Penataan Ojek Daring di Stasiun Tanah Abang Sulit Terwujud
Ojek dalam jaringan yang selalu memarkir kendaraan di pinggir jalan, seputar kawasan Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, malah menimbulkan kesemrawutan lalu lintas. Penataan ojek daring pun mulai dipikirkan.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO / AGUIDO ADRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ojek dalam jaringan yang selalu memarkir kendaraan di pinggir jalan, seputar kawasan Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, malah menimbulkan kesemrawutan lalu lintas. Penataan ojek daring pun mulai dipikirkan dengan pemanfaatan lahan milik PT KAI yang berada di dalam kawasan stasiun. Namun, hal tersebut sulit terwujud karena PT KAI tak ingin serta-merta melepas lahannya.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo, Minggu (29/9/2019), di Jakarta, mengatakan, selama ini para pengojek daring selalu menggunakan ruas jalan sebagai lahan parkir. Alasannya, mereka tak memiliki lahan parkir lain untuk menunggu penumpang.
”Ojek online itu hampir menguasai semuanya di seluruh ruas jalan seputaran Stasiun Tanah Abang. Para ojek online itu, kan, belum difasilitasi untuk tempat mereka parkir, shelter, ataupun tempat mereka berhenti sehingga mereka memakai ruas jalan,” ujar Syafrin.
Sejumlah ruas jalan di seputaran Stasiun Tanah Abang kerap dipadati ojek daring, baik yang sedang menunggu penumpang maupun sekadar beristirahat sejenak. Ruas-ruas jalan tersebut adalah Jalan Jatibaru Raya dan Jalan Jatibaru Bengkel. Akibatnya, arus lalu lintas di jalan-jalan tersebut kerap macet dan semakin semrawut karena kehadiran pedagang kaki lima.
Syafrin menuturkan, penataan ojek daring di kawasan Stasiun Tanah Abang terkendala penyediaan lahan. Lahan yang paling memungkinkan untuk dibuat shelter ojek daring masuk kawasan stasiun adalah di dekat pintu keluar, arah menuju Jalan Jatibaru Bengkel. Lahan tersebut masih kosong dan telah dipagari pihak PT KAI.
Oleh karena itu, lanjut Syafrin, Pemprov DKI berharap PT KAI segera membuka akses tersebut. ”Harapannya bisa dialokasikan untuk ojek online sehingga terjadi keteraturan di sini,” tuturnya.
Menurut Syafrin, penataan kawasan stasiun ini harus menjadi komitmen bersama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, operator ojek daring, dan PT KAI. Dengan begitu, kondisi lalu lintas di sekitar wilayah Tanah Abang menjadi kondusif dan tertib.
”Penyelesaiannya tergantung dari PT KAI karena yang punya lahannya itu PT KAI. Mudah-mudahan secepatnya. Jika PT KAI berkolaborasi melakukan penataan di kawasan sehingga berjalan sesuai dengan rencana, maka semuanya tertib, aman, dan lancar,” kata Syafrin.
Sulit terwujud
Sementara itu, dihubungi secara terpisah, Kepala Humas PT KAI Daop I Jakarta Eva Chairunisa menyampaikan, lahan di sejumlah stasiun kereta api tidak bisa serta-merta digunakan untuk lahan parkir atau ruang tunggu untuk pengemudi ojek daring. Sebab, lahan tersebut sudah diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan penumpang, seperti perluasan peron.
Eva pun menambahkan, pihaknya tak mempermasalahkan jika ada lahan yang mungkin disewakan. Siapa saja, menurut dia, bisa menyewa lahan di sekitar stasiun.
Eva berharap para operator ojek daring juga ikut terlibat aktif mencari lahan parkir di area sekitar stasiun. ”Enggak harus lahan milik PT KAI, kok,” ujarnya.
Abdul Randi (43), pengemudi ojek daring, mengaku bahwa sejumlah ruas jalan di Stasiun Tanah Abang semrawut karena menjadi pangkalan ojek pangkalan dan ojek daring.
”Saya bisa mangkal di sini karena memang banyak pesanan. Ya, pasti kami sama harapannya, yaitu ada tempat khusus untuk para ojek online untuk menunggu penumpang,” kata Abdul.
Koordinasi
Senior Manager Corporate Affairs Gojek Alvita Chen mengatakan, Gojek saat ini tengah dalam proses koordinasi dengan PT KAI terkait penyediaan lahan parkir di stasiun-stasiun yang melayani perjalanan kereta komuter Jabodetabek.
”Melalui proses ini, Gojek ingin memastikan masyarakat mendapat kenyamanan saat harus berpindah moda transportasi,” ujarnya kepada Kompas, Rabu (24/7/2019).
Gojek saat ini tengah dalam proses koordinasi dengan PT KAI terkait penyediaan lahan parkir di stasiun-stasiun yang melayani perjalanan kereta komuter Jabodetabek.
Selain PT KAI, Gojek juga berkomunikasi dengan beberapa pemerintah daerah selaku pemilik lahan dalam penyediaan area penjemputan. Saat ini, Alvita belum bisa membeberkan lebih detail jumlah titik penjemputan yang sudah ada dan kendala dari kerja sama tersebut.
”Dari sisi teknologi di aplikasi, Gojek juga telah mengembangkan fitur yang menyediakan informasi titik-titik penjemputan yang disertai dengan petunjuk lokasinya, di tempat-tempat keramaian,” katanya.