Layanan publik di sejumlah perkantoran dan sekolah di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, kembali bergulir pada Senin (7/10/2019).
Oleh
Fabio Costa
·4 menit baca
WAMENA, KOMPAS — Layanan publik di sejumlah perkantoran dan sekolah di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, kembali berjalan pada Senin (7/10/2019). Ratusan aparatur sipil dan pelajar mulai beraktivitas seperti biasanya di tengah pengamanan aparat TNI dan Polri pascakerusuhan yang melanda daerah itu pada 23 September lalu.
Dari pantauan Kompas pada pukul 08.00 hingga 10.00 WIT, tampak ratusan aparatur sipil negara mulai berkantor di Gedung Otonom Wene Hele Hubi. Terdapat 10 instansi yang berkantor gedung tersebut, antara lain Dinas Perikanan, Dinas Pariwisata, Dinas Sosial, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Perhubungan, dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung.
Para siswa juga mulai beraktivitas di sejumlah sekolah. Kondisi itu, antara lain, terpantau di SMA Negeri 1 Wamena, SMP Negeri 1 Wamena, SD Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik Santo Thomas, SD YPPK Santo Yusuf, dan TK Santa Theresia.
Namun, tingkat kehadiran siswa masih minim, hanya 10-20 persen dari jumlah siswa. Contohnya, hanya 190 siswa yang hadir dari total 1.097 siswa di SMP Negeri 1 Wamena dan 42 siswa hadir dari total 489 siswa di SD YPPK Santo Yusuf. Di SMA, SMP, dan SD Yayasan Pendidikan Kristen Satu Atap Betlehem, tak ada satu siswa pun yang hadir.
Para guru pun belum memberikan materi pelajaran formal, melainkan memfokuskan pada kegiatan dengan berbagai aktivitas permainan, pendampingan pemulihan dari trauma, dan pembersihan sekolah yang kacanya mengalami kerusakan saat kerusuhan lalu.
Para siswa tampak ceria saat membersihkan sekolah yang dilanjutkan dengan bermain dan menari. Kegiatan itu untuk memulihkan siswa dari rasa trauma menyaksikan langsung kerusuhan tersebut.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Jayawijaya Bambang Budiandoyo saat ditemui mengatakan, pihaknya memantau aktivitas pendidikan di 10 sekolah yang terdampak langsung saat kerusuhan, yakni 4 SD, 3 SMP, dan 3 SMA. Masih banyak guru dan siswa yang belum hadir karena mengungsi ke Jayapura.
”Saat ini, kegiatan di sekolah terlebih dahulu difokuskan dengan pemulihan dari trauma bagi guru dan siswa. Kami melibatkan organisasi Wahana Visi Indonesia untuk memberikan kegiatan pemulihan dari trauma selama dua minggu ini,” tutur Bambang.
Saat ini, kami masih fokus pada pemulihan dari trauma dan persiapan untuk menyambut ujian semester pada November mendatang.
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Wamena Yoseph Wibisono mengatakan, pihaknya terpaksa menghentikan kegiatan ujian tengah semester yang berlangsung pada 23 September lalu karena telah melewati jadwal.
”Jumlah siswa yang hadir sekitar 200 orang dari total siswa 947 orang. Sementara jumlah guru yang hadir sebanyak 34 orang dari total 52 orang. Saat ini, kami masih fokus pada pemulihan dari trauma dan persiapan untuk menyambut ujian semester pada November mendatang,” kata Yoseph.
Bupati Jayawijaya John Richard Banua menyampaikan apresiasi kepada para guru dan siswa yang telah kembali ke sekolah. Ia berharap hal ini bisa memotivasi guru dan siswa yang belum hadir agar segera mengikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
”Pada Senin ini, aparatur sipil negara yang kantornya terbakar, seperti Bagian Keuangan Daerah, pindah ke lantai tujuh Gedung Otonom Wene Hele Hubi dan pegawai di Sekretariat Kantor Bupati pindah ke Ukumiarek Asso,” kata John.
Koordinator Tim Layanan Dukungan Psikososial Kementerian Sosial Mily Meldawati mengatakan, pihaknya bersama 10 tenaga pendamping Program Keluarga Harapan memberikan sejumlah kegiatan pemulihan dari trauma bagi para guru di sekolah yang terdampak kerusuhan.
”Pada Sabtu (5/10) lalu, kami sudah memberikan pemulihan dari trauma bagi para guru di SMA Negeri 1. Kami melanjutkan kegiatan ini untuk 25 guru di SMP Negeri Wamena pada Senin ini,” ucap Milly.
Aktivitas perekonomian
Kegiatan perekonomian di Wamena juga mulai pulih. Dari pantauan Kompas, puluhan toko di Jalan Yos Sudarso, Jalan Irian, Jalan Patimura, Jalan Safre Darwin, dan Jalan Bhayangkara telah kembali buka. Aktivitas di sejumlah pasar tradisional pun kembali berjalan, seperti di Pasar Potikelek dan Pasar Sinakma.
Zainal (40), pedagang, mengatakan, dirinya sudah kembali membuka kios sejak 28 September lalu. Ia meyakini, situasi di Wamena mulai berangsur pulih dengan penjagaan ketat aparat TNI dan Polri.
”Saat ini mulai ada warga yang berbelanja di kios saya walaupun jumlahnya sedikit. Banyak warga yang mengungsi ke Jayapura dan kampung halamannya. Kami tidak merasa takut karena warga setempat juga sangat membutuhkan kios-kios yang menjual berbagai barang kebutuhan pokok,” ujar Zainal.
Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara Silas Papare Jayapura Marsekal Pertama Tri Bowo Budi Santoso, saat dihubungi dari Wamena, mengatakan, pengangkutan pengungsi dari Wamena ke Jayapura dengan pesawat Hercules secara resmi dihentikan pada Senin pukul 12.00 WIT.
”Senin ini hanya satu kali penerbangan dengan jumlah pengungsi yang diangkut ke Jayapura sebanyak 141 orang. Total pengungsi asal Wamena ke Jayapura dan sejumlah kabupaten lain di Papua mencapai sekitar 16.000 orang,” papar Tri.
Tri pun menambahkan, belum ada permintaan dari pengungsi yang ingin kembali ke Wamena hingga kini. Namun, pihaknya akan menyiapkan pesawat Hercules apabila ada permintaan pengungsi dalam jumlah banyak yang ingin kembali ke Wamena.