Polri: Dua Teroris yang Tewas Tertembak merupakan Perakit Bom
Polisi menyimpulkan, dua teroris yang tewas tertembak merupakan perakit bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Medan. Mereka, termasuk pelaku bom bunuh diri, RMN, merupakan jejaring kelompok JAD.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Polisi menyimpulkan, dua teroris yang tewas tertembak merupakan perakit bom bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Medan, Sumatera Utara. Mereka, termasuk pelaku bom bunuh diri, RMN, merupakan bagian dari jejaring kelompok Jamaah Ansharut Daulah pimpinan Y alias Anton, yang bergerak di Sumatera Utara dan Aceh.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo, Senin (18/11/2019), di Jakarta, menyatakan, dua teroris yang tertembak itu berinisial AP dan K alias Khoir. ”Dua orang ini memiliki kualifikasi merakit bom, melakukan pembuatan bom untuk RMN, yang digunakan untuk melakukan aksi terorisme di Mapolresta Medan,” ujarnya.
Dedi menunjukkan sejumlah foto bahan-bahan pembuat bom yang disita dari AP dan K. Ada pupuk urea dan sejumlah bahan kimia lain. Bom ini termasuk berdaya ledak rendah.
”Namun, ketika komponen-komponen dirakit menggunakan paku dan potongan besi, bisa berakibat fatal, bahkan meninggal dunia,” lanjutnya.
AP dan K tewas saat Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri mengejar jaringan RMN di Desa Kota Datar, Hamparan Perak, Deli Serdang, Sabtu (16/11/2019). Saat hendak ditangkap, tersangka teroris menyerang dengan pisau hingga melukai seorang anggota Densus 88 Antiteror di bagian tangan, pinggang, dan paha.
Pada Rabu pekan lalu, RMN meledakkan diri di Mapolrestabes Medan. Awalnya, polisi menyatakan RMN sebagai pelaku tunggal. Namun, seiring dengan berjalannya penyidikan di lapangan, kata Dedi, disimpulkan bahwa RMN berjejaring dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) pimpinan Anton. JAD ini sudah menyatakan setia kepada pemimpin Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang baru, Abu Ibrahim al-Hashimi al-Quraishi.
Dua orang ini memiliki kualifikasi merakit bom, melakukan pembuatan bom untuk RMN, yang digunakan untuk melakukan aksi terorisme di Mapolresta Medan.
Selain RMN, AP, dan K yang tewas, polisi juga menangkap 20 terduga teroris lainnya, termasuk Anton. Polisi menangkap Anton di loket bus Sartika, Medan.
Mereka yang ditangkap rerata pernah melakukan pelatihan di Gunung Sibayak, Sumatera Utara. Mereka juga mengetahui aksi bunuh diri yang akan dilakukan oleh RMN. Bahkan, AL, misalnya, mengetahui proses perakitan bom di rumah AP, teroris yang tewas tertembak.
Pengamat terorisme Al Chaidar menyatakan, Anton sudah lama aktif berdiskusi di grup-grup Whatsapp. Anton, menurut dia, emosional dan sering berdebat dengan anggota grup lain yang menolak perjuangan JAD.
Dia melanjutkan, Anton pernah mencoba mendekati ulama-ulama Aceh. Pendekatan itu bertujuan agar ulama Aceh mendukung perjuangan JAD. ”Tetapi ulama-ulama Aceh menolak untuk membenarkan perjuangan mereka,” kata pengajar di Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh ini.
Al Chaidar menilai, pengetahuan kelompok ini terkait perakitan bom terbilang minim. Mereka hanya memanfaatkan materi perakitan bom yang beredar di media sosial.