Perbukitan yang semestinya menjadi daerah tangkapan air di Kota Bandar Lampung kondisinya semakin kritis akibat alih fungsi lahan. Jika dibiarkan, kondisi itu dapat membahayakan keselamatan warga.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Perbukitan yang semestinya menjadi daerah tangkapan air di Kota Bandar Lampung kondisinya semakin kritis akibat alih fungsi lahan. Jika dibiarkan, kondisi itu dikhawatirkan dapat membahayakan keselamatan warga yang bermukim di sekitarnya.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung Irfan Tri Musri mengatakan, sebagian besar perbukitan di Bandar Lampung beralih fungsi menjadi permukiman, tempat wisata, dan lokasi pertambangan. Dari 33 bukit di Bandar Lampung, hanya tiga bukit yang kondisinya masih utuh dan terjaga. Sebanyak 30 bukit sisanya sudah dikeruk atau berubah menjadi permukiman.
”Ini merupakan gambaran yang buruk terkait pengelolaan lingkungan hidup di Bandar lampung,” kata Irfan, Jumat (1/11/2019), di Bandar Lampung.
Minimnya daerah tangkapan air membuat sejumlah daerah di Bandar Lampung mengalami kekeringan. Selama musim kemarau, sedikitnya ada tujuh kecamatan di Bandar Lampung yang kesulitan air. Cadangan air di sumur warga mengering. Sejak dua bulan lalu, warga terpaksa mengandalkan penyaluran air dari pemerintah.
Ini merupakan gambaran yang buruk terkait pengelolaan lingkungan hidup di Bandar Lampung.
Jelang musim hujan, warga yang bermukim di sekitar bukit juga terancam bencana longsor. Untuk itu, Walhi Lampung mendesak Pemerintah Kota Bandar Lampung segera memantau dan menghentikan aktivitas penambangan batu di perbukitan di Bandar Lampung.
Berdasarkan pantauan Kompas di Bukit Perahu, Kelurahan Sukamenanti, Kecamatan Kedaton, sejumlah orang masih menambang batu dan pasir. Aktivitas penambangan itu berjarak sekitar 100 meter dari permukiman warga. Bahkan, terdapat alat berat yang dioperasikan.
Nian, salah seorang petambang, mengatakan, sebagian besar petambang merupakan warga sekitar bukit. Aktivitas penambangan sudah berlangsung bertahun-tahun. Dia mengaku bekerja pada pemilik bukit sekaligus bos tambang di lokasi itu. Meski begitu, Nian menolak bercerita lebih detail tentang aktivitas penambangan.
Meski kerap terjadi longsor kecil, dia mengaku tidak terlalu khawatir. Longsor di Bukit Perahu terakhir kali terjadi pada Rabu (30/10/2019). Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
Terkait hal itu, Wali Kota Bandar Lampung Herman HN menuturkan, Pemkot Bandar Lampung tidak pernah mengeluarkan izin penambangan batu dan pasir di wilayah perbukitan di Bandar Lampung. Selama ini pihaknya telah menegur pihak swasta yang tetap melakukan aktivitas penambangan di sejumlah lokasi.