Kepercayaan Strategis dan Soliditas Perlu Diperkuat
Soliditas negara-negara ASEAN dan mitranya menjadi modal kuat menghadapi berbagai tantangan di kawasan yang kian kompleks. Tantangan itu datang berupa bencana alam hingga ancaman resesi global.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
BANGKOK, KOMPAS — Tantangan di kawasan semakin besar. Selain tantangan bencana alam, perlu disiapkan pula mitigasi ancaman resesi ekonomi dan ketidakpastian ekonomi. Soliditas di antara negara-negara ASEAN dan mitranya menjadi modal kuat menghadapi berbagai tantangan itu.
Presiden Joko Widodo mengingatkan peningkatan tantangan keamanan tradisional dan nontradisional saat berpidato di KTT Ke-22 ASEAN Plus Three (ASEAN Plus Tiga/APT) di Impact Exhibition and Convention Center, Bangkok, Thailand, Senin (4/11/2019). ”Ancaman resesi ekonomi menghantui negara di kawasan. Situasi tersebut diperparah dengan meningkatnya proteksionisme dan ketidakpastian penyelesaian perang dagang,” kata Presiden.
Dua hal disampaikan Presiden Jokowi untuk mengatasi dinamika tersebut, yakni memperkuat kepercayaan strategis (strategic trust) dan solidaritas dalam menghadapi bencana. Untuk memperkuat saling percaya (strategic trust), Presiden Jokowi berharap agar soliditas negara APT juga diperkuat. ”Strategic trust harus dikokohkan, rasa saling percaya harus terus dipupuk, habit of dialogue harus terus dikedepankan,” ujarnya.
Presiden Jokowi mengingatkan, jika strategic trust melemah, kekuatan kawasan akan goyah. ”Jika soliditas APT rapuh, stabilitas keamanan, perdamaian, dan kemakmuran kawasan menjadi taruhan,” lanjutnya.
Solidaritas dalam menghadapi bencana juga sangat penting karena kawasan Asia Timur juga rentan terhadap bencana alam. Kerugian akibat bencana di kawasan ini pada 2016 tercatat sebesar 91 miliar dollar AS.
”Saya tegaskan kembali pentingnya bersinergi memperkuat ketahanan finansial menghadapi bencana, termasuk dengan mengembangkan pembiayaan dan asuransi untuk risiko bencana,” ujar Presiden Jokowi.
ASEAN Plus Tiga, menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dibentuk saat terjadi krisis pada 1997-1998. Karena itu, APT lebih banyak membahas berbagai kerja sama berkaitan dengan ketahanan pangan dan ketahanan terhadap berbagai krisis lain.
Sejauh ini, kata Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Jose Tavares, kerja sama yang sudah dilakukan APT antara lain Chiang Mai Initiatives Multilateralisation, ASEAN Plus Three Rice Reserve, dan Macro Economic Surveillance. Kerja sama pertama disiapkan untuk mengatasi krisis keuangan masa 1997-1998, sedangkan kerja sama kedua berupa persiapan menghadapi masa paceklik pangan. Adapun kerja sama terakhir menjadi sistem peringatan dini untuk krisis ekonomi.
Setelah lebih dari dua dekade, APT telah tumbuh menjadi sebuah mekanisme solid di kawasan untuk menghadapi berbagai tantangan. Mekanisme yang disiapkan mulai dari penguatan cadangan devisa hingga ketahanan pangan ataupun mekanisme respons tanggap darurat bencana hingga deteksi awal krisis ekonomi.
Presiden Jokowi pun menyebut ASEAN Plus Tiga sebagai jangkar stabilitas, keamanan, dan kesejahteraan di kawasan. Ini akan menjadi modal dalam menghadapi tantangan kawasan yang semakin besar, rivalitas geopolitik dan ekonomi yang semakin meruncing.
Presiden Jokowi pun menyambut baik inisiatif pembiayaan risiko bencana dan upaya pemulihan cepat pascabencana melalui Fasilitas Asuransi Risiko Bencana Asia Tenggara (SEADRIF). ”Saya mengajak semua negara APT untuk berkontribusi dalam mengembangkan dan memperkuat mekanisme ini,” tambahnya.
KTT Ke-22 APT ini dihadiri para pemimpin negara-negara ASEAN serta Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, dan Perdana Menteri China Li Keqiang.