Ambisi Saudi Jadikan IPO Aramco sebagai IPO Terbesar Sejagat, Mungkinkah?
Arab Saudi pada hari Minggu (3/11/2019) mengumumkan debut pasar via penawaran saham perdana (IPO) perusahaan raksasa energi, Aramco. Riyadh berambisi menjadikan aksi korporasi itu sebagai IPO terbesar di dunia.
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·5 menit baca
RIYADH, SENIN — Arab Saudi pada hari Minggu (3/11/2019) mengumumkan debut pasar via penawaran saham perdana (IPO) perusahaan raksasa energi, Aramco. Riyadh berambisi menjadikan aksi korporasi itu sebagai IPO terbesar di dunia. Langkah ini juga sebagai penegas ambisi Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman—yang akrab dengan julukan MBS—untuk merombak ekonomi negaranya dari ketergantungan pada minyak.
Setelah beberapa tahun menunda, Aramco mengatakan berencana untuk menjual sejumlah saham di bursa efek Riyadh. Manajemen perseroan menyebutnya sebagai ”tonggak bersejarah” bagi perusahaan paling menguntungkan di dunia yang memompa 10 persen dari pasokan minyak dunia itu.
Namun, perusahaan negara itu tidak menetapkan tanggal secara resmi untuk mendaftarkan saham perseroan (listing). Aramco juga mengatakan, tidak ada rencana saat ini untuk penjualan saham internasional. Hal itu menunjukkan bahwa tujuan yang telah lama dibahas untuk penawaran kedua di bursa asing telah dikesampingkan.
Peluncuran yang disetujui oleh regulator itu merupakan kunci dari rencana ambisius Pangeran MBS untuk melepas ketergantungan ekonomi negaranya dari minyak dengan memompa puluhan miliar dollar AS ke sejumlah proyek besar dan industri non-energi. Beberapa analis menyebut Aramco dapat bernilai hingga 1,7 triliun dollar AS sehingga IPO Aramco berpotensi menjadi IPO terbesar di dunia.
Namun, hal itu tergantung pada seberapa banyak perusahaan tersebut memutuskan untuk melepas sahamnya ke publik. ”Hari ini menandai tonggak penting dalam sejarah perusahaan dan kemajuan penting menuju pencapaian Visi Saudi 2030, cetak biru kerajaan untuk diversifikasi dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” kata Ketua Dewan Direksi Aramco, Yasir al-Rumayyan.
Manajemen Aramco mengungkapkan, harga penawaran akhir dan jumlah saham yang akan dijual akan ditentukan setelah masa penawaran. Aramco awalnya diharapkan untuk menjual total 5 persen di dua bursa, yaitu pendaftaran pertama 2 persen di bursa Tadawul Saudi, kemudian diikuti oleh 3 persen di bursa luar negeri.
”Untuk bagian daftar (internasional), kami akan memberi tahu Anda pada waktunya,” kata Rumayyan. ”Sejauh ini hanya di Tadawul.”
Aramco awalnya diharapkan untuk menjual total 5 persen di dua bursa, yaitu pendaftaran pertama 2 persen di bursa Tadawul Saudi, kemudian diikuti oleh 3 persen di bursa luar negeri.
Ada laporan bahwa perusahaan sedang berjuang untuk mendapatkan investor institusional di tengah prospek kurang meyakinkan (bearish) untuk sektor energi dan pertanyaan tentang transparansi dan tata kelola perusahaan. Arab Saudi menggarisbawahi tetap positifnya masa depan minyak. Namun, keputusan untuk menggelar IPO datang hanya beberapa pekan setelah peristiwa serangan di jantung fasilitas Aramco yang sempat mengurangi separuh tingkat produksi perusahaan itu.
”Fungsi penting IPO dalam negeri adalah untuk memproyeksikan kepercayaan pada perusahaan terhadap pasar internasional,” kata Cinzia Bianco, peneliti riset Teluk di Hubungan Luar Negeri Dewan Eropa.
”Tetapi, melakukannya di dalam negeri tidak menemui hambatan berarti. Hal ini memungkinkan Pangeran Mohammed untuk menunjukkan bahwa dia menepati janjinya dan menyelesaikan sesuatu.”
Pertama kali disarankan oleh MBS—penguasa de facto Arab Saudi—pada tahun 2016, IPO Aramco ditunda beberapa kali. Muncul laporan bahwa kerajaan tidak puas dengan valuasi perusahaan yang jauh dari harapan senilai 2 triliun dollar AS. Pekan lalu, Energy Intelligence mengutip sumber-sumber yang mengatakan bahwa mereka mengharapkan orang-orang Arab Saudi menerima penilaian dari 1,6 triliun dollar AS menjadi 1,7 triliun dollar AS.
Dari pelepasan 1-2 persen saham Aramco di pasar saham domestik pada tahap pertama, Arab Saudi menargetkan perolehan dana 20 miliar-40 miliar dollar AS. Jika dana perolehannya melebihi 25 miliar dollar AS, IPO Aramco akan jadi IPO terbesar di dunia, melampaui IPO Alibaba pada 2014 yang meraup dana 25 miliar dollar AS.
Namun, jika hanya melepas 1 persen sahamnya, diperkirakan IPO Aramco itu ”hanya” akan menghasilkan sekitar 15 miliar dollar AS. Data Refinitiv memperlihatkan, IPO Aramco diperkirakan menjadi IPO terbesar ke-11 di dunia sepanjang masa.
Sorotan di bursa domestik
”Masih harus dilihat apakah Arab Saudi dapat menemukan kompromi antara preferensi yang dinyatakan Putra Mahkota dan realitas pasar dalam penilaian mereka terhadap Aramco,” kata Kristian Ulrichsen, peneliti di Rice Institute’s Baker Institute di Amerika Serikat.
”Karena proses ini telah ditunda berulang kali dan dibangun sebagai komponen integral dari rencana Putra Mahkota untuk mengubah Arab Saudi, investor internasional akan sangat memperhatikan bagaimana kinerja Aramco di bursa domestik.”
Indeks saham bursa Saudi merosot 2 persen pada hari Minggu. Ini terjadi setelah berita bahwa listing blockbuster menjadi wacana. Para analis memperingatkan hal itu berisiko melebihi bursa lokal. Otoritas Tadawul sendiri telah menolak penilaian tersebut.
Arab Saudi adalah pengekspor energi terkemuka dunia. Sebagai perusahaan energi negara, Aramco dipandang sebagai permata mahkota Kerajaan Arab Saudi serta tulang punggung stabilitas ekonomi dan sosial negara itu. Laba bersih Aramco pada 2018 sebesar 111,1 miliar dollar AS, nilainya lebih tinggi daripada laba gabungan Apple, Google, dan Exxon Mobil.
Aramco hanya mulai merilis hasil keuangan interim baru-baru ini. Terdorong untuk memperlihatkan transparansi, perusahaan itu secara diam-diam pada hari Minggu juga merilis hasil laba bersih selama sembilan bulan terakhir hingga September. Perseroan mengatakan laba bersih perseroan selama sembilan bulan terakhir mencapai 68 miliar dollar AS.
Pemerintah Arab Saudi dilaporkan telah menekan sejumlah keluarga kaya Arab Saudi untuk berinvestasi dalam IPO dan berusaha memudahkan pembatasan pinjaman bagi warga negara biasa untuk membeli saham di perusahaan. Beberapa komentator Arab Saudi juga berusaha untuk mempromosikan investasi dalam saham sebagai tugas patriotik, meskipun pengamat mengingatkan bahaya strategi itu.
”Mendaftar di pasar domestik tanpa rencana tegas untuk mendaftar secara internasional berisiko bagi pasar saham Saudi,” Ellen Wald, penulis buku Saudi Inc. ”Jika harga minyak turun atau saham Aramco jatuh, hal itu mencakup mayoritas dari Bursa Tadawul, dan hal itu bisa menurunkan seluruh pasar saham (di Saudi).” (AFP/REUTERS)