Nelayan Waspadai Tinggi Gelombang Perairan Utara Papua
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura meminta nelayan di perairan utara untuk waspada. Gelombang tinggi di kawasan itu diperkirakan capai 1,25 meter hingga 2,5 meter.
Oleh
FABIO COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura meminta nelayan di perairan utara untuk waspada. Tinggi gelombang di kawasan itu diperkirakan mencapai 1,25 meter hingga 2,5 meter.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili, saat ditemui di Jayapura, Senin (4/11/2019), mengatakan, kecepatan angin juga mencapai 20 knot atau 40 kilometer per jam di kawasan itu.
Kawasan yang dimaksud berada di perairan sekitar Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Sarmi, Biak Numfor, Supiori, Mamberamo Raya, dan Kepulauan Yapen.
”Kondisi tinggi gelombang dan kecepatan angin seperti ini sangat berbahaya bagi nelayan dan juga pelaku usaha pelayaran tradisional,” ucap Petrus.
Kondisi tinggi gelombang dan kecepatan angin seperti ini sangat berbahaya bagi nelayan dan juga pelaku usaha pelayaran tradisional.
BBMKG Wilayah V Jayapura telah menyampaikan informasi kondisi cuaca secara rutin ke sejumlah instansi terkait, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Badan SAR di seluruh wilayah Papua.
”Kami terus menjalin koordinasi dengan berbagai pihak. Tujuannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan perahu motor tenggelam di perairan Papua karena faktor cuaca buruk,” ujarnya.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Jayapura Putu Arga Sujarwadi telah mendapatkan informasi dari BMKG terkait peringatan tinggi gelombang di perairan utara Papua. ”Kami telah membagikan informasi ini ke setiap jajaran SAR di sejumlah kabupaten yang masuk kawasan perairan utara Papua, misalnya Sarmi,” tutur Putu.
Hal senada disampaikan Kepala BPBD Provinsi Papua Welliam Manderi. Pihaknya akan menjalin komunikasi dengan komunitas nelayan setempat untuk mewaspadai tinggi gelombang di perairan utara Papua.
Sebelumnya, dari data Kepolisian Daerah Papua, Kapal Motor Lang 01 yang mengangkut 13 nelayan tenggelam dihantam gelombang laut di Muara Sungai Digul, yang menjadi perbatasan antara perairan Merauke dan Boven Digoel, pada 24 Januari 2019. Enam orang ditemukan meninggal dan tujuh lainnya belum ditemukan hingga kini.
Kemudian, sebuah kapal yang mengangkut sembilan penumpang tenggelam di perairan tersebut pada 25 Februari 2019 karena dihantam gelombang. Akibatnya, dua tenaga medis yang bertugas di Distrik Raimbawai, yakni dokter Lufthi Thamrin dan Riko Wutoi, meninggal dalam insiden ini.