Banyak Pelamar Mengincar Formasi Penjaga Tahanan Tahun Ini
Pelamar calon pegawai negeri sipil mengincar formasi yang memiliki peluang lolos paling besar. Sejauh ini, posisi penjaga tahanan dan pengawal narapidana paling banyak diminati dibanding formasi lain.
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Memasuki hari ketiga pendaftaran calon pegawai negeri sipil atau CPNS 2019, formasi jabatan yang dibuka untuk lulusan sekolah menengah atas menjadi primadona yang paling banyak dilamar. Sejumlah jabatan itu antara lain penjaga tahanan dan pengawal narapidana.
Mengacu pada catatan Badan Kepegawaian Negara (BKN) pada Rabu (13/11/2019) pukul 14.43, jumlah pelamar pada formasi penjaga tahanan pria mencapai 6.264 orang. Jumlah tersebut menempati posisi puncak 10 besar formasi paling banyak dilamar. Adapun peringkat kedua ditempati formasi penjaga tahanan wanita, yang sudah didaftar oleh 2.489 orang.
Jumlah pelamar pada kedua formasi itu melonjak drastis dibandingkan dengan sehari sebelumnya. Pada Selasa (12/11/2019), pelamar penjaga tahanan pria berjumlah 1.051 orang, sedangkan penjaga tahanan (wanita) adalah 378 orang. Meski jumlahnya tak sebanyak saat ini, kedua formasi itu juga menempati posisi pertama dan ketiga dari 10 formasi terbanyak dilamar.
Selain penjaga tahanan, jabatan lain yang dibuka untuk lulusan SMA juga diminati. Contohnya pengawal tahanan atau narapidana (1.217 pelamar), pemeriksa keimigrasian pria (2.314 pelamar), dan pemeriksa keimigrasian wanita (1.374 pelamar).
Merespons hal ini, Pelaksana Tugas Kepala Biro Humas BKN Paryono mengatakan, penjaga tahanan menjadi incaran banyak orang karena kualifikasi pendidikannya. ”Formasi itu dibuka untuk lulusan sekolah menengah atas (SMA) sehingga banyak peminat,” kata Paryono, Kamis (14/11/2019), kepada Kompas.
Menurut Paryono, kesempatan untuk masuk ke formasi itu juga lebih besar dari pada formasi lain. Penjaga tahanan merupakan formasi terbesar yang dibuka dari seluruh instansi, yaitu sebanyak 2.875 formasi.
Septi Animar (29), penjaga tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas II A Jakarta, mengakui, syarat pendidikan merupakan faktor utama yang mendorong dia untuk melamar formasi tersebut pada 2017. Saat itu, ia masih menuntaskan skripsi dan baru memiliki ijazah diploma tiga (D-3). Ia sempat mencari formasi untuk lulusan D-3, tetapi tak ada yang dibuka untuk penempatan di Jakarta.
”Saat mencari-cari itu, saya tertarik pada formasi penjaga tahanan yang kuotanya sampai belasan ribu. Apalagi, penempatannya sesuai dengan daerah asal,” ujar Septi.
Menurut Septi, kuota besar dan pekerjaan yang bersifat umum memang menarik banyak orang. Pelamar yang belum lulus pada salah satu periode seleksi cenderung untuk kembali melamar pada periode berikutnya. Hal itu juga memengaruhi banyaknya pelamar penjaga tahanan setiap tahunnya.
Keahlian spesifik
Pengajar Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, Zuliansyah Putra Zulkarnain, sepakat, formasi penjaga tahanan yang dibuka untuk lulusan SMA memang menarik dan membuka kesempatan bagi masyarakat untuk mengabdi pada negara. Namun, perekrutan itu juga disertai pekerjaan rumah bagi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).
Menurut Zuliansyah, Kementerian Hukum dan HAM belum memiliki rumusan kompetensi dan keahlian khusus untuk para penjaga tahanan. Padahal, kompetensi spesifik itu penting karena mereka direkrut untuk menyelesaikan sejumlah permasalahan di lapas antara lain kapasitas berlebih dan peredaran narkotika dari dalam penjara.
Ia menyarankan, pendidikan bagi penjaga tahanan juga perlu dibuat. Misalnya, dengan menyekolahkan para penjaga tahanan di sekolah kedinasan yang dimiliki Kemenkumham sebelum menempatkan para penjaga di lapas. ”Menjaga lapas itu membutuhkan keahlian yang spesifik, yang saat ini belum diajarkan juga di perguruan tinggi,” ujar Zuliansyah.