Meski baru pertama tanding di laga profesional, pelari Amerika Serikat Grand Holloway mampu menjadi juara di nomor 110 lari gawang putra. Mahasiswa ini mampu mematahkan dominasi pelari profesinonal lain.
Oleh
Korano Nicolash LMS
·3 menit baca
Sekalipun baru pada musim pertamanya bertarung sebagai atlet profesional, pelari Amerika Serikat Grand Holloway mampu menjadi juara Kejuaraan Atletik Dunia 2019, Rabu (2/10/2019) malam waktu di Doha, Qatar, atau Kamis (3/10/2019) dini hari WIB.
Pelari 21 tahun ini mampu menyelesaikan lintasan lari dalam waktu 13,10 detik. Catatan waktu ini lebih lambat dari catatan waktu yang dicapai Holloway pada kejuaraan antarperguruan tinggi Amerika Serikat atau NCAA, 7 Juni lalu, dengan catatan waktu 12,98 detik.
Sejak pistol start meletus, Holloway lepas dari blok start seakan ingin menyelesaikan 400 m. Ketika mencapai garis akhir, Holloway menangis bahagia mensyukuri pencapaiannya. Dia berhasil lebih cepat dibandingkan pesaingnya, Omar McLeod. Meskipun memegang medali emas Olimpiade 2016 Rio de Janeiro dan jawara di Kejuaraan Atletik Dunia 2017 London, pelari Jamaika ini gagal mempertahankan kegemilangannya di Doha.
Awalnya memang terlepas mulus dari blok start, tetapi kemudian McLeod menendang gawang kedelapan, terus gawang kesembilan begitu juga ketika mencapai gawang kesepuluh yang menjadi rintangan terakhir, lagi-lagi McLeod menendangnya.
Akan tetapi, McLeod kemudian tidak mampu mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Dia terguling ke tartan yang berakibat pada hukuman diskualifikasi dari arena laga. Sementara Sergey Shubenkov atlet Rusia yang menggunakan bendera Netral IAAF muncul di urutan kedua dengan waktu 13,15 detik. Sekaligus meraih medali perak keduanya di Kejuaraan Atletik Dunia IAAF.
Pada Kejuaraan Dunia 2017 di London, Shubenkov (28) yang berasal dari Bernaul, Altai Krai, Rusia, juga meraih medali perak dengan catatan waktu 13,14 detik. Dengan hasil ini, Shubenkov sudah mengoleksi satu medali emas yang diraihnya di Kejuaraan Atletik Dunia IAAF 2015 Beijing, dua medali perak London dan Doha, serta satu medali perunggu dari Kejuaraan Dunia 2013 di Moskwa.
Pascal Martinot-Lagarde dari Perancis mengklaim medali perunggu setelah menyelesaikan 110 meter gawang dengan waktu 13,18 detik. ”Saya tidak bisa menyampaikan apa pun,” kata Grand Holloway yang sebenarnya dikenal wartawan sebagai salah satu atlet yang pandai bicara, sebagaimana dikutip Iaaf.org, seusai pertarungan.
”Ini adalah kejuaraan besar pertama saya dan banyak orang memperhitungkan saya karena saya sudah tidak bertarung dalam sebulan terakhir ini. Akan tetapi, ketika memiliki motivasi, anda tidak akan pernah kalah,” tutur mahasiswa Florida Gators ini.
”Saya selalu percaya kepada diri saya sendiri. Saya juga tetap fokus dan saya tetap menjaga kesehatan saya. Saya datang ke sini untuk memenangkan setiap ronde yang harus saya lalui. Itulah yang saya lakukan,” tutur Holloway yang berasal dari Chesapeake, Virginia.
Di arena laga, Grand Holloway mampu mewujudkan tekadnya dengan gemilang. Dia sebenarnya berhadapan dengan lawan yang cukup berat, yakni Daniel Roberts yang sekaligus rekan senegaranya. Roberts lah satu-satunya atlet yang mampu mengalahkan Holloway pada seri pertama Liga Berlian IAAF di Paris lalu. Saat itu Holloway hanya bisa finis pada urutan ke empat. Tetapi di Doha keberuntungan tidak memihak pada Roberts karena didiskualifikasi di babak kualifikasi.
Sedangkan McLeod yang sekarang berlatih di Eropa dengan pelatih AS, Rana Reider, merupakan pencatat waktu kualifikasi terbaik di semifinal, 13,08 detik. Namun, Grand Holloway terlihat jauh lebih baik dan penuh semangat setelah menang dengan waktu 13,10 detik pada partai semifinal.
Rana Reider kemudian melaporkan bahwa dia merasakan masalah pada hamstring atletnya yang sudah dirasa sejak dini. Ia juga sudah meminta maaf kepada Orlando Ortega, juara Liga Berlian IAAF asal Spanyol. Karena atletnya yang menjatuhkan gawang terakhirnya Ortega.
Padahal, kalau tidak terjatuh, Orlando Ortega bisa berpeluang meraih medali. ”Saya merasakan hamstring saya saat melewati rintangan pertama. Jadi, saya memikirkannya, bukan teknik saya. Hal itu kembali mengganggu saya lagi di tengah jalan, tetapi saya tetap berusaha memberikan semuanya,” tutur McLeod.
Tim Spanyol kemudian mengajukan banding dan mengklaim kalau atlet mereka, Orlando Ortega, terhalang selama perlombaan dan meminta agar balapan diulang kembali. Atau Ortega diizinkan untuk menyelesaikan 110 meter gawangnya seorang diri. Sayangnya banding tersebut ditolak para juri IAAF.