahnya rusak berat atau hilang dan lokasinya ditetapkan sebagai zona merah atau terlarang. Pemerintah menyediakan 8.788 unit huntap. Sebanyak 3.918 unit dibangun di Palu, 1.500 unit di Kabupaten Sigi, serta 3.460 unit di Donggala dan Parigi Moutong.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu Presly Tampubolon menyatakan, saat ini tim tengah memverifikasi data penyintas untuk mendapatkan huntap di Tondo. Berdasarkan formulir yang pernah diedarkan dan diisi penyintas, sebanyak 1.400 keluarga memilih relokasi Tondo. ”Jumlah itu yang saat ini tengah kami verifikasi secara administratif,” katanya.
Penyintas lainnya memilih direlokasi ke Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore dan Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Palu. Huntap di dua lokasi tersebut belum dibangun. Saat ini sedang dilakukan penyiapan lahan.
Terkait belum dibangunnya huntap yang dikerjakan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Gubernur Sulteng Longki Djanggola, beberapa waktu lalu, menyebutkan, pengerjaan proyek-proyek rehabilitasi dan rekonstruksi saat ini kebanyakan masih pada tahap desain dan lelang. Itu terkait mekanisme keuangan yang tak bisa dihindari.
Pengerjaan fisik dipastikan dimulai tahun depan, yang merupakan tenggat waktu penanganan bencana. ”Kami tetap dorong agar pengerjaan proyek-proyek tersebut dipercepat,” ujarnya.
Adjad (38), penyintas yang saat ini tinggal di hunian sementara di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, meragukan selesainya pembangunan huntap tahun depan. Hanya sedikit yang dikerjakan tahun ini dari total 8.788 unit yang harus diselesaikan. ”Apakah sisanya bisa diselesaikan tahun depan? Saya sangat ragu,” katanya.
Ia meminta pemerintah untuk menyampaikan kepada penyintas perkembangan pekerjaan proyek-proyek penting yang berhubungan dengan kebutuhan penyintas, termasuk huntap. Informasi itu penting diketahui penyintas untuk merencanakan kehidupan mereka.