Kongres Menjadi Ajang Rotasi Kepengurusan Partai Nasdem
Kongres II Partai Nasdem menjadi ajang rotasi kepengurusan organisasi partai. Namun, rotasi hampir dipastikan tak akan menyentuh posisi Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kongres II Partai Nasdem menjadi ajang rotasi kepengurusan organisasi partai. Namun, rotasi hampir dipastikan tak akan menyentuh posisi Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.
Kongres II Partai Nasdem berlangsung di Jakarta pada 8-11 November 2019. Mengambil tema “Restorasi untuk Indonesia Maju”, sebanyak 8.000 peserta yang sebagian besar merupakan kader partai diproyeksikan hadir. Secara garis besar, ada tiga agenda yang akan dibahas dalam kongres, yaitu konsolidasi organisasi, sikap politik partai untuk lima tahun ke depan, dan kepemimpinan nasional di struktur partai.
Ajang pengambilan keputusan tertinggi di Partai Nasdem ini dinilai sangat strategis. Sebab, ada proses regenerasi dan transformasi organisasi. Keputusan yang dihasilkan dalam kongres diharapkan bisa mengubah Nasdem menjadi partai modern di tengah dinamisnya kemajuan demokrasi Indonesia.
“Selain ajang konsolidasi, ada juga transformasi kepengurusan dan merumuskan kebijakan-kebijakan strategis lima tahun ke depan. Kita tahu 2024 mendatang memasuki agenda politik pemilihan kepala daerah (pilkada), pemilihan legislatif (pileg), dan pemilihan presiden (pilpres),” ucap Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Johnny G Plate, Rabu (6/11/2019), di Jakarta.
Beberapa rancangan keputusan yang diambil dalam kongres salah satunya peralihan dan penetapan Ketua Umum Nasdem 2019-2024. Rancangan keputusan akan dilakukan di dalam sidang pleno dan sidang komisi.
Mekanisme pemilihan dan penetapan Ketua Umum (Ketum) Partai nasdem akan dilaksanakan sesuai Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai. Dalam hal pemilihan ketum, Majelis Tinggi Partai Nasdem akan ambil bagian.
Sejauh ini, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasdem merekam aspirasi kader-kader di daerah. Menurut Johnny, 70 persen Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) mengharapkan agar Surya Paloh kembali melanjutkan kepemimpinannya. Surya Paloh telah menjabat ketum sejak partai itu dideklarasikan pada 2011.
Di bawah kepemimpinan Paloh, pada Pileg 2014 Nasdem mendapatkan 8.402.812 atau 6,72 persen suara. Perolehan suara Nasdem naik menjadi 12.661.792 atau 9,05 persen suara pada Pileg 2019. Perolehan ini mampu menaikan posisi Nasdem yang semula berada pada urutan 7 menjadi 5 besar.
Johnny menyambut baik semua pandangan, aspirasi, usulan dari daerah. DPP, kata Johnny, juga tak akan menutup bila ada kader yang berniat mencalonkan diri menjadi ketum.
“Karena ini adalah bagian dari proses bottom up. Secara terus terang saya sampaikan, aspirasi daerah berkembang dan berjalan secara apa adanya. Mengalir dari bawah ke atas. Kami mendengar, menampung, dan mencatatnya demi transparansi, keterbukaan publik,” tutur Johnny.
Meski Paloh hampir dipastikan bakal kembali memimpin Nasdem lima tahun mendatang, Johnny mengatakan rotasi untuk regenerasi politik tak bisa diartikan dengan satu tokoh. Dalam konteks yang sangat luas, Nasdem akan melakukan kaderisasi politik dari seluruh instrumen. Termasuk merekrut calon kepala daerah yang dianggap potensial dan berusia muda.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya berpendapat, sulit mewujudkan regenerasi dalam partai politik di Indonesia menjelang pemilu 2024. Saat ini, seluruh partai politik tengah fokus pengamanan konsolidasi internal menuju pertarungan yang sesungguhnya di 2024.
“Semua masih meraba-raba siapa yang bisa menjadi tokoh sentral baru di partai tersebut. Partai baru berani regenerasi ketika muncul tokoh politik muda yang teruji saat pilpres 2024,” katanya.
Adapun, kata Yunarto, yang masih bisa diharapkan dari Nasdem adalah komitmen mereka untuk tidak membiarkan kadernya merangkap jabatan di partai dan sebagai menteri. “Kita lihat saja, apakah saat kongres nanti Johnny Plate akan diganti dengan sosok yang lebih fokus mengurus partai saja,” ujar Yunarto.