DKI Kejar Pembangunan Kereta Ringan Pulo Gadung-Kebayoran Lama
Penyiapan prasarana moda angkutan massal terus dipercepat. Karenanya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengusulkan anggaran Rp 556,8 untuk pembangunan kereta ringan koridor rute Pulo Gadung-Kebayoran Lama.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah DKI Jakarta mengusulkan anggaran sebesar Rp 556,8 untuk proyek pembangunan kereta ringan (LRT) koridor 1 dengan rute Pulo Gadung-Kebayoran Lama. Proyek itu diharapkan dapat menampung peningkatan kapasitas pengguna angkutan umum. Rencana dilakukan sebelum pembangunan moda raya terpadu (MRT) Jakarta fase III, Kalideres-Ujung Menteng pada 2025.
Kehadiran LRT Pulo Gadung-Kebayoran Lama diyakini mendorong peningkatan penumpang secara masif dari wilayah timur ke barat Jakarta, begitu pula sebaliknya. Membangun jaringan transportasi massal di kawasan itu bernilai pentingn karena jalur lain sudah terakomodir jaringan MRT Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia -yang akan dilanjutkan ke Kota-, serta LRT Jabodebek (Cibubur-Dukuh Atas).
Sementara MRT fase III dari wilayah timur ke barat Jakarta, dengan rute Kalideres-Ujung Menteng baru mulai peletakan batu pertama (ground breaking) pada 2025. "Kami perlu penguatan dari timur ke barat dalam jangka pendek. Kalau kita menunggu MRT, agak jangka panjang. Nah, kami mendorong (pembangunan) yang cepat, ya LRT (Pulo Gadung-Kebayoran Lama). Tiga tahun diharapkan selesai," ujar Kepala Dinas Perhubungan Syafrin Liputo di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (29/10/2019).
Anggaran untuk pembangunan jalur LRT itu terbagi dua, yakni pembebasan lahan sebesar Rp 56,8 miliar, sementara pembangunan infrastruktur sebesar Rp 500 miliar.
Rute LRT Pulo Gadung-Kebayoran Lama akan membentang secara melayang (elevated) sepanjang 19,7 km. Kawasan yang dilalui meliputi Pulo Mas, Boulevard Kelapa Gading, Jalan Perintis Kemerdekaan, Mal Terra Bella, Jalan Letjen Suprapto, Pasar Senen, Tanah Abang, dan Kebayoran Lama.
Total pembebasan lahan ada di 15 titik. Titik-titik tersebut akan dibangun stasiun. "Karena elevated, (pembebasan) tidak masif. Kan, paling untuk tiang pancang, itu pun kami dorong di tengah. Paling untuk entrance (masuk) stasiun saja," tutur Syafrin.
Terintegrasi
Syafrin menyampaikan, LRT Pulo Gadung-Kebayoran Lama merupakan bagian dari rencana induk perkeretaapian Jakarta. Oleh karena itu, moda transportasi tersebut juga akan terintegrasi dengan moda transportasi yang lain. "Begitu semua dibangun, maka akan terintegrasi," kata Syafrin.
Kelak setelah terbangun, model pengoperasian LRT Pulo Gadung-Kebayoran Lama akan berbentuk kerja sama antara pemerintah dan badan usaha (KPBU). Ini berbeda dengan pengoperasian LRT Jakarta International Velodrome-Kelapa Gading, yang penugasannya langsung diberikan kepada Badan Usaha Milik Daerah lewat Jakarta Propertindo (Jakpro).
Syafrin menjelaskan, urgensi pembangunan LRT Pulo Gadung-Kebayoran Lama adalah situasi stagnan kapasitas Bus Rapid Transit (BRT). "Demand kami itu ada di peak hours pagi dan sore. Kapasitas BRT kami enggak akan mengejar itu. Itu kenapa jumlah penumpangnya stagnan. Ditambah busnya, di sana macet," tutur Syafrin.
Sementara itu, Nur Afni Sajim, anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Demokrat, meminta Pemerintah DKI lebih mematangkan lagi perencanaan dan konsep pembangunan LRT Pulo Gadung-Kebayoran Lama. Sebab, terkadang ada ketidaksesuaian antara perencanaan dan pengusulan anggaran. "Meskipun tujuan pembangunan LRT ini sangat baik, perencanaan harus matang, jangan salah. Apalagi, ini proyek dengan anggaran besar," kata Nur.