Pengembangan sumber daya manusia, yang menjadi salah satu fokus Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin selama lima tahun ke depan, diharapkan bukan sekadar jargon.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pengembangan sumber daya manusia, yang menjadi salah satu fokus Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin selama lima tahun ke depan, diharapkan bukan sekadar jargon. Pemerintah harus konsisten dengan prioritas yang telah ditetapkan.
Presiden Joko Widodo telah mengumumkan Kabinet Indonesia Maju pada Rabu (23/10/2019) pagi di Istana Merdeka, Jakarta. Presiden menyebutkan, pihaknya akan fokus pada pengembangan SDM, penciptaan lapangan kerja, serta pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pengurus Aliansi Kebangsaan, Yudi Latif, mengatakan, pengembangan SDM juga berkait dengan upaya menghadapi radikalisme dengan menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila. Sebab, radikalisme merupakan salah satu isu besar yang juga menjadi perhatian pemerintah.
”Pengembangan SDM jangan hanya jadi jargon seperti Nawacita. Pesan saya, harus konsisten,” kata Yudi di sela-sela diskusi kelompok terarah bertema ”Mengukuhkan Kebangsaan yang Berperadaban: Menuju Cita-cita Nasional dengan Paradigma Pancasila” di Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu.
Yudi enggan mengomentari satu per satu menteri pada Kabinet Indonesia Maju. Namun, menurut dia, secara umum, sejumlah menteri menduduki posisi yang tidak sesuai dengan kompetensi dan integritasnya.
Pengembangan SDM jangan hanya jadi jargon seperti Nawacita. Pesan saya, harus konsisten.
Sementara itu, sineas Garin Nugroho menilai, pemilihan Kabinet Indonesia Maju oleh Presiden Joko Widodo lebih terkait pada kepentingan politik, kepopuleran, dan kekuatan militer. Padahal, menurut dia, menteri dipilih berdasarkan analisis dan dihitung atas dasar masalah-masalah bangsa.
Menurut Garin, kepopuleran viral bersifat menyenangkan dan pengharapan, bukan kenyataan. ”Kini saatnya bekerja pada dunia realitas. Bukan soal tua-muda atau ikon, tetapi bagaimana menjawab masalah kebangsaan dengan etika kepemimpinan dan strategi kebangsaan,” katanya.
”Out of the box”
Rektor Universitas Diponegoro Semarang Yos Johan Utama mengomentari Nadiem Makarim menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut dia, pendiri dan mantan CEO Go-Jek itu terbiasa berpikir out of the box sehingga diharapkan membawa hal positif bagi dunia pendidikan.
”Saya pikir, pengalamannya mengelola perusahaan fenomenal bisa dimanfaatkan. Akan banyak yang dikerjakan karena akan ada penataan kembali (dari Kementerian Riset dan Teknologi ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Itu terkait aset, SOTK (struktur organisasi dan tata kerja), dan lainnya. Tentu akan membutuhkan waktu,” tutur Yos.
Ia menambahkan, kinerja para menteri di Kabinet Indonesia Maju, termasuk Mendikbud, dapat dilihat dalam tiga bulan atau 100 hari. ”Kami harap, mereka memiliki kinerja bagus dan luar biasa. Sebab, ini juga soal percepatan (pembangunan),” kata Yos.