Indonesia Perlu Perbanyak Acara yang Menarik Turis
Indonesia perlu memperbanyak acara besar yang dapat meningkatkan lebih banyak turis asing dan pergerakan wisatawan domestik di dalam negeri.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia perlu memperbanyak acara besar yang dapat meningkatkan lebih banyak turis asing dan pergerakan wisatawan domestik di dalam negeri. Hal ini perlu diseriusi untuk memulihkan kinerja industri pariwisata nasional yang terdampak kenaikan harga tiket pesawat.
Hal itu diungkapkan Presiden Asosiasi Travel Agen Indonesia (Astindo) Elly Hutabarat seusai konferensi pers Astindo Travel Fair 2020 di Jakarta, Rabu (13/11/2019). Ia menilai, kehadiran event atau acara besar perlu menjadi nilai jual pariwisata ke depan.
”Kita bisa mencontoh kota Melbourne di Australia yang dipenuhi event-event besar internasional, seperti Australian GP Formula 1 dan Australia Open pada tahun ini. Event itu mengisi banyak hotel, termasuk penginapan BnB (bed and breakfast),” kata Elly.
Ia pun berharap kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio yang terbukti sukses membuat acara pembukaan dan penutupan pada ajang olahraga internasional Asian Games 2018 di Jakarta.
”Saya kira langkah yang benar untuk pariwisata kita adalah perbanyak event. Dulu Pak Yahya (Menteri Pariwisata sebelum Wishnutama) juga sudah membuat program tahunan Calendar of Events. Menteri sekarang harus buat acara yang lebih besar lagi,” ujarnya.
Dalam acara serah terima jabatan sebagai menteri, Rabu (23/10/2019), Wishnutama menyatakan akan mengevaluasi program nasional Calendar of Events yang sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir.
”Event dalam setahun tidak perlu terlalu banyak. Tapi, diseriusi, lebih baik difokuskan. Memang butuh proses ke situ, tapi itu salah satu daya tarik yang akan kita kembangkan,” katanya (Kompas.com, 23/10/2019).
Evaluasi tersebut diharapkan Sekretaris Jenderal Astindo Pauline Suharno bisa menarik lebih banyak wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia. Masyarakat lokal yang mengurai perjalanan di dalam negeri karena naiknya harga tiket pesawat juga perlu disasar.
”Kami sudah capek mengeluh ke pemerintah, dari Kementerian Perhubungan, Kementerian Pariwisata, sampai Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman soal harga tiket. Tiket ke Manado pergi-pulang, contohnya, bisa sampai Rp 6 juta. Sementara kalau ke Hainan di China dengan pesawat sewa lima hari all in hanya Rp 5 juta,” ujarnya.
Dampak kenaikan harga tiket tidak hanya terasa pada permintaan perjalanan untuk berlibur, tetapi juga untuk kegiatan bisnis atau insentif yang biasanya melibatkan ribuan orang. Menurut dia, kini banyak perusahaan memilih mengadakan pertemuan bisnis di luar negeri daripada di dalam negeri.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penumpang yang berangkat pada penerbangan domestik di lima bandara utama Indonesia (Polonia, Soekarno-Hatta, Juanda, Ngurah Rai, dan Hasanuddin) pada September 2019 mencapai 3.074.303 penumpang. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan dengan penumpang pesawat pada September 2018 (3.680.523 juta penumpang) dan September 2017 (3.608.873 penumpang).
Pada tahun ini, pemerintah menargetkan pergerakan wisatawan Nusantara atau domestik hingga akhir 2019 sebanyak 275 juta pergerakan. Jumlah itu lebih rendah daripada 303,4 juta pergerakan wisatawan domestik pada 2018.
Target kunjungan wisatawan mancanegara sampai akhir 2019 sebanyak 18 juta kunjungan. Adapun sepanjang tahun ini sampai September 2019, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara baru mencapai 12,3 juta kunjungan.