Antrean di Puskesmas Bisa Berjam-jam, Kenaikan Iuran BPJS Diharapkan Tingkatkan Layanan
Layanan kesehatan di puskesmas dinilai cukup baik meskipun waktu antrean bisa berjam-jam. Masyarakat berharap kenaikan iuran BPJS Kesehatan sebesar dua kali lipat per Januari 2020 diikuti peningkatan layanan kesehatan.
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Layanan kesehatan di puskesmas dinilai cukup baik meskipun waktu antrean bisa berjam-jam. Masyarakat berharap kenaikan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan sebesar dua kali lipat per Januari 2020 dapat terus mempertahankan dan meningkatkan layanan kesehatan.
Maya (59), warga Kelurahan Gandaria Selatan, Jakarta Selatan, sudah berkali-kali menjalani perawatan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Cilandak atau Puskesmas Kelurahan Gandaria Selatan. Lokasinya tidak jauh dari rumahnya.
Ia ke sana untuk memeriksa kesehatan atau mengobati sakit-sakit kecil, seperti tambal gigi dan pemeriksaan gangguan telinga. Ia juga pernah meminta rujukan ke rumah sakit besar untuk memeriksakan mata.
”Layanan di puskesmas sudah lumayan oke. Masalahnya, karena banyak pasien yang rawat jalan, antreannya bisa mencapai dua jam. Meskipun penuh, pasien biasanya masih dapat tempat duduk saat mengantre,” kata Maya ketika ditemui di Puskesmas Kecamatan Cilandak, Jakarta, Senin (4/11/2019).
Layanan di puskesmas sudah lumayan oke. Masalahnya, karena banyak pasien yang rawat jalan, antreannya bisa mencapai dua jam.
Pada Senin siang, ruang lobi sekaligus ruang tunggu pasien Puskesmas Cilandak cukup penuh. Meskipun demikian, fasilitas puskesmas cukup memadai dalam memberikan kenyamanan kepada pasien saat menunggu.
Puluhan kursi di dalam dan luar ruangan disediakan untuk pasien yang mengantre. Ada juga area khusus tempat bermain di dalam ruangan untuk anak balita hingga anak batita sehingga membantu mengurangi kejenuhan anak saat menunggu.
Petugas keamanan dan puskesmas juga cukup ramah dan sigap membantu pasien yang memerlukan pertolongan atau arahan. Sebagian besar pasien tampaknya sudah mengetahui alur pelayanan dan pendaftaran pasien di puskesmas itu.
Maya menilai, secara umum layanan puskesmas sudah baik. Namun, di sisi lain, dia berharap agar layanan itu lebih ditingkatkan, apalagi iuran BPJS Kesehatan sebentar lagi naik.
”Misalnya kebersihan kamar mandi ditingkatkan meskipun sekarang enggak kotor-kotor banget. Soal pengecekan kesehatan juga. Kadang, dokter melakukannya secara singkat dan mungkin kurang teliti. Pengecekan gigi, misalnya, enggak seteliti di Rumah Sakit Umum dr Cipto Mangunkusumo,” ujarnya.
Turun kelas layanan
Untuk mengantisipasi kenaikan iuran BPJS Kesehatan sebesar dua kali lipat, Maya sudah turun kelas layanan sejak Oktober 2019, dari kelas satu ke kelas dua. Saat ini, iuran BPJS Kesehatan kelas satu Rp 80.000 per orang per bulan dan kelas dua Rp 51.000 per orang per bulan.
Untuk mengantisipasi kenaikan iuran BPJS Kesehatan sebesar dua kali lipat, Maya sudah turun kelas layanan sejak Oktober 2019, dari kelas satu ke kelas dua.
Hal tersebut juga dilakukan peserta BPJS Kesehatan lain, seperti Yanto (60), warga Kelurahan Gandaria Selatan. Ia juga berencana turun kelas layanan, dari kelas satu ke kelas dua, mulai tahun ini.
”Layanan kesehatan yang diterima peserta BPJS sudah bagus. BPJS membantu karena sangat terjangkau dari segi biaya. Untuk harga segitu, layanannya sudah sangat memadai,” kata Yanto yang operasi jantungnya ditanggung sepenuhnya oleh BPJS.
Biaya obat Yanto yang harus diminum sehari-hari juga ditanggung BPJS. Ia datang ke Puskesmas Kecamatan Cilandak untuk memperbarui surat rujukan faskes (fasilitas kesehatan) yang hanya berlaku selama tiga bulan.
Yanto memerlukan surat rujukan itu agar dapat mengecek jantung setiap bulan di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu. Surat itu juga penting guna memperoleh obat yang diperlukan.
”Ruangan di puskesmas kecil, tetapi pelayanannya baik. Cukup bersih juga. Layanan di RSUD Pasar Minggu juga bagus meskipun ramai. Saya selalu tiba di sana pukul 07.30 dan sudah ada ratusan orang yang mengantre. Untung ngantre-nya hanya 45 menitan karena ada banyak loketnya,” cerita Yanto.
Hingga sekarang, Yanto hampir belum pernah kekurangan obat dari apotek RSUD Pasar Minggu ataupun Puskesmas Cilandak.
”Pernah sekali, setelah perawatan gigi, puskesmasnya kehabisan obat untuk gigi ngilu. Jadi, saya harus beli di apotek lain,” ujarnya.