Empat Kali Keracunan Massal di Kapuas, Dinas Kesehatan Belum Tetapkan KLB
Kejadian dugaan keracunaan makanan terulang lagi di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Kali ini delapan anak SMP 1 Kuala Kapuas dibawa ke rumah sakit seusai memakan salad buah.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Dugaan keracunan makanan terulang lagi di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Kali ini, delapan murid SMP 1 Kuala Kapuas dibawa ke rumah sakit seusai memakan salad buah yang mereka buat sendiri. Pihak dinas kesehatan menduga bahan mayones menjadi penyebab.
Kejadian dugaan keracunan makanan itu bermula dari praktik membuat makanan yang digelar sekolah pada Senin (7/10/2019). Saat itu, beberapa siswa yang membawa sendiri bahan baku buah dari rumah memakan hasil buatan bersama-sama.
Setelah itu satu per satu dari mereka mengalami gejala pusing, mual, dan beberapa muntah-muntah. Dari puluhan siswa yang ikut kegiatan itu, delapan orang dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas.
”Delapan anak rawat inap karena keracunan makanan, tetapi sudah pulang. Selanjutnya itu urusan dinas kesehatan,” ungkap Direktur RSUD dr Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas Agus Waluyo.
Meskipun kejadian serupa sudah empat kali terjadi, pihaknya belum menentukan bahwa peristiwa itu merupakan kejadian luar biasa (KLB).
Agus menjelaskan, setelah diberikan tindakan medis kedelapan siswa tersebut diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah membaik. Bersama pihak dinas kesehatan, Agus juga mengawasi uji laboratorium sampel makanan yang dimakan kedelapan anak tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah Suyuti Syamsul mengungkapkan, sampai saat ini kejadian itu masih ditangani pihak dinas kesehatan di Kabupaten dan akan ditelusuri penyebab dugaan keracunan makanan tersebut. Meskipun kejadian serupa sudah empat kali terjadi, pihaknya belum menentukan bahwa peristiwa itu merupakan kejadian luar biasa (KLB).
”Kalau Dinkes Kabupaten buat permintaan ke kami pasti kami akan turun ke lokasi, sampai saat ini semuanya masih bisa tertangani dengan baik,” ujar Suyuti.
Harian Kompas mencatat, selama 2019 sudah terjadi empat peristiwa keracunan makanan di lokasi yang berbeda-beda di Kabupaten Kapuas. Peristiwa keracunan pertama terjadi di Desa Lamunti Permain, Kabupaten Kapuas, pada Rabu (1/5/2019). Saat itu 69 orang dibawa ke rumah sakit.
Selang beberapa minggu, tepatnya pada Kamis (23/5/2019), keracunan massal terjadi lagi di Desa Narahan pada acara buka puasa bersama. Sedikitnya 291 orang terdampak keracunan setelah mengonsumsi nasi bungkus dari panitia penyelenggara. Polisi masih melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut.
Kejadian ketiga terjadi di Desa Dadahup pada Minggu (18/8/2019). Sedikitnya 105 orang terdampak keracunan serta dibawa ke puskesmas dan rumah sakit. Mereka keracunan seusai menyantap makanan dari acara resepsi pernikahan warga di sana.
Kala itu, polisi menyimpulkan, banyak penyedia makanan, baik jasa katering maupun acara perkawinan, menggunakan bahan baku makanan yang tidak sehat atau bahkan kedaluwarsa.
Mereka menduga, mayones jadi penyebabnya. Selain itu, pihak sekolah mengungkapkan, anak-anak juga menyantap makanan yang dicampur antara salad buah, puding, dan es buah.
Pada peristiwa keempat di SMP 1 Kuala Kapuas ini, pihak sekolah dan pihak rumah sakit juga melakukan uji laboratorium pada mayones yang disantap siswa yang keracunan. Mereka menduga, mayones jadi penyebabnya. Selain itu, pihak sekolah mengungkapkan, anak-anak juga menyantap makanan yang dicampur antara salad buah, puding, dan es buah.
”Mestinya memang ada pengawasan dari otoritas kesehatan setempat, misalnya dengan mendorong pembinaan dan pemeriksaan warung makanan ataupun jasa katering,” kata Suyuti.
Suyuti menambahkan, pihaknya juga mendorong kegiatan promosi pengolahan makanan yang baik dan benar. Hal itu juga sudah dilakukan berulang kali di seluruh wilayah Kalimantan Tengah.